"Dira" Deana melotot menatap Shanin yang meneriaki nama Dira
Dira tersenyum dan melambaikan tangannya, Keduanya mendekat pada meja Dira
Dira langsung berdiri dan dengan cepat Shanin menghambur memeluk sahabatnya itu.
"Aaaa rinduuu babyyy"
"Aaa...se-sesek"
"Eh ups sorry" Shanin melepaskan pelukannya dan duduk di kursi begitupun Dira dan Deana
"Lo kemana aja si? Ngilang tanpa kabar, kasian tau Nana setiap ke kampus kusut mulu mukanya karna ga ada lo-aww" Deana melotot menatap Shanin dan sedikit melirik Dira yang tengah tersenyum menatapnya
"Apa senyum senyum?"
"Nggak" Dira masih asik menatap Deana dengan senyuman membuat Deana jadi salah tingkah
Shanin mengelus ngelus kakinya yang di injak dengan ganas oleh singa.
"Pulang yu Nin" ajak Deana pada Shanin sambil berdiri
"Lahh, katanya laperr"
"Udah nggak" elaknya menarik tangan Shanin namun dengan cepat Dira menarik tangan Deana
"Nin kita duluan yah" Pamit Dira sembari memberi kode dan Shanin yang mengerti hanya mengangguk
"Ihh apaansi, gue pulangnya bareng Si anin"
Dira tak mengidahkan ucapan Deana, dia tetap menarik tangan itu keluar dari area kantin
"Hati hati guyss"
"Anin Bantuin gue, gue maunya pulang sama lo!"
"Gak bisa gue kalo berurusan sama pawang wkwk"
"SHANIN ANJINGG!"
"Hahaha" tawa Shanin terbahak behak hingga tersedak
Mampus;v
Dira terus menarik tangan Deana hingga sampai di depan mobil miliknya
"Lepas anj-"
Tuk
Dira menyentil mulut Deana cukup keras, memberi tatapan dinginnya namun menusuk.
"Selama aku gaada sebulan, kamu bergaul sama binatang?" Deana yang mengerti akan ucapan itu langsung tersenyum miring
"Iya kenapa? Gasuka? Ohh baguss"
Tuk
Kini Dira menyentil dahi Deana,
"Selama aku gaada sebulan, kamu jadi gak punya etika?"
"Kalo itu masih punya, cuman sedikit"
Prak
Dan yang terakhir tangan Dira melayang memukul pelan bahu Deana
"Siksa adek bang, siksa, adek mah apah atuh? Cuman kaen kering yang jelek nan lusuh"
"Masukk!"
"Sape lo?"
Dengan cepat Dira menarik tangan Deana agar masuk ke dalam mobil dan dia pun ikut masuk ke dalam mobil
"Udah gue bilang gue mau pulang sama Anin"
"Cukup diam!"
Deana memejamkan matanya lalu menyenderkan kepalanya pada jok mobil, percuma berdebat dengan orang di sebelahnya, dia akan tetap tunduk
Merasa dirinya tak pernah dihargai. Sifat seenaknya Dira yang kadang membutnya jengkel.
"Mencintaimu itu seperti hujan, awalnya aku senang
Kemudian aku sakit"
YOU ARE READING
Thousand Time (End)
Teen Fictiontolong beritahu aku caranya untuk berhenti. berhenti mengharapkan mu yang tak mungkin kugapai apalagi kumiliki. #1 girl×girl #1 moments
