"Um—"
Harry mengingat bahwa jarak restoran ini dan apartemen tempat tinggalnya dapat membuat kakinya lumpuh. Jadi dia terpaksa menerima tawarannya.
"Bagus."
Suasananya lebih dari canggung. Harry mengira mereka akan segara kembali setelah Zayn menghabisi sebatang rokok.
-
Zayn memperhatikan gerak-gerik bocah itu sedari tadi. Jantungnya berdetak tidak menentu, berhasil ditutupin dengan sikap kelewat dinginnya. Banyak orang berpikir sikap Harry yang kebingungan itu menggemaskan—mereka tidak salah. Tapi apakah mereka merasakan trauma berat yang Zayn sadari dari pantulan mata Harry?
Sang pria berambut hitam legam itu berpikir beberapa orang menyadarinya.
Zayn ingin menahan bocah itu lebih lama lagi—lebih lama bersamanya, menikmati pemandangan anak itu dari dekat. Ini sudah kedua kalinya mereka bertemu secara langsung.
Zayn melihat bocah itu hampir setiap hari, ketika pekerjaan mengizinkannya. Dia tau semua jadwal kegiatan Harry, kebiasaan Harry, apa kesukaannya, dan bagaimana sikapnya.
Karena Zayn hanya memperhatikannya dari jarak yang jauh, ia tidak bisa berkomentar betapa buruknya selera makan dan cara hidupnya. Itu sebabnya dia berceramah panjang lebar beberapa menit yang lalu.
Zayn tidak merencanakan makan siang ini sama sekali. Ide itu begitu saja terlintas ketika ia teringat perempuan yang menjadi perhatian Harry belakangan hari ini.
Perempuan yang ternyata ia kenal.
Dia ingin cepat-cepat melakukan pendekatan dengan Harry dan mengklaimnya. Dia terlalu cemburu dan posesif untuk membiarkan Harry diambil orang lain.
Jadi, Zayn harus membuat Harry berada di sisinya, membuatnya untuk mencintai Zayn. Hanya Zayn. Pria itu paham betul betapa egoisnya hal itu, tapi api cemburu menghilangkan pemikiran tenang seorang Kapten Malik.
Dia tidak peduli lagi. Harry hanya miliknya seorang.
"Ngomong-ngomong, aku harus memanggilmu apa?"
Anak itu tiba-tiba bertanya, yang ditanggapi Zayn dengan cepat, "Terserah."
Harry menanggapi sahutan itu dengan kecewa, "Aku tidak tahu! Sebab itu aku bertanya!" Harry berkata sambil mengerucutkan bibirnya, "Pak Zayn?"
"Tidak buruk, tapi aku tidak setua itu."
Benar. Zayn tampak seperti pria muda dengan usia awal 20. Harry merespon itu dengan menanyakan, "Umur Anda berapa?"
"31."
Sudah berapa kali Harry dibuat shock hari ini?
"Kalau begitu, Pak Zayn cocok—" Harry seketika berhenti saat pria didepannya mengeluarkan aura tak enak, "Um, maksudku—"
"Zayn saja."
Mata hijau Harry memperhatikan dengan cekatan ketika jari-jari panjang Zayn bergerak ke bibirnya, menghisap dan mengeluarkan asap tebal. Harry meneguk ludah.
YOU ARE READING
𝐀𝐧𝐨𝐧𝐲𝐦𝐨𝐮𝐬 ➵ 𝐙𝐚𝐫𝐫𝐲
FanfictionAnak berusia sembilan tahun itu melotot lebar. Darah berceceran tepat di hadapannya. Cairan berwarna merah terus mengalir dari bahu ibunya sendiri-mengotori lantai yang awal mulanya bersih. Ayahnya terduduk tak jauh dari ibunya, dengan pisau menanca...
Chapter 4
Start from the beginning
