Chapter 15 ~~• • •~~

Start from the beginning
                                        

Begitu sampai disana, tanpa peringatan Baccrox menghancurkan pintu masuk mansion dan mengobrak-abrik mansion Count Carancass, tak ada seorangpun yang berani mendekat, para pelayan wanita mulai berteriak dan berlari menjauh

" Dimana kepa*at menyedihkan itu hah! " Baccrox berteriak dengan suara nyaring

Terdengar suara langkah kaki santai menuruni tangga

" Oho, apa yang dilakukan tuan muda duke junior dikediaman sederhana count ini"

" Cih, aku akan menghabisimu sekarang!"

" Dimana sopan santunmu ketika bertamu ke rumah orang lain? Apa Duke baj*ingan itu tak pernah mengedukasimu?"

" Perse*an dengan sopan santun ! Kau akan kupenggal' karena merencanakan pembunuhan keluargaku!"

" Kau terlihat oercaya diri sekali bahwa aku pelakunya, aka kau punya bukti hm?!"

Tiba-tiba sebuah kabut hitam muncul disamping Baccrox, itu Raphael yang menggunakan jubah menutupi wajahnya, ia mengeuarkan batu rekaman dan menunjukkan bukti nyata apa yang telah dilakukan count carancass. Count carancass membelakkan matanya dan mencoba merebut batu rekaman dengan bayangan sihir hitam yang dibuatnya, sayangnya Raphael telah menghilang terlebih dahulu

Baccrox mendekati Count Carancass dengan pedang yang diangkatnya,

"K-kau . . . Kau tak bisa melukaiku, hanya k-kaisar yang menentukan h-hukuman .!"

Baccrox tak menghentikan langkahnya, dengan tubuh yang bergetar, count carancass mundur kebelakang, lalu ia mencoba menyerang Baccrox dengan sihir hitam miliknya, tapi tak berkesan apapun pada Baccrox, karena ia mengenakan atribut suci pemberian kuil

Count carancass mencoba lari, tapi sedetik kemudian kakinya membeku karena sihir Baccrox,

" T-tolang ampuni a-aku"

" Tak akan ada pengampunan untuk yang kedua kalinya, pertama kau menculik ibuku dan sekarang kau melukai adikku, Nyawa dibalas dengan nyawa ! !"

Count berniat membela diri, akan tetapi dengan cepat Baccrox mengayunkan pedangnya, dan " crass " kepala Count Carancass terpisah dari tubuhnya

Darah membasahi pedang Baccrox, ia pun menyeret tubuh Count Carancass dan menggantungnya di gerbang kediaman Count. Agar menjadi pelajaran, bahwa siapapun yang mencoba bermain-main dengan Duke de'Fraincesenoir maka kematian akan menantinya

.
.
#
.
.

Tinggal beberapa menit sebelum dua puluh empat jam, Diana masih betah menutup matanya, membuat khawatir ketiga pria yang sedari tadi menungguinya

" Bangunlah ! Kumohon ! Jangan terus tutup matamu ! Apa kau ingin kubawakan bunga lagi? Akan kuambilkan ! Cepat buka matamu" itu Ran yang berbicara, ia tampak seperti gelandangan dengan rambut yang berantakan, lalu ia berlari keluar untuk mengambil bunga berharap adiknya akan segera bangun

" Hei, kenapa kau terus menutup mata, kumohon jangan abaikan ayah, bangunlah, ayah berjanji ayah akan menuruti semua kemauanmu" kata Duke dengan mengelus surai rambut perak Diana,

' aku telah kehilangan ibumu, aku tak ingin kehilangan mu juga Diana ' batin duke

Tubuh Diana tiba-tiba kejang, membuat Duke terkejut lalu memeluk erat tubuh ringkih anak bungsunya itu,

" Dokter !! "

Para dokter dan alchemist hanya menunduk lemas, tak mampu berbuat apapun, mereka pasrah jika hari ini akan menjadi hari terakhir mereka bernafas

"Kenapa kalian diam saja hah!! " Baccrox mengguncang tubuh sekrang dokter

" Semuanya bergantung pada nona Diana tuan, kami sudah berusaha semaksimal mungkin"

Baccrox tak mampu berkata lagi, ia menatap nanar adik bungsunya yang kejang hebat dalam pelukan ayahnya

" Kumohon, kumohon jangan pergi, kumohon bertahanlah . . tetaplah bersama kami" duke meneteskan air matanya dengan mendekap erat tubuh Diana

Perlahan tubuh Diana mulai berhenti kejang, akan tetapi . . .
Ia sudah tak bernafas . Duke berkali-kali memeriksa nadi Diana sama sekali tak berdenyut, ia mamatung dan kembali memeluk erat tubuh anaknya yang tak bernafas itu, Duke meraung, menangis, hatinya terasa tercabik cabik. Begitu pula Baccrox, ia merosot kelantai, terlihat seperti nyawanya berkurang lima puluh tahun

Ran memasuki kamar Diana dengan seikat bunga mawar putih digenggamannya, melihat duke yang tak hentinya menangis, membuat bunga dalam genggamannya terlepas,

" Tidak . . . Ini tidak mungkin ! TIDAK !!!!!"

Ran mematung didekat tempat tidur Diana, Ia menangis mendapati adiknya tak bergerak sedikitpun

.
.

========================

~To be Continued

23 February 2021

========================

AKU TAK INGIN DICINTAI LAGIWhere stories live. Discover now