Nania sendiri, sebenarnya bingung. Kenapa Dewa? Kenapa bukan Bobby yang single? Atau Refan yang jelas masih suka salah tingkah menatapnya? Kenapa harus Dewa yang gencar memintanya bertemu?
"mau diapain lagi, emang lambungnya cuma segini" sahut Nania sambil tertawa kecil. Dewa seperti bergerak otomatis, langsung sigap mengambil sisa nasi Nania dan memindahkan ke piringnya. Karena memang selama mereka berpacaran, Dewa selalu melakukan itu pada makanan Nania.
"dulu, aku langsung naik berat badan 5kg padahal baru pacaran sama kamu sebulan. Sampai akhirnya, aku putusin, aku harus jogging tiap hari. Jangan sampai kamu punya pacar obesitas. Itu baru kita pacaran ya? gimana kita nikah? Jangan – jangan aku jadi bapak – bapak gembul yang perutnya buncit sampai kemejanya gakbisa dikancingin" sahut Dewa sambil tertawa mengenang masa indah mereka.
Nania juga entah kenapa jadi terbawa suasana dan tertawa. Segitu tandusnya kah hatinya? Sampai nostalgia bersama mantan kekasih pun dia ladeni? Mantan kekasih yang dulu memilih tidak memperjuangkan lagi hubungan mereka. dan melangkah pergi meninggalkannya.
"gak ada loh, yang nyuruh kamu ngehabisin juga" jawab Nania sambil menyiram sisa nasi dengan kuah soto ayam. Dewa tertawa mendengar jawaban Nania. Sepertinya ini akan menjadi hari yang sangat membahagiakan untuk Dewa, dalam kurung waktu 3 tahun terakhir.
"ya gimana? Tiap kita jalan, makanan kamu selalu sisa. Kan sayang buang – buang makanan. Kamu kapan gede nya Nan, kalau makannya sedikit?" ledek Dewa dan disambut dengan cemberutan Nania. Sungguh, Dewa sangat rindu dengan wajah cemberut itu.
"ngejek? Emang badan aku udah mentok segini. Mau diapain lagi? mau dikasih pediasure segentong juga gak bakalan nambah tinggi, Ngomong – ngomong, kamu pindah Jakarta sejak kapan?" tanya Nania. Dewa yang masih mengatur makanannya hanya menganggukan kepala sambil seperti berpikir.
"kurang lebih setahun yang lalu lah. Papaku akhirnya mindahin kantor pusat ke Jakarta" jawab Dewa sambil menyuapkan makanannya akhirnya. Dan Nania mengangguk paham.
"dulu kamu di Bali, Ayu dimana? Bukannya dia host aara talkshow di TV swasta yang kantornya di Jakarta?" tanya Nania dan tentu saja, topik membicarakan Ayu tidak masuk dalam rencana Dewa hari ini. Dia hanya ingin membicarakan dirinya dan Nania saja.
Tapi, Nania mengalami pergolakan batin. Dia merasa seperti seorang pelakor sekarang ini. Makan siang dengan suami orang, yang notabene adalah mantan kekasihnya sendiri. walau sejak tadi tidak ada pembicaraan yang mengarahkan ada hubungan spesial yang kembali terjalin diantara mereka.
Nggak.. nggak.. kami cuma teman. Bisik Nania dalam hati.
"aku sama Ayu selama ini long distance" jawab Dewa singkat. Nania mengerutkan keningnya tidak percaya, tiga tahun menikah dan long distance? Apa enaknya?
"aku salut sama suami istri yang sanggup long distance. Emang gak kangen? Aku gak kebayang harus long distance sama suami" pernyataan Nania, membuat Dewa otomatis tersedak. Jadi apa maksud Nania dia mau bilang, kalau dia tidak sanggup jauh – jauh dari Andra?
Sudah sedalam itukah perasaan Nania untuk Andra? Dewa mencengkeram erat garpu dan sendoknya. Seketika emosi terasa menggelegak didalam dadanya.
"tapi bagus sih, kamu pindah Jakarta. Kan malah enak ya, jadinya sekarang gak perlu long distance lagi" sahut Nania lagi sambil melempar senyuman yang memang tulus tidak dibuat – buat. Nania tahu, ini hanya salah satu pelampiasan kesalnya pada Andra, dengan menerima ajakan Dewa untuk makan siang bersama.
Tapi, Nania juga tidak ada niatan untuk berselingkuh dari Andra. Dia tidak akan membiarkan dirinya menjadi penkhianat, dan membuat posisi Andra menjadi terlihat baik. Setidaknya, tidak sekarang, sampai Andra memutuskan mundur. Dan Nania akan menentukan jalannya, dengan pria mana dia akan melanjutkan langkah. Yang jelas, Dewa bukan salah satunya.
ESTÁS LEYENDO
Trial & Error
RomanceWarning, adult content 21+ "dan akhirnya , lo sakit lagi kan? Gue bilang juga apa? mending lo nikah sama gue?" "dan atas dasar apa lo mau nikah sama gue? jangan gila deh Ndra" "Gue setia, gue komit. Gue gak suka ngumbar janji tapi gak gue tepatin. d...
PART 38
Comenzar desde el principio
