Bab 1 - Namanya Mas Gulali

234 32 6
                                    

Bismillah.
Kata Dylan, happy reading calon makmum. 🤭

 🤭✨

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

1. Namanya Mas Gulali

Hujan mengguyur deras Ibukota Jakarta petang itu. Ramai orang berlarian untuk mencari pelindung agar tidak terkena hujan. Menunggu di halte atau pun menghampiri kafe untuk sekejap mungkin adalah solusi.

"Iya, Abi. Di Jakarta lagi hujan deras, sudah dulu, ya?" tanya perempuan yang sedang mengibaskan gamis hitamnya yang sedikit basah terkena hujan.

"Jangan sampai kena hujan, nanti kamu sakit. Pulang jangan larut, nanti abi suruh Bang Adhan jemput kamu, jangan ke mana-mana, tunggu aja!" Suara seorang lelaki terdengar di seberang telepon.

Zaara menarik napas panjang sebelum berkata. "Nggak perlu atuh, Bi. Zaa bisa sendiri kok, aduh ini lagi jaringan, Abi. Yaudah deh udah dulu assalamualaikum. Dah Abi, see you!" pamit perempuan itu memutuskan sambungan telepon secara sepihak.

Kemudian, dia pun melangkah masuk ke suatu kafe bersama seorang perempuan.

"Siapa, Zaa?"

Zaara mendudukkan bokongnya, lantas menoleh ke arah sumber suara. "Biasa, Abi Yusuf yang po-se-sif. Huftt, kamu aja deh yang pesan, aku tunggu." Dia berucap secara enteng. Sedangkan sang sepupu menatap geram lalu berlalu pergi sambil mengelus dada.

Beberapa detik berlalu, suara deringan ponsel berbunyi. Mendengar itu, Zaara secepat mungkin menyibak barang-barang yang berada di meja.

"Ih ... kok nggak ada, sih? Udah ah, bodo!" Perempuan itu bermonolog, lantas dia kembali bermain ponsel dengan wajah risau tak karuan. Dia berupaya mencoba untuk bodoamat dan tidak memedulikan deringan ponsel itu.

"Mbak, itu ada telepon. Diangkat, dong! Berisik tau, ganggu aja!" seru seseorang yang duduk di meja belakangnya.

Mendengar itu, Zaara memutar bola mata malas sambil mendengkus kesal sambil dalam hati berkata, "Kalau aku tau juga udah aku matikan dari tadi, Say!"

Dia sedikit memundurkan bangkunya, hingga ... perempuan berwajah manis itu pun tampak melihat ada sebuah ponsel yang tergeletak di kaki meja. Dia membungkuk kemudian mengambil benda pipih itu.

"Kiran, ada handphone!"

Zaara berteriak sambil memegang benda pipih di tangannya. Perempuan berusia setara dengannya menghampiri dengan mata membelalak kaget.

"Wah! Kalau dijual bisa kaya mendadak nih!"

Bukan memberi solusi, Kirana malah bercanda dengan tertawa. Kirana mengambil alih ponsel itu, kemudian menghidupkan layar ponsel hingga terlihatlah sebuah foto di sana. "Astaga! Pak pilotnya ganteng tenan euy!" kata Kirana histeris.

Zaara menoleh dengan wajah natural, tangan kanannya bergerak memukul pelan pundak sang sepupu, sambil berkata, "Nggak boleh ih, kita harus kembalikan, ini buk---"

GulaliWhere stories live. Discover now