Chapter 4

149 17 31
                                        

"Zayn Malik."

Harry sedikit tersentak ketika pria itu menyebutkan sebuah nama. Zayn menarik rem tangan. Membuka pintu mobil dan berhenti ketika melihat sang bocah terbelenggu.

"Itu namaku."

Harry berkedip beberapa kali, lalu mengangguk kecil. Dengan tenang dia keluar dari mobil dan mengekori Zayn untuk masuk ke dalam restoran.

Zayn Malik memperhatikan pemuda bernama Harry Styles dengan tatapan yang mencurigakan. Wajahnya seram seperti biasa, namun banyak wanita dan gadis yang mencoba mencari perhatian—yang di abaikan dengan mudah oleh Zayn.

Harry memutar matanya melihat pemandangan ini. Pria yang mengajaknya makan ini hanya melewati kerumunan gadis itu dengan langkah yang lebar. Harry yang malas tertinggal di belakang, masih berjalan dengan langkah kecilnya.

Zayn menggeram melihat pemandangan itu, tanpa peringatan menarik tangan Harry.

"Merepotkan."

Harry menggigit bibir dengan cengkraman tangan pria di tangannya, namun entah kenapa dia tidak bisa menariknya kembali. Tangan Zayn terlalu kuat. Rasanya Harry sebentar lagi akan retak.

Menyadari hal itu, Zayn melepaskan cengkramannya. Ia duduk di salah satu meja yang tidak banyak pengunjung. Harry mengikutnya dengan ragu-ragu, duduk dengan perlahan.

Seorang pelayan restoran menghampiri meja mereka. Harry disodori menu, sesekali mengintip Zayn yang memilih menu dengan tenang.

"Kamu pesan apa, Nak?"

Harry tersenyum gugup lalu menunjuk pesanannya pada pelayan. Sang pelayan mengangguk dan menulis apa yang ditunjuk Harry.

Zayn terlihat mengerutkan kening. Harry merasa tidak enak.

"Sajikan makanan paling sehat yang ada di restoran ini."

Harry menengok dengan patah-patah. Zayn balik menatapnya dengan lebih tajam. Sekali lagi mental anak itu langsung ciut—jadi dia tidak berani melawan.

Pelayan menunduk hormat lalu pergi dengan cepat.

"Pantas saja kau kurus, kau selalu memakan sayuran. Sesekali makanlah daging. Terlalu banyak memakan sayur dapat membuatmu kekurangan mineral dan cepat lemas. Kau akan mudah jadi depresi, dan wajahmu akan menjadi seperti orang tua. Jangan terlalu suka meminum minuman cepat saji, minum saja air putih. Sial, umurmu pasti tidak panjang. Kau harus mendapat nutrisi yang cukup—"

Zayn terhenti tiba-tiba. Matanya melebar ketika sadar apa yang ia lakukan. Harry menatapnya dengan tidak percaya. Beberapa orang menoleh ke arah mereka, lalu dengan cepat membuang muka setelah wajah Zayn menggelap.

Zayn Malik, kau mempermalukan dirimu sendiri.

"Intinya, jaga kesehatan."

Harry mengangguk takut-takut. Beberapa menit keheningan, Harry hanya memainkan hoodie bagian lengan sambil melihat pemandangan sekitar. Pemuda itu selalu merasa ditatap dengan tajam.

Tak lama kemudian, sang pelayan menaruh pesanan di atas meja mereka.

-

"Terima kasih atas makanannya."

Harry mencoba melempar senyum, namun pria itu hanya diam dan menyalakan pelantik. Harry sedikit tersinggung melihat hal itu—tapi melihat pria yang baru saja menceramahinya soal kesehatan menghisap nikotin dengan santainya—membuatnya menggeram dalam hati.

Harry ingin menceramahinya balik sebelum Zayn lebih dahulu berbicara, "Butuh tumpangan atau kau akan pulang sendirian."

Abu rokok ia jatuhkan di tempatnya, lalu menatap bocah itu dengan tatapan mematikan lagi.

𝐀𝐧𝐨𝐧𝐲𝐦𝐨𝐮𝐬 ➵ 𝐙𝐚𝐫𝐫𝐲Where stories live. Discover now