Fira sendiri, entahlah. Nania bingung bagaimana cara dia menapaki anak – anak tangga yang masih berupa semen, dan lift yang masih berupa kerangka besi saja, dengan pencil pants ketat dan kemeja chiffon berenda – renda begitu? Dia lebih cocok bekerja sebagai marketing dari pada engineer.
Sementara Nania, sesuai dengan jabatannya. Dia mengenakan kemeja bahak silk lengan panjang berwarna hijau tua dengan kerah victorian yang dihiasi pita hitam kecil, rok hitam dengan potongan A line yang sedikit lebar, dan pump shoes hitam keluaran Christian Louboutin dengan hak sekitar 7cm.
Andra sontak mendongak mendengar ocehan Aaron. Dan ketika menyadari yang dia bilang bidadari mampir itu adalah istrinya, dia mengambil penghapus karet dan menyambit Aaron dan terkena di kepalanya dengan tepat. Sontak semua orang, bahkan termasuk Tari, mentertawakan kejadian itu.
"colok nih ya mata lo pake rotring" sahut Andra sambil mengangkat rotring dimejanya. Semua semakin terbahak – bahak mendengar sahutan Andra pada Aaron.
Sementara Fira menatap masam kearah Nania. Yang harus dia akui, memang memukau. Tidak terlihat seperti orang yang habis bekerja seharian. Tidak berantakan sedikitpun.
Andra langsung meninggalkan meja dan menghampiri Nania, dia merangkul pinggang Nania dan membawanya masuk kedalam ruangan mas Hafiz. "huuu... langsung di umpetin keruangan pak Hafiz... huu" sorak – sorak penghuni yang menguasai ¼ luas lantai itu langsung menggema.
Andra hanya tertawa dan menoleh ke belakang "berisik! Kerja sana" sahutnya sambil tertawa bercanda tentunya.
Fira masih menatap tajam kearah pasangan itu, sampai suara Tari membuat emosinya semakin di ubun – ubun "Andra itu, tipe laki – laki, yang kalau sudah memutuskan dengan satu perempuan. Maka pintu untuk perempuan lain dibelahan dunia manapun, bakalan tertutup rapat. So, forget it. You have no chance"
****
Nania masih kesal melihat bagaimana posisi Fira tadi menempel lekat pada tubuh Andra, walau hanya bagian samping saja. Tapi terlihat jelas, bagaimana perempuan itu berusaha merapatkan tubuhnya pada suaminya.
Andra membawanya duduk di sofa ruangan mas Hafiz, sementara mas Hafiz duduk di kursi kerjanya. "tadi sama siapa kesini? Kok gak ngabarin?" tanya Andra sambil duduk disebelah Nania.
Nania mengeluarkan berkas yang sedari tadi dia pegang "tadi sama driver kantor. Mas belum sign ini, biar besok bisa langsung dibawa ke notaris sama legalnya"
Andra membaca sebentar selembar kertas itu, menanyakan beberapa hal pada Nania, karena jujur Andra tidak terlalu paham masalah managerial begini. Dia masih lebih banyak terlibat dengan engineering process nya. Setelah mendapat penjelasan dia mengangguk paham dan menanda tangani lembaran itu.
"mau minum apa? biar mas mintain OB beliin. Aku masih ada discuss sebentar" Andra mengusap lembut kepala Nania. Nania hanya melirik sekilas sambil merapihkan kembali dokumen itu kedalam amplop cokelat besar yang tadi dia pegang.
"air putih aja deh, udah banyak minum manis" ucap Nania, dan Andra berjalan ke arah meja mas Hafiz dan memencet nomor pantry untuk meminta dibawakan mineral dingin untuk Nania.
"nanti aku kesini lagi ya. 30 menit aja selesai kok. Bener gak mau nyemil?" tanya Andra lagi dan Nania menggeleng saja sambil mengeluarkan iPad nya untuk bermain game angry birds. Lebih baik meledakan beberapa markas babi – babi lucu itu, dari pada dia berakhir meledakan gedung milik mertuanya ini.
Andra melanjutkan diskusinya, dan kali ini Fira lagi – lagi berusaha menempel pada Andra. Nania bisa melihat itu dari ruangan mas Hafiz, karena ruangan mas Hafiz ini memang dengan design full kaca tebal kecuali bagian pintu yang berbahan kayu, agar dia leluasa mengawasi kerja anak – anak buahnya.
"dari dulu Andra itu emang gak tahu kenapa. Magnet banget buat perempuan. Mas juga gak ngerti" sahut mas Hafiz sambil tersenyum sekilas pada Nania "padahal anaknya cuek nya minta ampun. Dia itu persis kayak papa. Cuek,kaku sama perempuan" sambungnya lagi, kali ini tatapannya lurus ke arah layar computer didepannya.
"tapi, Andra itu tipe setia. Jadi cewe mau kayak gimana juga depan dia, kalau dia bilang nggak ya nggak" mas Hafiz tertawa kecil sambil melirik Nania lagi.,
"istri kalau udah cemburu ya. Matanya bisa bikin tembok kaca nya bolong" kekehnya sambil menggeleng. Apa dia terlihat sejelas itu cemburu?
Sampai akhirnya Andra selesai dengan urusannya, dan mengajak Nania pulang. Kebetulan sebagaian orang juga sudah pulang. Kecuali mereka yang terpaksa masih dikejar deadline.
Nania banyak diam sepanjang jalan menuju mobil Andra. Sampai akhirnya dia duduk bersebelahan didalam mobil. Andra yang baru menyalakan mesin mobil melirik sekilas ke Nania.
"kata mas Hafiz, tadi ngambek? Kenapa?" tanya Andra sambil mengusap lembut kening Nania dengan ibu jarinya. Nania hanya melirik dan menggeleng sekilas. Andra terkekeh geli "aku tuh kerja, Ngil. Gak macem – macem. Jangan cemberut gitu" sahutnya sambil masih mengusap lembut kening Nania.
Tanpa di duga – duga, Andra memajukan tubuhnya dan tanpa permisi langsung mencium bibir Nania. Bukan sebuah ciuman penuh gairah yang tidak tahu tempat. Tapi ciuman yang lembut dan hangat. Sambil tangannya mengusap lembut pipi Nania.
"jangan mikir macam – macam ya? please? Aku juga jadi gak tenang kerjanya" bisik Andra ditengah – tengah ciuman mereka. Nania hanya berdehem malas menanggapi. Bagaimana tidak berpikir macam – macam? Kalau semua kejadian itu terjadi di lingkungan kerja Andra?
Yang mereka tidak tahu, Zafira yang mobilnya terpakir tepat di seberang mobil Andra, menyaksikan adegan itu secara jelas dari dalam mobilnya. Kaca depan mobil Andra tidak telalu gelap, walau Fira hanya bisa melihat punggung Andra yang menutupi penampakan Nania. Tapi jelas, mereka sedang berciuman mesra, karena setelahnya punggung Andra bergerak menjauh dan sebelum benar – benar memposisikan diri duduk dengan benar di belakang kemudi, Andra menyempatkan mengecup pipi Nania sambil tersenyum.
Kini emosi Zafira rasanya sudah sampai level menembus atmosphere.
YOU ARE READING
Trial & Error
RomanceWarning, adult content 21+ "dan akhirnya , lo sakit lagi kan? Gue bilang juga apa? mending lo nikah sama gue?" "dan atas dasar apa lo mau nikah sama gue? jangan gila deh Ndra" "Gue setia, gue komit. Gue gak suka ngumbar janji tapi gak gue tepatin. d...
PART 38
Start from the beginning
