Part 1 : Hello

26 6 7
                                    

"Baiklah, Luhan-ssi, kau bisa duduk di sebelah Oh Sehun. Pemuda yang menggunakan jaket abu-abu di ujung sana. Bersikap baiklah padanya."

Siwon menatap Luhan penuh harap. Luhan tidak memahami apa ekspektasi Siwon padanya, namun pandangannya tertuju pada sosok Oh Sehun yang hanya menunduk dalam—tampak sangat malu ketika Siwon menyebut namanya. Kesannya begitu suram dan menyedihkan, dan hal itu membuat Luhan kasihan padanya.

"Jangan, sama saya saja!"

"Luhan, Luhan! Bangku yang ini kosong juga!"

"Jangan sama Sehun, dia sakit!!!"

"Jangan sama Sehun, Luhan! Nanti kamu ketularan!"

"DIAM KALIAN SEMUA!!"

Ocehan-ocehan itu berhenti, ketika Siwon berteriak kencang—Siwon, salah satu guru yang paling hangat di antara guru lainnya, berteriak kencang dan tegas pada mereka. Seisi kelas diam membisu, tidak berani membantah.

Melihat kondisi di sekitarnya, Luhan mulai memahami kondisi Sehun dan ekspektasi Siwon padanya. Ia menatap Sehun yang masih menundukkan kepalanya—Luhan berkaca-kaca, tidak tega dengannya. Ia menatap Siwon, kemudian mengangguk mantap.

TAK TOK TAK TOK

Luhan menggerakkan crutches-nya ke arah bangku Sehun. Mendengar suara tongkat yang mendekat, membuat Sehun mau tidak mau mendongakkan kepalanya. Luhan berdiri tepat di samping bangkunya, tersenyum manis. Ah, bahkan Sehun terpesona pada senyuman itu, dan kini senyuman itu ditujukan padanya!

"Halo, Sehun-ssi. Namaku Luhan!"sapa Luhan dengan hangat.

Suara itu, suara itu membuat Sehun berdebar. Seorang Xi Luhan memilih duduk bersamanya. Sehun bahkan terpaku pada Luhan, seakan ia melihat hantu. Sedetik kemudian, Sehun kembali menundukkan wajahnya dan merapatkan tudung abu-abunya. Luhan menatap reaksi Sehun, kemudian tersenyum manis. Ia tidak berkomentar apapun. Dia pun mendudukkan dirinya di samping Sehun.

Setelah beberapa menit, Sehun menengokkan kepalanya perlahan. Ia mendapati Luhan yang masih menatapnya dengan pandangan hangat, senyum manisnya tidak pudar. Luhan agak kaget melihat wajah Sehun. Wajah itu sangat putih seperti tulang, dengan beberapa kulit mengelupas di bagian lehernya yang meninggalkan bekas kemerahan. Samar memang, tapi Luhan bisa melihatnya. Luhan mengalihkan pandangannya, menatap wajah itu.

Mata itu, mata iris kebiruan dengan perpaduan abu-abu di sana. Mata yang begitu polos, begitu tidak berdosa, menjerat Luhan untuk menyelaminya bak samudera yang tenang. Luhan tidak bisa berhenti memandang mata itu. Sampai akhirnya, Sehun berkedip—membuat Luhan tertarik kembali ke dunia nyata. Luhan memalingkan wajahnya agak malu—pipinya kemerahan, duh!—dengan Sehun yang berdehem dan menundukkan wajahnya. Duh, Luhan!

TAP

Sehun kembali mengangkat wajahnya, mendapati Luhan menepuk pundaknya. Tangan itu mengusap pundak bidangnya dengan lembut, memberinya kehangatan yang tidak pernah Sehun rasakan. Sehun terpukau dengan segala yang Luhan lakukan. Semuanya terasa asing baginya, namun dia suka.

"Kita belum perkenalan, lho! Aku Luhan!"ucap Luhan, kemudian menyodorkan tangannya untuk bersalaman dengan Sehun.

Sehun menatap tangan itu, terdiam. Luhan mau bersalaman dengannya? Seseorang mau bersalaman dengannya? Apa dia tidak salah??

"Se-Sehun."ucap Sehun, namun ia tidak menyalami tangan Luhan.

Luhan menatap tangannya, sejurus kemudian menariknya dengan awkward. Ia terkekeh simpul, menatap Sehun dengan penasaran. Sehun memalingkan wajahnya, kemudian berusaha terfokus dengan buku tulis di depannya. Perlahan, ia berusaha mengontrol nafasnya—jantungnya serasa mengalir cepat, seakan-akan ada pacuan kuda di sana!

River Flows in YouWhere stories live. Discover now