1

6 2 0
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

Seorang gadis berjalan dengan tergesa-gesa menuruni anak tangga. Sesekali dia berlari kecil sembari memegang 2 buku yang cukup panjang. Baju gamis berwarna pink dengan jilbab hitam yang menutupi pinggulnya juga tas selempang yang berukuran sedang, menambah kesan manis pada gadis itu.

Benda berwarna biru yang dengan setia melingkar di pergelangan putih tangan kanan gadis itu menunjukkan pukul 11 pagi. Seakan diburu oleh detik, gadis itu terus berjalan tanpa henti. Tak memperdulikan gamis yang beberapa kali sempat terinjak.

"Astaghfirullah," ucap gadis itu ketika melihat sahabatnya menjauh dari kampus menggunakan motor matic berwarna merah.

Gadis itu kemudian berjongkok sambil mengatur nafasnya yang tersengal-sengal. Niat hati ingin menumpang pada sahabatnya, tetapi apalah daya jika beterai hpnya habis, setelah selesai shalat dhuha, dia mendatangi kelas sahabatnya yang berada dilantai dua, kelas yang ternyata beberapa waktu lalu sudah kosong.

"Ya Allah, ya Rahman, ya Rahim, ya Sami', ya Aziz ...." setelah nafas gadis itu kembali teratur, mulutnya perlahan-lahan bergerak melantunkan Asmaul Husna dengan lirih.

"Nasha!" panggil seseorang dari belakang membuat gadis itu langsung berdiri dan menoleh.

"Bisa Ibu minta tolong?"
"Kalau Nasha bisa, Nasha tolongin, Bu," ucap gadis itu yang bernama, Nasha.

"Minta tolong kamu bawa berkas ini kelantai dua, kelas yang paling ujung."

Astaghfirullah, apa ini? Baru saja Nasha turun dari lantai dua dan sekarang dia di suruh lagi? Jika Nasha menolak permintaan dosennya ini, nilai Nasha masih aman?

"Bisa?" tanya Bu Ratih.
Nasha melirik perut Bu Ratih yang sudah membesar karna tengah mengandung usia 5 bulan, Nasha jadi tidak tega jika membiarkan dosennya itu naik turun tangga. Dengan berat hati Nasha mengangguk mengiyakan permintaan dosennya itu.

.
.
Suasana di lantai dua sangat sepi. Tidak ada seorang pun yang tampak di mata gadis itu, tidak terdengar langkah kaki selain langkah kakinya sendiri. Semilir angin juga mulai menerpa wajah gadis itu. Sesekali jilbab panjangnya ikut bergerak-gerak. Sepanjang lorong suara lembut dari gadis itu melantunkan Asmaul Husna dengan lirihnya.

"Hey tunggu!" teriak seseorang membuat gadis itu tersentak, tak berniat menoleh, gadis itu langsung berlari.

Berbagai fikiran negatif mulai berdatangan di kepalanya. Di tempat yang terbilang sepi karna akan masuk waktu dhuhur, tiba-tiba suara lelaki asing memanggilnya. Bukan tidak mungkin jika suara itu berasal dari penunggu kampus itu, dan yang paling parah bagaimana jika memang seorang lelaki yang berniat jahat padanya.
Jika saja bisa, gadis itu akan menetapkan hari ini sebagai hari kesialannya. Tetapi, dia juga mengerti bahwa membenci waktu sama seperti membenci Pencipta waktu, nauzubillahi mindzalik, dia tidak ingin itu. Gadis itu ingat dengan jelas, sebagaimana
Diriwayatkan dari sahabat Abu Hurairah radhiyallahu 'anhu, Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda,

قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ: يُؤْذِينِي ابْنُ آدَمَ يَسُبُّ الدَّهْرَ وَأَنَا الدَّهْرُ، بِيَدِي الأَمْرُ أُقَلِّبُ اللَّيْلَ وَالنَّهَارَ

"Allah 'Azza wa Jalla berfirman, "Anak Adam telah menyakiti-Ku (karena) dia suka mencela waktu (masa). Padahal Aku-lah pencipta (pengatur) masa. Aku-lah yang menggilir antara siang dan malam"." (HR. Bukhari no. 4826 dan Muslim no. 2246)

(Tak) SEINDAH ASMAUL HUSNAWhere stories live. Discover now