"bukan karena dia cinta sama kamu? terus gimana dia mau rawat kamu kalau cinta aja nggak? Dia pikir kamu disable? Sampai harus dijagain dan dipastiin keadaan kamu selalu baik – baik aja?"
Rentetan kalimat Dewa, seolah menyentil hati Nania yang paling dalam. Dia mendadak diam membisu mendengar argumentasi Dewa. Dia kalah.
Dewa benar.
****
"mas Andra..." panggil Zafira yang tampak berlari kecil di selasar mall yang terhubung dengan gedung kantor tempat mereka bekerja. Andra menoleh dan mendapati Fira yang tersenyum semringah dan bersemangat mensejajari langkahnya. "makan siang yuk.. tumben kamu sendirian?"
Andra yang sedang mengetikan sesuatu di ponselnya, hanya melirik sekilas dan tidak memperdulikan, wanita yang sejak dulu memang menyebalkan baginya itu. Dia masih kesal dengan segala kejadian di proyek kemarin, dan wanita disampingnya ini malah tidak merasa bersalah sama sekali.
"saya mau ke barbershop dulu, saya sudah makan siang di rapat tadi" jawab Andra singkat. "aku temenin deh cukurnya. Aku pilihin modelnya ya?" tawar Zafira dengan gaya yang genit, yang membuat Andra malah menjadi jengah melihatnya.
Andra menggeleng "udah tahu mau model apa" jawab Andra singkat. "emang mau model kayak giman.." dia tidak bisa menyelesaikan kalimatnya, karena Andra mengangkat tangannya memintanya diam sejenak.
"iya.. udah terima fotonya. Maunya aku cukur kayak gitu kan? cepak gitu aja? Gausah pake model – model apa?" tanya Andra dengan suara lembut, dan diakhiri dengan senyuman. "iya.. makasih ya udah pilihin modelnya" lalu dia menutup teleponnya dan melanjutkan langkahnya ke barbershop yang ada di mall itu.
Sementara Zafira sudah berdiri mematung, mengepalkan tangannya dan menggeram kesal. Dia berbalik dan meninggalkan Andra yang terus melangkah cuek kearah barbershop.
****
Andra memanggil Zafira untuk dilakukan mentoring. Dia merasa perlu melakukan mentoring, walau kalau menuruti ego, dia lebih ingin memutus kontrak kerja Zafira saja. sudah kelihatan jelas kalau dia tidak becus.
"duduk Fir" perintah Andra untuk duduk di kursi yang terletak disebrangnya yang hanya terhalang sebuah meja bundar kecil. Dia memilih ruang meeting untuk interview kandidat. Karena memang mentoring hanya dilakukan oleh dia seorang.
Zafira bukannya merasa nervous, malah girang setengah mati akhirnya bisa berdua dengan Andra seperti ini. Dia sudah membayangkan hal – hal romantis ketika berhadapan langsung dengan Andra seperti ini.
"kenapa, mas?" tanyanya dengan nada lembut. Dia masih terus berusaha mengingatkan memory indah mereka berdua dimasa lalu. Setidaknya indah menurut Zafira. Walau hubungan mereka bertahan satu tahun, bagi Andra, Zafira adalah the worst ex for his life. Mengatur, mengekang dan selalu berusaha membuat Andra menuruti semua maunya, menjauhkan semua teman – teman Andra dari lingkarannya.
"dulu sistem kerja kamu di kantor lama kayak gimana? Pegang project apa aja? Sorry nih, saya agak lost track sama kamu, karena bukan saya yang pegang proses interviewnya waktu itu" tanya Andra langsung, tegas dan tidak terlihat aura ingin berbasa – basi, apalagi menyeh – menyeh nostalgia.
"mhh... ya perumahan gitu. Tapi memang bukan bikin kompleks besar ekslusif kayak disini" tiba – tiba Fira merasa aura Andra mengintimidasi. Dia bukan Andra yang dulu bisa dia rengeki dan cemberuti, lalu Andra akan mengalah dengan sangat terpaksa.
"disana gak di terapin safety ke engineer nya? Gak bawa safety shoes dan helmet kayak kemarin itu biasa disana? Padahal disini karyawan tidak diwajibkan beli loh, sudah disediakan banyak sekali di ruang penyimpanan, berbagai size juga, kamu ditanyai size kan waktu proses interview?" tanya Andra lagi dengan nada datar, tapi terlihat dia kecewa. Dia sudah menahan kekesalan ini dari kemarin, tapi terpaksa dia tahan karena dia tahu, dia bisa menyembur luar biasa kalau dia lakukan saat itu juga.
YOU ARE READING
Trial & Error
RomanceWarning, adult content 21+ "dan akhirnya , lo sakit lagi kan? Gue bilang juga apa? mending lo nikah sama gue?" "dan atas dasar apa lo mau nikah sama gue? jangan gila deh Ndra" "Gue setia, gue komit. Gue gak suka ngumbar janji tapi gak gue tepatin. d...
PART 38
Start from the beginning
