special chapter: #3

Start from the beginning
                                    

Gue menoleh ke samping dan menghadiahkan cubitkan kecil ke pinggang kirinya. Rasain!

"Oke, silahkan kalian persiapan. Boleh bawa kursinya ke depan untuk duduk."

"Baik, Kak."

Akhirnya gue, Jeno, dan Mark menyeret kursi kita ke depan dan tentunya menghadap ke arah audience. Sedangkan Renjun bagian monitoring sekaligus moderator maybe...

"Sambil menunggu, perkenalan dulu ya. Peribahasanya, tak kenal maka tak sayang, jadi perkenalkan nama saya Nakamoto Yuta. Panggilkan Kak Yuta aja ya, karena Nakamoto nama bapak saya. Hehe, mohon maaf garing. Ya garing lah, karena ini pembelajaran bukan lagi makan kerupuk."

"Hahaha," Tawa seisi ruangannya yang dibuat-buat, namun dengan itu Kak Yuta melihat ke belakangnya dan menjumpai gue yang sedang tersenyum ke arahnya, tak lupa juga Jeno dan Mark yang juga senyum ke arahnya.

"Silahkan kelompok empat, bisa dimulai." Ucap Kak Yuta yang setelah itu, beliau mengambil tempat duduk di bagian belakang, tempat beliau meletakkan tasnya tadi.



𓃹 Lecturer Around Me 𓃹




"Baik saya akan melanjutkan penjelasan berikutnya. Yakni mengenai teori belajar konstruktivisme. Menyambung apa yang telah dijabarkan oleh rekan saya, Mark, dan Jeno, saya akan memaparkan pengertian teori belajar konstruktivisme, prinsip-prinsipnya, ciri-ciri teori ini, kelebihan dan kekurangan, serta implementasi teori ini dalam pembelajaran fisika itu seperti apa. Jadi, disimak ya!" Jelas gue sambil berdiri dari kursi dan mencoba untuk tetap konsentrasi penuh ke arah audience. Tipsnya, jangan kebanyakan melihat power pointnya. Boleh sesekali melihat, tapi jangan keterusan.

"Next, Renjun." Ucap gue ketika Renjun nggak kunjung beralih ke slide berikutnya.

"Oke, yang pertama tentang teori konstruktivisme. Jadi apa sih sebenarnya teori ini? Teman-teman boleh membaca di ppt tersebut, namun lebih singkatnya teori ini merupakan teori pembelajaran yang berpusat pada siswa ketika menemukan suatu konsep, yang mana konsep yang telah ditemukan ini dapat dikaitkan dengan konsep yang telah mereka pelajari sebelumnya."

"Gampangnya saja, ketika siswa telah mempelajari konsep besaran fisika, kemudian siswa saat ini menemukan konsep baru pada gerak lurus beraturan, maka konsep yang telah dipelajari sebelumnya yakni besaran fisika, dapat dikaitkan dengan yang sedang dipelajari yakni gerak lurus beraturan. Apa kaitannya? Ada yang bisa membantu jawab? Mungkin Jeno bisa membantu."

Sontak Jeno yang sedang mengawasi gue dari duduknya, gelagapan. Dan beberapa detik berikutnya ia ikut berdiri dan membantu gue menjabarkan apa yang gue maksud. Maaf ya Jeno, gue emang teman lucknut.

"Pada besaran fisika, siswa belajar tentang besaran pokok, dan besaran turunan. Diantara dua itu, mereka belajar jarak, perpindahan, kecepatan, dan percepatan. Lalu kaitannya dengan gerak lurus beraturan itu apa? Ya, keempat itu. Bagaimana peran jarak dalam gerak lurus beraturan, bagaimana peran kecepatan dalam gerak lurus beraturan, yakni kecepatan pada gerak ini konstan. Hal ini dapat didukung atau dibuktikan dengan praktikum. Kira-kira seperti itu." Tutur Jeno yang membuat gue sangat puas dan setelahnya ia kembali ke duduknya, jangan lupakan. Apapun keadaannya, tetap tersenyum.

"Kemudian ada prinsip-prinsipnya. Dimana prinsip ini tentunya menurut beberapa ahli. Saya ambil menurut Beyer seribu sembilan ratus delapan puluh lima, mengatakan prinsip teori konstruktivisme sama dengan problem based, dimana cara belajar ini paling baik untuk siswa dengan menyelesaikan suatu permasalahan tertentu. Contohnya siswa diberikan sebuah kasus tentang fisika, maka siswa tersebut diajarkan untuk menyelesaikan kasus tersebut sesuai dengan teori konstruktivisme ini."

LECTURER AROUND ME [SEGERA TERBIT]Where stories live. Discover now