"Ati-ati kalau ngomong,Bii.."

Bisik ibu Dewi dengan tawa,meraih telfonnya di atas meja.Telfon Pras,tidak di angkat juga.Masih lembur kali.

Sementara Barra di dalam kamar menutupi telinganya dengan bantal,andai ia bisa di sana..?dan bercanda tertawa seperti mereka..?Andai ia bisaa..?Andai mas Tegar tahu segalanya,?Masihkah ia bisa tertawa seperti sekarang??

*****

Titik-titik embun berkilauan bak permata di pucuk-pucuk daun.kicauan burung prenjak terdengar riuh dan merdu.

Semburat terbang saat sebuah sepeda gunung meluncur melewati mereka, memasuki halaman berumput.

Amir,sahabat Barra..yang baru menghentikan sepedanya, langsung tertawa ngakak melihat Barra sibuk mengepel teras.

"Jawara kok ngepel..hahaha..!"

Kelakar Amir sambil terpingkal-pingkal.Tidak dapat di bayangkan andai teman-teman sekolah tahu,Barra yang ganteng,Barra yang maskulin,Barra yang jago silat,Barra yang jago basket,Barra yang keren dan jadi incaran gadis-gadis..ternyata memegang timba dan pel....

"KAMBING!!"

Umpat Barra dengan tawa,berlari mengejar sahabatnya yang baru turun dari sepeda.

Amir berlari menghindar sambil tertawa-tawa.Menjerit-jerit minta ampun saat 'di hajar'Barra tanpa ampun.

Tegar yang mengepel ruang tengah ikut tertawa.Setiap minggu memang ada jadwal piket yang di atur bapak.Bahkan Givari dan Kamila yang masih kecil juga kebagian tugas.Di samping membersihkan dan merapikan kamar masing-masing.

"Maas.."

Ucap ibu Dewi yang hari ini agak terlambat pergi ke toko.Bapak yang lebih dulu pergi.

"Iya,Bu.."

Jawab Tegar sambil membereskan peralatan pelnya.Aroma harum dari pembersih lantai itu tercium segar.

"Itu..tolong lihat dari jendela samping,mas Pras ibu ketuk-ketuk kok tidak bangun juga."

Nyata cemas suara ibu Dewi.Karena sejak tadi malam putra sulungnya itu tidak keluar kamar.pulangnya malam dengan alasan lembur.

"Capek kali,bu.."

Jawab Tegar,menuruti ibunya.Menuju teras samping.Sementara sang ibu mengikuti sambil menerima telfon,urusan toko.

"Jendelanya terbuka tidak,maas?"

Bu Dewi bertanya ketika dekat jendela.Ada tiga buah jendela,kamar Barra,kamar Tegar,dan yang paling ujung kamar Pras.

"Terbuka separoh,bu.."

Jawab Tegar,bergegas mendekati jendela bercat coklat tua itu.Melongok,mencoba mencari sosok kakaknya.

"Tidur,bu..biar saja."

Ucapnya lega.Tampak kakak sulungnya itu tertelungkup memeluk guling,sepertinya tidak ganti baju sejak semalam.Dengan selimut yang terserak.Tak menutup sempurna tubuhnya.

"Ya udah,mas..kalau mas Pras masih capek nanti tugas piketnya mas Tegar ganti ya..ibu berangkat dulu,assalamu'alaikum.."

Pamit ibu Hamida,di jawab Tegar.Membuka jendela kamar Pras lebih lebar.Karena daun jendela itu sepertinya sengaja di buka sedikit.Atau sebenarnya kakaknya sedang sakit?

"Maas..!mas Pras baik-baik saja?"

Tegar bertanya curiga,lama tak ada sahutan.Tegar panggil lagi.Sambil mengetuk-ngetuk jendela.

Lega,saat kakaknya itu mengangkat sebelah tangan dengan mengacungkan jempol.

Tegar tertawa,memintanya melanjutkan tidur saja.Bergegas kembali melanjutkan tugasnya.

ᴹʸ ᶠᴬᵀᴴᴱᴿ ᴵˢ ᴾᴼᴸʸᴳᴬᴹᴼᵁˢ Where stories live. Discover now