Hari pertama latihan Drama

64 35 15
                                    

Pagi yang cerah di sinari oleh mentari yang super dahsyat panasnya. Tiada yang menyangka, akhir pekan ini begitu menghauskan dahaga. Sudah beberapa hari ini tidak turun hujan. Membuat semua insan agak sedikit mengeluh, namun harus tetap bersabar. Mungkinkah ini cobaan dari sang kuasa kepada insan insan yang dilumuri oleh banyak dosa.

Aku yang sedang membereskan perlengkapan salon ibuku yang berserakan diatas meja riasan, keringat ku sedikit demi sedikit luruh dari kepalaku hingga tertetes ke lantai yang baru saja aku sapu.
Aku mengelap keringat ku memakai handuk kecil yang ku letakkan di leherku.

"Ting..." notif chat wa masuk, langsung ku raih hp ku yang terletak di kursi salon tepat di belakangku.
Kemudian ku buka hp ku dengan gegabahnya, ternyata itu notif dari kelompok ku.

"Apa? Sejak kapan aku masuk ke grup ini." Aku membatin

Terlihat jelas grup nya bertuliskan "friendship".
Iya, siapa yang tidak terkejut, jika aku seorang diri harus tersesat ke geng nya Dian Anggika yang beranggotakan siswa yang cantik semua.

Ini semua bukanlah kehendakku, bukan pula kehendak mereka. Ini semua sudah di atur oleh Bu Ayu yang rupawan.

"Tapi, mengapa harus di grup ini yah, harusnya mereka membuat grup lain"
aku masih berfikir, sambil memutar bola mataku ke arah langit, mengapa hal ini bisa terjadi.

"Aahh mungkin saja aku yang ke GR an, adakala nya mereka buat dua grup".

Aku tersenyum risih dan langsung meletakkan hp ku di atas meja riasan salon.

"Ting..."

Notif wa masuk lagi, aku tidak memedulikannya, aku masih saja asyik dengan urusanku. Namun, notif nya terus menerus masuk, hingga ku hentikan pekerjaanku sebentar.

Chat grup :

"Guys, kita ngumpul di rumahku untuk kerja kelompoknya ya. Jam 15:30, pokoknya gaa boleh ada yang terlambat" chat dari Dian

"Oke bos" balasan dari Airin

"Asssiap, bentar lagi otw ke rumah nyonya" balasan Risa

"Iya" si Lula cuek

"Okay nyonya besar qyu" si lebay Aura

Aku membacanya dan ingin membalas.
"Aku gatau lokasi rumah kamu dimana"

Namun berkali kali aku ketik berkali kali aku menghapusnya. Aku takut jika dia tidak membalasnya. Dan ku urungkan niatku.

Aku pun berbalik arah, dan mulai menanyakan kepada Risa.

Risa pun membalas :
"Hehehe,, itu aja kok takut. Yaudah, nanti aku jemput kamu deah. Biar kita pigi bareng".

Sedikit lega mendengarkan penjelasan Risa.
Budinya begitu baik, tidak pernah mengharapkan imbalan. Aku sedikit terharu terhadapnya.

* * * * *

Jam demi jam pun berlalu.
Dari luar sana terlihat seorang gadis remaja memencet klekson motornya. Aku menoleh dari jendela kamarku. Ia, itu dia gadis yang aku tunggu tunggu dari tadi sudah sampai juga untuk menjemputku.
Dia membuka helm nya

"Cepetan ra, udah terlambat nih"

"Iyaaa..." teriakku dari dalam rumah, sembari mengambil ranselku.

Sesaat aku terduduk di belakangnya
Ibuku melambai dari depan pintu

"Hati hati sayang"

"Iyaaa" sahutku tanpa menoleh ke belakang.

Lorong berbelok ke lorong lorong yang ada, akhirnya kami sampai di rumah Dian. Rumah yang berdiri megah dengan halaman yang super luas nya.

Dia yang Terlihat TegarKde žijí příběhy. Začni objevovat