Satu - April

379 44 44
                                    

*

Ups! Ten obraz nie jest zgodny z naszymi wytycznymi. Aby kontynuować, spróbuj go usunąć lub użyć innego.

*

*

Pemuda berkacamata itu mengencangkan jaket yang ia pakai karena udara Bandung malam ini terasa begitu dingin. Sepanjang sore kota ini diguyur hujan, membuat hawa dingin malam ini bertambah berkali lipat. Kalau bukan karena paksaan dari teman temannya, Renjun akan lebih memilih berdiam diri di rumah, mengerjakan tugasnya yang belum rampung atau sekedar bermalas malasan di atas ranjangnya yang nyaman sambil melingkupi tubuhnya dengan selimut tebal kesayangannya.

Namun dengan tidak tahu dirinya Jaemin memasuki kamar kostnya, "ya kali malem minggu diem di kamar kayak jomblo," katanya tadi.

Dan disinilah Renjun, bersama Jaemin dan Mark berjalan di jalan Dipatiukur ditengah kerumunan muda mudi yang tengah menikmati malam minggu bersama pasangan. Renjun hanya menggelengkan kepalanya, bisa bisanya orang orang keluar rumah, menyiksa diri dengan hawa sedingin ini hanya untuk berjalan jalan. Kalau bukan karena Jaemin dan Mark yang menariknya, sumpah Renjun akan lebih memilih berdiam diri di kamar kostnya.

"eh ini kita mau kemana sih?" tanya Renjun sambil memeluk tubuhnya karena dingin.

"ya jalan jalan aja kenapa sih, rewel amat," cibir Mark.

Renjun memutar matanya malas, "kutukan banget nih saya harus malem mingguan sama jomblo karatan kaya kalian," katanya, "mending saya selimutan di rumah".

"alah, lo juga jomblo," kata Jaemin, "eh lupa, kan udah putus, padahal masih sayang, kasian".

Mendengar kalimat Jaemin yang seakan tanpa dosa, Renjun memiting leher Jaemin. Sungguh pembicaraan Jaemin adalah hal sensitif untuk Renjun. Sengaja Renjun menjauhi topik itu, dengan seenaknya Jaemin membawanya ke telinga Renjun.

"diem ga kamu," kata Renjun.

"iya iya maap lepasin napa," kata Jaemin sambil mencoba melepaskan diri dari kungkungan Renjun.

"heh udah udah malu maluin aja lo pada kaya bocah," kata Mark, "ini mau makan apa jadinya?"

"mau pecel lele," kata Jaemin.

"yaudah kalian kesana duluan, saya mau beli kopi dulu," kata Renjun.

Setelah mendapat anggukan dari kedua temannya, pemuda itu melangkahkan kakinya menuju salah satu gerai kopi disana. Sungguh badannya menggigil karena dingin, padahal hari ini ia sudah mengenakan kardigan yang cukup tebal. Renjun sungguh tidak mengerti mengapa Jaemin dan Mark tidak merasa kedinginan walau hanya memakai kaos oblong, aneh.

"hot lattenya satu ya kang," kata Renjun memsan minuman hangat untuk membantu menghangatkan tubuhnya.

Dibalik kacamata bergagang tipisnya, pemuda itu mengamati jalanan Bandung yang makin malam makin ramai. Tak aneh juga memang, namanya juga malam minggu, malam yang harusnya sakral untuk muda mudi yang sudah memiliki pasangan. Renjun tersenyum miris, seharusnya malam ini juga sakral baginya kalau saja gadis dulu dengan bangga ia perkenalkan sebagai kekasihnya itu masih berada disisinya, menaut kisah bersama.

Kolase ImajiOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz