Chapter 3

504 47 0
                                        


-Author's P.O.V-

Peter dan Edmund sudah mengeluarkan pedang, Edmund yang sudah lebih lama bersama mereka pun tidak mengetahui apa mereka, jadi Edmund juga kaget mendengarnya. Peter langsung menyodorkan pedangnya

"Apa yang kalian mau? Menghancurkan Narnia?" Peter tersenyum sarkastik melihat mereka yang panik

"Tidak yang mulia, kami ke sini untuk meminta bantuan. Kami baik dan tidak bermaksud untuk menghancurkan apapun" jawab Ron dengan panik

Edmund melihat Aslan dari kejauhan dan melihatnya menggelengkan kepala, 'apa maksudnya?' Pikir Edmund. Sebuah perkataan terlintas di benak Edmund, 'mungkin itu yang di maksud Aslan'

"Peter! Hentikan itu, Aslan akan marah kepada kita. Aku percaya mereka" Edmund menghampiri Peter dan menariknya menjauh dari para Wizard

Peter terengah-engah, emosinya tidak terkendali. Memori itu kembali lagi, melihat Edmund di tusuk oleh Jadis membuat Peter hancur dan hampir kehilangan adik laki-lakinya itu, jika bukan karena Lucy, mungkin Edmund tidak akan selamat

"Peter, Edmund benar" Lucy ikut menengahi

Peter akhirnya tenang dan berjalan menuju ruang kerjanya meninggalkan mereka

"Maaf soal Peter" Lucy mewakili Peter

"Tidak apa yang mulia" jawab Ron

"Lucy saja, tidak perlu pakai yang mulia atau ratu" Lucy tersenyum

Eustace dan Jill masuk ke ruangan, sedikit tergesah-gesah

"Ada yang kami lewatkan?" Tanya Eustace, ternyata King Caspian ada di belakang mereka

"Lu, sebaiknya aku ke ruang kerja Peter" tanpa menunggu jawaban, Edmund langsung pergi

"Siapa mereka?" Tanya King Caspian

"Wizard, mereka ke sini untuk meminta bantuan" jelas Lucy

"Itu sebabnya Peter jengkel?" Tanya Eustace

"Yah begitulah, aku juga kaget awalnya. Oh ya. Eustace dan Jill, bisakah kau mengantar para Wizard ke kamar tamu? Suruh mereka ke ruang makan nanti malam?" Pinta Lucy

"Baik lah" angguk Eustace dan Jill

-di koridor-

"Hei, aku Lord Eustace dan ini Lady Jill, kau bisa memanggilku Eustace" Eustace memulai percakapan

"Sebenarnya kami agak bosan memperkenalkan diri, tapi ya sudahlah. Aku Ginny, Hermione, Ron, dan Harry" Ginny memperkenalkan satu per satu

Keheningan terjadi setelah mereka memperkenalkan diri, tidak ada percakapan, candaan, hanya keheningan. Sesampai mereka di kamar yang dimaksud Lucy, Jill memeberitahu mereka agar ke ruang makan saat waktu makan malam nanti. Lucy pun datang

"Aku tahu kau akan ke sini" kata Jill

"Dan aku tahu kau akan tinggal sebentar" lanjut Lucy sambil tersenyum

Terjadi keheningan dan akhirnya Hermione yang memecahkan keheningan

"Soal Queen Susan, kenapa kalian sangat menghindarinya?" Tanya Hermione

"Susan bukan sahabat Narnia lagi" jawab Lucy

"Hah? Maksudnya?" Ginny tampak bingung

"Susan menganggap Narnia hanya permainan dan khayalan anak-anak, dia juga sudah tidak percaya Narnia lagi" jelas Jill

"Tapi dia ratu bukan? Seharusnya dia percaya" protes Ginny

"Mungkin dia jengkel karena tidak bisa kembali lagi di saat dia sudah menemukan cinta" Lucy juga sebenarnya tidak tahu apa yang menyebabkan Susan seperti itu

"Setiap kami membahas atau menanyakan tentang Narnia padanya, dia langsung marah" sambung Lucy

"Yang jelas kalian tidak boleh membahas tentang Susan lagi oke?" Jill memperingati, mereka mengangguk menyetujui

"Mengapa kalian panik saat mengetahui bahwa kami ini Wizard? Apa ada yang salah?" Lagi-lagi Hermione bertanya

"Karena Jadis, dia musuh pertama Narnia tanah bayang-bayang (sebelum Narnia berakhir), dia juga hampir membunuh Edmund saat pertempuran Beruna pertama" memori itu menguasai pikiran Lucy (lagi)

"Sekali lagi, jangan bahas tentang itu oke? Kami mungkin bisa memaafkan kalian, tapi belum tentu Peter apa lagi Edmund" sekali lagi peringatan dari Jill

"Baiklah" mereka menyetujui. Setelah itu Jill dan Lucy keluar dari kamar mereka

-ruang kerja Peter-

"Menurutmu bagaimana kalau mereka hanya berpura-pura?" Peter sedikit marah

"Aslan yang meyakinkanku bahwa mereka berkata jujur" Edmund tidak mau kalah

"Kalau sudah dengan Aslan, apa yang bisa aku bantah" desah Peter

"Demi surai singa! Peter! Kau harus percaya dengan Aslan sepenuh hati, bukan dengan terpaksa" nada bicara Edmund meninggi

"Kita akan pakai truth serum kalau begitu" tawar Edmund

"Baiklah, kau menang kali ini Ed" Peter mengeluarkan botol kecil berwarna ungu. Edmund tersenyum puas telah menang debat dengan kakaknya

"Ayo kita ke ruang makan" ajak Edmund

To be continued.....

Semoga bagus :)
Comment please
Min 15-20 viewers dan ada comment, lanjut chap

-Nasya Tia

The Power Of Unity (on hold)Where stories live. Discover now