Ditambah pertengkaran dengan si mungil nya yang semakin membuat mood nya awut – awutan. Untung saja setelah itu, usapan lembut istri mungil nya di kepalanya membuat dia rasanya batal ingin marah kepada perempuan – yang mungkin – tanpa dia sadari, sudah jadi wanita kesayangannya entah dari kapan.

Belum permintaan istrinya itu sebelum tidur 'mas, udah gondrong, gak mau cukur?' sambil mengusap lembut kepala Andra. Tentu saja membuat hati Andra menghangat dan tersenyum 'besok aku cukur ya? kamu mau aku cukur model apa?'

"mmm... kan firma kecil mas, jadi yah, mungkin masih agak seenaknya. Maaf mas, gak akan keulang" ucap Zafira sambil tertunduk, tapi dia masih berusaha membuat kesan manis didepan Andra. Padahal Andra sudah sama sekali tidak perduli.

Sambil dia memanifes penampilan Andra, yang lagi – lagi, lain dari yang dia tahu. Andra dengan kemeja kasual bermotif checkered perpaduan, biru tua, biru muda dan sedikit pink pudar, yang lengannya di gulung sampai atas siku. Dan entah kenapa, tidak kelihatan norak di badan Andra. Malah membuatnya terlihat modis dan ganteng. Dan sialnya, tetap kelihatan manly di tubuhnya.

"namanya kerja bangunan, engineering, apapun yang berkaitan dengan alat berat dan mesin. Gak kenal firma besar atau kecil. Safety shoes dan safety helmet itu benda wajib. Malah biasanya kami pakai safety glass kalau memang sedang ada proses pengelasan atau yang kira – kira bisa bahaya terkena mata.,

Kamu gimana rasanya ditinggal di bedeng sudah perjalanan jauh – jauh kemarin? Enak ga? Kalau saya jadi kamu sih harusnya jadi ngerasa useless ya sebagai engineer. Cuma duduk bengong gak tahu apa yang terjadi di lapangan.,

Belum kamu salah bawa tabung gambar. Padahal setiap tabung sudah dikasih label nama sama Tari.,

Mulai besok, kamu sementara gak ikut ke lapangan dulu. Saya mau kamu mentoring efektif dengan jadi asisten nya Tari. Mentoring kamu juga sementara saya pindah under Agustian. Kamu harus learn from the very basic sepertinya, I wondering how you could get pass your degree back then. Saya dan Ferdian rekan saya di Karyamuda, satu almamater sama kamu, kami gak sepayah kamu gini"

Andra menutup buku agenda didepannya, dia memang memanggil hanya ingin menegur kecerobohan Fira yang tidak bisa di tolerir. Bukan Andra mau sok nge boss. Tapi masalahnya, Fira juga bukan anak baru di dunia arsitektur, berasal dari firma kecil tidak bisa dijadikan alasan, jadi seharusnya dia lebih memiliki kesadaran.

"sorry kalau bahasa saya sedikit lugas dan mungkin jatuhnya kasar di kamu. tapi kamu harus tahu, dunia engineering itu keras. Kamu lihat disini, gak ada yang manja menyeh – menyeh begini. Terlebih, skill menggambar kamu kenapa kayak anak baru kuliah gitu ya? kamu masih suka minta tolong di gambarin kalau waktunya ngerjain tugas?" Andra teringat dulu beberapa kali Fira minta bantuannya untuk menggambar tugasnya, dan Andra hanya bersedia mengerjakan setengah karena dia kesal. Tapi juga tidak tega melihat perempuan ini menangis. Walau secara theori Andra akui Fira pintar, tapi secara artistik menggambar, dia payah.

Mereka berjalan beriringan menuju lift, dan sudah hampir jam makan siang. Fira berdiri tepat di sebelah Andra. Dia melirik sekilas ke Andra dan mendesah lelah. "aku gak nyangka, akhirnya kamu nikahnya sama Nania" ucapnya akhirnya.

Andra menoleh dan menaikan sebelah alisnya, "kenapa harus gak nyangka. Saya dan Nana kan bukan orang baru saling kenal?" tanya Andra. Dia sepertinya tahu arah pembicaraan ini kemana. Fira memang selalu cemburu pada Nania sejak awal mereka pacaran dulu.

"iya sih, dari awal aku juga tahu. Kalau perhatian mas ke Nania itu, agak berlebihan. Gak kayak sahabat. Cuma mas Andra aja yang gak nyadar" sahutnya sedikit kesal "cuma Nania kan yang bisa bikin mas, mau pakai pakaian dengan warna lain? itu contoh kecilnya aja"

Trial & ErrorWhere stories live. Discover now