(1/2) Special Part

819 129 37
                                    

Xiaojun terbangun ketika ia merasakan kehampaan di samping kirinya. Xiaojun melirik spasi kosong itu, lalu tangan kanannya meraba dan merasakan suhu dingin dari seprai yang ditinggalkan begitu saja.

Setelah melamun sejenak, Xiaojun lantas menarik diri untuk duduk. Ia memeriksa jam digital pada meja nakas dan mengernyit. Angka yang ditunjukkan oleh benda itu memperlihatkan pukul dua dini hari. Tentunya masih terlalu pagi untuk memulai rutinitas keseharian.

Dimana Hendery?

Xiaojun menepis selimut yang membungkus setengah tubuhnya. Suhu dingin serta merta menyerang tubuhnya yang tak terbalut apapun. Xiaojun memindai lantai selama beberapa saat, lalu mengambil bathrobe yang tergeletak dengan asal di depan meja nakas dan mengenakannya.

Xiaojun cukup yakin jika Hendery tidak menyinggung tentang proyek apapun semalam. Hendery tidak pernah pergi tanpa pamit sebelum ini-terlebih, setelah keduanya berhubungan badan. Hendery adalah tipikal yang akan mengurusi dan menemani pasangannya sampai setidaknya rasa sakit yang ditimbulkan sebagai konsekuensi sedikit mereda.

Xiaojun berniat mengambil satu gelas air di dapur. Ia tidak berpikir buruk tentang Hendery, perasaannya lebih menjurus ke rasa penasaran. Mungkin, Xiaojun akan menanyai tentang kepergiannya nanti. Yang jelas, saat ini tenggorokan Xiaojun memerlukan sedikit penyegaran. Dengan langkah pelan dan hati-hati, Xiaojun memasuki dapur. Mengambil asal gelas di ujung meja dan mengisinya dengan air mineral.

"Hei, bodoh. Kau tidak hidup di drama atau novel. Pastikan kau tidak merengek kepadaku setelah ini."

Xiaojun dapat dengan samar mendengar suara Hendery dari arah balkon yang tertutup. Segera saja Xiaojun meletakkan gelas di tangannya dan mengusap asal sisa air di sisi bibirnya. Sebelum ini, Xiaojun pikir Hendery pergi keluar apartemen-ia telah meneliti setiap ujung apartemen dalam perjalanannya ke dapur, namun sepertinya edaran pandangannya kurang menyeluruh dan meninggalkan satu titik.

Hendery tengah bertelepon di balkon. Dengan satu batang rokok yang terselip di jari tangan kirinya. Pria itu hanya mengenakan celana kain hitam yang tidak begitu tebal, Xiaojun bahkan tak bisa membayangkan sedingin apa di luar sana dengan tubuh setengah telanjang. Hendery kini berdiri dengan memunggungi Xiaojun, larut dalam obrolannya bersama lawan bicara. Dari yang Xiaojun dengar secara sepihak, Hendery beberapa kali mengumpati sang penelepon dengan setengah ejekan, kemudian beralih serius dengan memberikan wejangan yang ganjal--bukan seperti Hendery yang biasanya.

Karena rasa kantuknya telah hilang, Xiaojun memutuskan untuk menunggu Hendery di sofa yang berada persis di depan pintu balkon. Xiaojun bersandar di punggung sofa sembari melipat kedua tangannya, pandangannya fokus pada kekasihnya yang masih belum menyadari keberadaannya sedari tadi.

Xiaojun tiba-tiba tenggelam dalam pikirannya. Hendery tumbuh begitu baik dua tahun ini. Selain masalah profesi pria itu yang semakin mapan dan menjamin, fisik Hendery juga terlihat lebih baik dari sebelumnya. Dengan tubuh bagian atas yang tidak tertutupi apapun, Xiaojun dapat melihat dengan lebih jelas otot-otot yang terbentuk berkat latihan rutinnya setiap akhir pekan. Lengannya cukup kekar dan tebal jika dibandingkan dengan lengan Xiaojun, pundaknya membentang seluas angkasa-oke, yang satu ini memang berlebihan karena Xiaojun terlalu menikmatinya-belum lagi punggungnya yang terlihat kokoh dan keras. Tiba-tiba saja Xiaojun merasa begitu bangga memiliki Hendery sebagai kekasih.

Kalau dipikir, Xiaojun memang lebih malas dari Hendery dalam urusan olahraga. Hal paling jauh yang Xiaojun lakukan untuk mengurusi tubuhnya adalah berkeliling taman di samping gedung apartemennya dengan berlari kecil. Itupun tidak rutin karena tuntutan pekerjaannya yang sedikit merepotkan-terkadang, Xiaojun tidak mendapat libur akhir pekan.

Xiaojun terlalu larut dalam pemikirannya sampai-sampai ia tak sadar jika Hendery telah mengakhiri panggilannya dan kini menyadari kehadiran Xiaojun yang mengamatinya begitu intens dibalik pintu kaca yang memisahkan keduanya.

[Book 2] Seoul City ▪ HenXiao ☑️Where stories live. Discover now