Chapter 2 ➮ Kelompok Baru, Saingan Baru, Teman Baru

15 1 0
                                    


Reese tengah hanyut dalam kisah novel yang baru ia pinjam dari perpustakaan kemarin sore, jari-jarinya perlahan membalik lembar demi lembar halaman buku yang ia pegang.

Sementara itu, tak jauh darinya kedua pria sedang asyik tertawa karna candaan yang saling mereka ujarkan.

Entah apa yang Yedam dan Jeongwoo bicarakan hingga membuat tawanya lebih terdengar seperti keributan, sampai membuat Reese beberapa kali menatap sinis kearah keduanya.

Jihoon yang mulai merasa jenuh kala duduk dibawah pohon yang rindang bahwa menghela nafas panjang, sedikit lebih panjang dari biasanya.

“Kalian ini, benar-benar membosankan.” ujarnya kemudian membuat beberapa pasang mata tertuju padanya.

“Kamu saja yang membosankan,buktinya kami bahagia-bahagia saja.” sebut Lucy, ia tidak terima jika dibilang membosankan oleh Jihoon.

“Jam istirahat kan harusnya istirahat. Reese selalu baca novel, kapanpun dimana pun.”

“Masa?, perasaan kamu saja mungkin.” ucap Reese tidak percaya.

“Kamu itu kecanduan, mana ingat semua yang kamu lakukan. Mulai dari membaca diam-diam dikelas, antre makanan di kafetaria akademi, dan mash banyak lagi.” Jihoon coba mengingat-ngingat tapi rahangnya mulai sakit karena banyak bicara.

Yedam berdeham pelan, niatnya memberi kode oada Jeongwoo tapi pria yang dimaksud hanya fokus pada konversasi yang dilakukan Jihoon dan Reese bahkan sampai tidak mengatupkan rahangnya lagi.

Lucy yang akhirnya menyadari mulai duduk lebih dekat kearah Yedam, menyandarkan kepalanya pada bahu Yedam yang sedari tadi mengeluarkan suara seperti terkena radang saja.

“Jangan lihat keatas!, daritadi Elena melihat kearah sini.” ucap Yedam.

...

Bel sudah berdentang tiga kali, menandakan bahwa jam pelajara akan dilanjutkan mengingat waktu istirahat mereka sudah cukup.

Para murid bergegas berlari melewati koridor, karna takut jika guru yang ada dikelas mereka mulai mengamuk.

Namun, berbanding terbalik dengan kelas Gold. Kelas ini lumayan tenang, bunyi yang terdengar hanyalah tuturan dari beberapa gadis yang duduk dibarisan plaing ujung dekat dinding.

Membicarakan orang lain sudah seperti makanan sehari-hari bagi Hypno, dari mereka nyaris semuanya bertindak kelewat superior.

Jangankan untuk menjelekan kelompok lain, mereka bahkan terbiasa mencerca anggota sekelompok yang tidak sehebat mereka.

Sialnya, mereka di kelas Gold ini adalah mereka yang terhebat.

“Aku dengar-dengar hari ini akan ada murid lain yang bergabung.” ucap Tania mengundang rasa penasaran.

“Serius, dari kelompok mana?” tanya Asher.

Tania memejamkan matanya mencoba mengingat-ngingat apa kelompok yang barusan ia dengar di koridor, bukan salahnya jika Ia tidak ingat mungkin memang kelompok ini yang tidak menarik sama sekali.

“Auras.” Ia tanpa sengaja meninggikan nada bicaranya.    

“Mereka, yang hanya punya wajah.” sarkas Oriel.

Auras, memang dikenal karna paras para anggotanya yang memukau. Walau begitu, tak ada yang benar-benar tahu apa potensi mereka karena perkembangannya cukup lambat.

Jadi, tidak heran bahwa pada akhirnya Auras hanyalah sebuah kelompok buangan.

Namun, pada hari ini mungkin didetik berikutnya akan ada salah satu dari anggota mereka yang menginjakan kaki mereka dikelas elit ini. Maka dari itu, mengawasi mereka tidak ada salahnya.

Silver Leaf Academy   |  TREASUREWhere stories live. Discover now