Unlock Door and Secret Reveal

Start from the beginning
                                    

Bara bersama Bastian membawa masuk tubuh Braga yang tak sadarkan diri ke dalam mobilnya. Disusul Irina yang naik di kursi penumpang depan disebelah Bara. Joanna duduk di kursi penumpang tengah bersama Braga. Menyandarkan kepala sang pria tercinta dipangkuannya. Sedangkan Edel dan Bastian naik di mobil terpisah. Edel membawa mobil sang suami. Dan Bastian membawa mobil Braga.
Joanna mengirimkan pesan teks pada Cedric. Mengabari dirinya yang harus pergi untuk urusan darurat. Cedric menerima pesan sang ibu. Anak itu paham bahwa sang ibu hendak menolong temannya. Yang dia tidak bisa paham adalah pemandangan janggal saat pria berwajah hangat yang barusan ia perhatikan memeluk erat ibunya. That's weird, pikir Cedric dengan gaya ala detektif favorit. Menempelkan jari telunjuk dan ibu jari ke dagu berbelahnya.

Setelah menempuh perjalanan gila bak pembalap formula one selama kurang lebih satu jam, mereka sampai di rumah sakit. Renno telah menunggu. Karena diberitahu oleh Edel tentang kondisi Braga, dia melesat secepat supersonic menuju rumah sakit. Melalui pintu darurat belakang, dua orang suster pria dan satu orang suster wanita diperbantukan oleh Renno untuk membawa Braga menuju ruang khusus di divisi syaraf menggunakan tempat tidur beroda.

Di ruang isolasi tersebut, Renno dan Edel segera bergerak memasang alat dan melakukan tindakan untuk memeriksa kondisi Braga. Melakukan tes pada syaraf kepala beserta bagian vital lainnya. Bara, Bastian dan Irina mengamati dari posisi yang sekiranya tidak mengganggu.

Joanna berdiri tidak jauh dari mereka. Khawatir bercampur getir. Ada ketakutan jika Gerard muncul tiba-tiba lalu memergoki dirinya ada di dekat Braga. Bukankah dulu dia juga yang setuju untuk pergi? Sudah sewajarnya begitu batang hidungnya terlihat, dia akan langsung kena maki.

Tidak! Dia kesini bukan berniat kembali. Dia hanya ingin berpamitan. Memberikan salam perpisahan yang telah lama tertunda. Tertunda selama 10 tahun. Lagipula dia ingin memastikan keadaan pria yang ditinggalkannya akan baik-baik saja atau tidak. Meski dia sedikit meragukannya.

Renno dan Edel saling bertukar pandang begitu usai membaca hasil tes gelombang otak Braga. Senyum lega tersungging di bibir mereka. Melihat reaksi kedua koleganya, mengipasi rasa penasaran Bara.

" Bagaimana, Del, Ren?" Tanyanya tidak sabaran.

" Kita bisa bernapas lega. Gelombang aneh di otak kakakmu sudah tidak ada lagi. Aku rasa ingatannya sudah bisa pulih. I think " jawab Renno.

" You think? Maksudmu hanya dugaan atau kepastian?" Tanya Irina ragu mendengar jawaban playboy jadi-jadian dihadapan mereka.

" Maksudnya, menurut data seharusnya Braga sudah bisa mengingat semuanya. Tapi kepastian benar atau tidaknya baru bisa kita lihat saat ia sadar" sambung Edel mengambil alih penjelasan.

" Kira-kira berapa lama lagi sampai Braga bisa sadar?" Tanya Bastian.

" Soon " sahut Renno penuh keyakinan. Tak peduli dengan tatapan mencemooh yang dilemparkan Irina.

Bara hanya terdiam. Entah dari mana datangnya, dia merasakan firasat yang teramat buruk. Seakan datang pertanda angin ribut baru bersiap menerjang mereka. Semoga itu hanya pikiran negatifnya saja yang berlebihan.

" Sebenarnya apa yang terjadi? Kenapa keadaan Braga bisa sampai begini? Maksudku, pasti ada sesuatu, kan?" Tanya Renno penasaran.

Irina dan Bastian menoleh ke arah Bara seolah menunggu persetujuan. Bara sebaliknya, justru menoleh ke arah sang kakak sebelum memutuskan untuk menceritakannya pada Renno. Toh, akan ketahuan juga, pikir Bara.

" Akan kuberitahu. Ayo kita bicara di luar. Joanna aku titip Braga" ujar Bara.

" Baik" jawab Joanna menyanggupi.

Boulevard RevengeWhere stories live. Discover now