"Pernikahan Lara"

4.7K 101 6
                                    

Lara, dara berusia 20 tahun itu masih keberatan dengan pernikahannya. Karena mana ibundanya Laila, menjodohkan Lara dengan lelaki seumur ayahnya, bangsawan Belanda, Mike Laurenz. Bunda Laila memang terpaksa menikahkan putri bungsunya dengan bangsawan Belanda itu, oleh karena beban hutang piutang.

"Lara sayang! Ini kebaya buat pernikahanmu nanti". Ucap bunda Laila seraya memberikan kebaya putih itu pada Lara.

Lara menanggapinya dengan wajah kusut, "bunda, Lara belum siap!".

"Laraaa, kamu akan bahagia nak!" Tukas bunda Laila sendu, sebenarnya Bunda Laila pun sedih.

"Masa Lara dikawin sama om om, bunda!? Apa kata tetangga nanti!?" Lara bercelutuk sedih.

"Semuanya akan baik-baik saja sayang!" Bujuk bunda Laila mengenakan kebaya kebadan Lara yg duduk didepan cermin dengan wajah memelas.

Lara kehilangan semangatnya, tidak ada daya untuk menolak, karena ia tidak ingin mengecewakan ibundanya. Dia memenuhi permintaan sang bunda demi menutupi piutang orang tuanya yang belum bisa terlunasi sejak dia kecil.

"Bapak penghulu da mempelai laki-laki sudah menunggu kalian!" Seru seseorang dari luar kamar.

"Iyaaaa, sebentar lagi mengenakan kebaya". Sahut bunda Laila.

Lara seketika pucat dan jantungnya berdegup kencang, bukan karena dag dig dug akan bertemu sang pangeran, tapi Lara tidak mampu membayangkan bersanding dengan lelaki paruh baya.

Ditariknya napas dalam-dalam, air matanya pun bergulir membasahi pipi chubbynya yang merona merah muda. Tangis tak tertahanpun mengalir deras, seraya menggigit bibir mungilnya, Lara berusaha untuk tersenyum dan menutupi ketidak ikhlasannya menikah dengan bangsawan Belanda itu.

"Lara, ayo! Ntar keburu sayang!" Panggil bunda Laila.

"Iya bunda ini aku sudah siap" sahut Lara pelan.

"Masya Allaaaah putri bunda sangat cantiiiiiik pake bingitz, anak siapa dulu dooong" celetuk bunda Laila bercanda agar Lara bisa tertawa.

"Bunda, gak lucu ah!" Ucap Lara masih dengan wajah kusut.

"Ayo kita keluar sayang!" Bunda Laila menggandeng lengan Lara mengajak keluar kamar diikuti Lara dengan langkah gontai, lemas dan wajah sendu.

Nampak diruang tengah penghulu dan mempelai pria bersama orang-orang, telah siap menunggu kedatangan mempelai wanita. Sejenak mereka tertegun saat melihat mempelai wanita keluar dari kamar yang jaraknya tak jauh dari tempat mereka berkumpul. Pemandangan yang indah! Sang mempelai wanita walau dengan wajah menunduk mengenakan kebaya putih dan rambut tersanggul indah dihiasi melati-melati kecil, namun terlihat jelas akan kecantikannya. Lara memang benar-benar dara jelita dan anggun juga sopan santun. Para undangan berdecak kagum sembari melontarkan pujian-pujian kepada pengantin wanita. Dan mempelai pria pun kagum tak mampu berkata-kata. Tapi dalam puluhan undangan itu, terdengar celoteh seorang wanita yang tak mengenakkan buat bunda Laila dan Lara. "Masa anak dara disandingkan dengan om om??? Kasian deh, anak sendiri jadi korban utang orang tuanya, kenapa gak nyokapnya aja yang kawin? Idiiih amit-amit cabang baby". Cibir tamu itu seraya mengipaskan kipas ditangannya dengan wajah dibuang kekanan.

Lara tersenyum kecut dan diam seribu bahasa, begitu pula bunda Laila hanya bisa geleng-geleng kepala. Seraya menarik lengan Lara, bunda Laila menempatkan Lara duduk didekat mempelai pria. Tuan Mike Laurenz sang mempelai pria, menyambut hangat kedatangan calon istrinya, dara belia yang hampir dengan sempurna. Tuan Mike memberikan isyarat mempersilahkan Lara duduk disamping kirinya. Lara pun seolah enggan, namun terpaksa duduk disebelah laki-laki paruh baya yang mengenakan jas hitam itu yang menerimanya dengan "welcome pake bingitz", ya... dialah calon suaminya.

"Mari kita mulai upacara pernikahan! Tuan Mike dan ananda Lara telah siap?" Ucap sang penghulu sembari bertanya.

"Iya, kami siap!" Jawab Tuan Mike berbunga-bunga.

Sang penghulu memandangi mempelai wanita yang selalu menunduk. "Ananda Lara siap?" Sekali lagi beliau bertanya kearah Lara. Dijawab Lara hanya dengan anggukan kecil.

"Baiklah, mari kita mulai... saya nikahkan seorang laki-laki bernama Mike Laurenz dengan seorang wanita bernama Lara Latuconsina dengan mahar seperangkat alat shalat dan uang tunai tiga juta rupiah, sah!" Dan para tamupun bersama-sama mengucapkan kalimat "sah". Mempelai pria meraih tangan mempelai wanita seraya memasangkan cincin kawin, dan sebaliknya.

Tuan Mike merangkul pundak Lara dan mencium dahi dan keningnya didepan semua tamu. Saat itu pula Lara terhenyak dan jatungnya seolah lepas dag dig dug. Resmi sudah Lara menjadi istri tuan Mike, duda kaya memiliki empat putra putri dari keluarga bangsawan Belanda bermarga Laurenz itu.

Meski kesedihan dan malu yang memuncak, Lara berusaha menyembunyikannya. Sedih karena harus menikah dengan orang seumur ayahnya, malu karena sebagian tamu menganggap keluarganya mata duitan.

Seusai acara pernikahan, tuan Mike berpamitan kepada mertuanya, bunda Laila minta izin untuk membawa Lara kerumahnya. Dengan segan, Laila pun terpaksa melepaskan putrinya dibawa sang suami.

Next:

Lara akan tinggal bersama suami dan keempat anak tirinya yang sebaya dengannya disebuah Villa elit di Jakarta.

Pacarku, Ibu Tiriku!Where stories live. Discover now