01| Departure

571 91 13
                                    

"Jisung cepetan!"

"Lo kalo teriak kira-kira dong, mulut lo tuh jauhin dulu dari kuping gue!" omel Renjun yang otomatis memegang sebelah telinganya yang tersakiti oleh suara Lia yang menggelegar bagai sambaran petir.

Padahal Renjun dan Lia sedari tadi duduk damai dan tentram, hanya jemari yang sibuk menari di atas layar ponsel masing-masing, sampai Lia yang berteriak berhasil memancing reaksi Renjun. Sebenarnya Renjun dan Lia tak begitu seperti anak zaman sekarang yang kebanyakan lebih memilih bercengkrama dengan ponsel ketimbang mengobrol dengan orang di samping mereka. Malah biasanya Renjun dan Lia suka lupa waktu dan tidak mengecek ponsel kala sudah bertemu dan asyik mengobrol. Hanya saja pagi ini berbeda, mereka sedang sibuk dan ribut di grup chat circle mereka. Saling mengingatkan barang-barang penting yang tak boleh dilupakan dan saling mengontrol keberadaan satu sama lain agar mereka tiba tepat waktu di bandara.

"Kalo gue manggilnya dari sini pake bisik-bisik, gimana mau kedengeran sampe rumah gue." Lia memandang rumahnya yang berada tepat di sebelah rumah Renjun dan hanya dibatasi oleh pagar setinggi satu setengah meter. Sementara mereka berdua kini sedang berada di halaman rumah Renjun, duduk di belakang bagasi mobil yang terbuka sembari menunggu adik Lia yang belum juga selesai bersiap-siap.

Hari ini adalah hari keberangkatan mereka menuju Bangkok. Penerbangan terjadwal pukul 11.45 siang yang berarti mereka harus berangkat dari rumah pukul 9 pagi. Berjaga-jaga berangkat jauh lebih awal karena kepadatan jalanan yang bisa saja memperlambat laju kecepatan mobil dan ditambah lagi perjalanan dari kawasan kompleks rumah mereka menuju ke bandara bisa memakan waktu satu jam dalam kecepatan normal. Renjun, Yuna dan Lia sudah stand by di mobil milik papanya Renjun sejak setengah 9 tadi dan 20 menit telah mereka habiskan menunggui Jisung di sana.

"Susulin kek sana, gak usah diteriakin. Kakak macam apa lo!" protes Renjun sembari mendorong Lia bangkit dari posisi nyamannya duduk di bagasi mobil. Mereka sengaja menunggu di situ karena masih ada koper Jisung yang akan dimasukan bergabung dengan koper mereka.

"Heh ngaca! Tolong ngaca!" balas Lia untuk mengingatkan Renjun yang tadi membuat Yuna membawa koper miliknya dan milik Renjun sendirian, sebab Renjun yang masih sibuk menelepon dan marah-marah pada Haechan yang baru bangun. Beruntung pagi ini mood Yuna sedang bagus jadi ia mau-mau saja diperintah oleh Renjun dengan sogokan makan siangnya nanti akan dibayarkan oleh Renjun.

"Sung, ngapain sih? Cepetan napa! Males gue dengerin ini orang tua berdua udah mulai berantem lagi! Kalo lo gak cepet nongol bentar lagi pasti gelut nih mereka."

Renjun dan Lia kompak menoleh horor ke arah dalam mobil, menuju Yuna yang tampak sedang menelepon Jisung dan mengindikasikan dengan jelas bahwa Renjun dan Lia sebagai orang tua yang dimaksud dalam ucapannya barusan. Renjun lantas dengan refleksnya yang ringan dan pantang mudur ketika dipancing bercekcok, menjitak kepala Yuna yang kebetulan duduk di jok belakang sehingga tangannya sah-sah saja menggapai kepala Yuna tanpa banyak mengeluarkan usaha.

"Aaa! Laporin mama nih!" Yuna refleks menjerit yang tentu saja dibuat berlebihan biar lebih terdengar mendramatisir dan meyakinkan bahwa ia kesakitan. Walaupun saksi di sana hanya ada Lia dan Renjun yang tak akan pernah termakan oleh aktingnya, Yuna tetap menjalankan perannya sebagai anak bungsu yang manja dengan baik. Sebagai anak bungsu, sepertinya ada pilihan khusus dalam hidup mereka untuk menjelma menjadi sebuah derita, benar-benar pain in the ass bagi sang kakak. Renjun dan Lia tentu berbagi nasib yang sama dalam hal ini karena sama-sama memiliki adik yang senang menguras emosi dan memposisikan kakaknya ke dalam jeratan pihak yang selalu salah dan harus mengalah pada adiknya.

"Mama kan udah ngelarang main geplak kepala. Ntar kepala gue kenapa-napa, terus gue jadi goblok emang Kak Ren mau tanggung jawab?" amuk Yuna yang berusaha balas menggapai Renjun dari kursinya dan mudah saja bagi Renjun menghindarinya hanya dengan keluar dari area bagasi.

GLACIAL ❝RENJUN NINGNING❞Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang