***
Laya segera berkemas untuk pergi sekolah. Dibawah ia melihat ada Arda dan mamanya sedang duduk sarapan bersama.
"Laya sarapan dulu yuk"
"Gak ma" Laya langsung keluar rumahnya.
Laya sampai di sekolah, hendak ke kantin terlebih dahulu. Untuk membeli roti. Dirinya sangat lapar dan matanya terlihat panda karena tidak bisa tidur kemarin. Dilihatnya Maha sedang berada di salah satu meja kantin dengan tatapannya yang kosong. Laya mencoba menghampiri Maha.
"Ma-Maha" Maha tampak terkejut, menoleh mendapati Laya di hadapannya.
"Mau apa lo kesini! "
"Bahaya jika sendiri dengan pandangan kosong" Laya langsung pergi meninggalkan Maha.
Laya menuju ke kelasnya, menaruh beberapa roti dan susu di mejanya. Laya mulai membuka, menyuapkan sepotong roti ke mulutnya.
"Hai manis" Sapa Rafky dari pintu kelas. Laya tidak pernah sama sekali menggubris sapaan Rafky. Laya selalu tetap tidak meladeni Rafky.
***
Pagi ini Maha datang ke sekolah sangat pagi, dirinya tidak bisa tidur kemarin. Banyak masa lalu yang berkelebatan menghantui dirinya. Dan laki-laki yang menolongnya kemarin saat pingsan di toilet sekolah.
Flashback On
"Gue dimana?"
"Kamu di UKS, tadi ada laki-laki yang membawamu kemari dengan keadaan dirimu pingsan"
Flashback Off.
Maha akhirnya memilih untuk berdiri, melupakan kegelisahannya kini.
***
Laya berdiri hendak ke tempat lokernya mengambil buku pelajaran yang sempat dirinya simpan di lokernya.
"Laya lo mau kmna? "
"Ke tempat loker gua Vi" Viona mengangguk.
"Cepat ya.. Karena bentar lagi pelajaran di mulai" Laya mengangguk, meninggalkan kelas.
Laya sampai di tempat lokernya, di depan lokernya terdapat coretan kertas yang bertulis.
PENCULIK
Laya mengambil selembar kertas tersebut, merobeknya menjadi ukuran yang sangat kecil. Tangannya ragu untuk membuka loker, tetapi dirinya harus membuka. Saat membuka benar saja yang ada di dugaannya. Ribuan coretan dan sticky note yang tertempel di dalam lokernya. Bertuliskan kata-kata umpatan. Laya refleks mundur, dirinya terjatuh dan gelisah.
"Laya" Rafky berlari menghampiri Laya. Membantu Laya bangun.
"Lo Gak Papa?" Wajah Laya tampak pucat, tangannya dingin.
"Laya lo sakit? " Rafky mulai khawatir dengan keadaan Laya.
Rafky mencoba menyadarkan Laya, memegang pundak Laya. Laya yang merasa kepalanya sudah sangat pusing, mencoba untuk tetap bertahan.
"Gue bawa ke UKS ya Lay"
"Gak gak usah"
"Gue baik-baik saja" Laya menguatkan dirinya, lalu berdiri tegak. Nampak Rafky yang tersenyum lega kearahnya. Laya memposisikan dirinya kembali seperti sediakala, dengan sifat cueknya.
Laya mengambil bukunya yang terjatuh, langsung berjalan meninggalkan Rafky. Setelah Laya sampai di kelas. Laya melihat sekelilingnya yang masih berkabut, dengan sekuat mungkin dirinya mempertahankan tubuhnya yang seakan ingin pingsan.
YOU ARE READING
INTROVERT (End)
Teen FictionSiapa bilang seorang introvert akan terus menjadi pribadi yang suka dengan kesendirian, keheningan dan merasa dirinya penat dengan keramaian? Seorang introvert juga bisa menjadi seorang extrovert. Laya sendiri telah membuktikannya! Dari kecil diri...
Teringat
Start from the beginning
