Chapter 8

315 41 17
                                    

          Kun barusan meminjam ponsel sahabatnya yang baru saja datang dari Seoul. Entah apa yang dia lakukan dengan ponsel itu.

"Kun, kamu apa kan ponsel ku?" tanya Doyoung lalu menyesap teh yang dibuatkan oleh Kun.

"Enggak, cuma nge-chat seseorang."

Doyoung memicingkan matanya ke arah sahabat chinanya itu. "Ayo ngaku buat apa?"

"Ck, ngehubungin pengasuhnya Yangyang."

Seketika Doyoung tertawa terpingkal-pingkal karena kata-kata "Pengasuhnya Yangyang."

"Kenapa ketawa? Memangnya ada yang lucu?"

Doyoung mengusap-usap tengkuknya sembari memerlihatkan gigi kelincinya. "Lucu aja sih soalnya Yangyang kan udah besar, ngapain diasuh lagi coba."

"Ck, kamu lupa? Ingatannya kan masih belum pulih. Udah gitu dia minta tinggal di Korea lagi. Apa enggak bikin aku pusing."

Doyoung mengangguk pelan, "Apa pengasuhnya bisa dipercaya?"

"Sepertinya bisa, Jungwoo kenal dengan orang itu. Dia masih menjadi mahasiswa."

Di saat mereka berbincang, tiba-tiba ada seorang lelaki yang masuk ke dalam rumah Kun. Lelaki itu bahkan menutup pintunya kembali dengan sekali bantingan.

"Hei, pintunya bisa rusak kalau kau membantingnya seperti itu!" Bukannya Kun yang mengomel, justru Doyoung.

"Ah sekali lagi maaf, Kun-ge." Lelaki itu membungkuk ke arah Kun dan juga Doyoung. "Maafkan aku juga, Hyung."

Doyoung menaikkan alisnya sebelah. Sepertinya ia tidak asing dengan sosok yang sekarang ini berdiri di dekat pintu depan.

"Oh kamu Hendery?" tanya Doyoung tiba-tiba.

Lelaki bernama Hendery itu mengangguk. Bahkan bungkusan yang ia bawa tadi ikut terjatuh ke lantai karena badannya bergetar hebat.

"Kamu kenal Hendery?" Kun bertanya pada Doyoung, "Kapan?"

"Iya, Kun. Dia yang sudah mengantarku keliling Beijing. Kau ingat kan ketika aku dulu sempat nyasar?"

Sesekali Kun terkekeh ketika mengingat kejadian itu. Doyoung berulang kali menelpon diiringi dengan suara rengekannya yang meminta Kun untuk menjemputnya.

"Nah, Hendery ini yang membantuku. Sebentar, kamu tadi kenapa?"

Pertama-tama Hendery netralin napasnya dulu terus mulai bicara, "Tadi aku dikejar anjing, Hyung. Gara-gara bawa bacang."

Doyoung ngakak sejadi-jadinya sementara Kun hanya menggeleng pelan.

"Anjing-anjing di komplek ini tuh suka bacang ya, Ge?"

Kun mengedikkan bahunya, "Mana gege tahu. Gege kan bukan anjing."

"Kalau mau nanya, bisa ditanyakan langsung ke bos anjingnya. Silahkan bersuara, Doy."

Dengan garang, Doyoung menggeplak kepala temannya dengan majalah yang ia gulung-gulung. "Kurang ajar ya kamu, Kun."

Kun cuma senyum kalem. Berhasil juga dia ngatain Doyoung.

"Oh iya, Ge. Ini bacangnya. Sampai lupa kan." Hendery memberikan bungkusan itu kepada Kun. "Masih anget, baru saya buat tadi pagi."

Kun menerima bungkusan itu dengan senang hati.

"Oh iya, Hen. Kamu mau ikut Hyung ke Seoul gak?"

"Hah?"

"Iya, Hyung kalau malem tuh suka ketakutan sendiri gitu. Kalau ada orang kan jadi tenang. Mau ya? Gak dikenakan biaya apa pun kok. Kamu di sana tinggal bareng sama saya, gratis."

Sekali lagi Hendery mulai menimbang-nimbangkan tawaran itu. Kalau mendengar kata Seoul, ia jadi teringat dengan Yangyang.

Mungkin dengan dia ikut ke Seoul, dia bisa ketemu lagi sama Yangyang.

"Boleh, sekalian juga saya mau ngeliat keadaan Yangyang juga. Gimana, Ge?" tanya Hendery ke Kun.

Kun mengangguk dengan semangat, "kalau sudah sampai jangan lupa kabarin Gege. Pastikan Yangyang baik-baik aja bersama dengan Jihoon."



------

         Jihoon yang keasikan jalan dengan Hyunsuk pun sampai melupakan kehadiran orang baru di dalam apartemennya.

Buru-buru ia berjalan pulang untuk memastikan keadaan Yangyang.

"Yangyang, kau kah itu?"

Jihoon masuk ke dalam apartemennya dengan hati-hati. Ia melihat sosok Yangyang yg duduk menghadap tv sambil mengunyah sesuatu.

"Saluran tv-nya kok hilang? Dari tadi kamu nontonin saluran bersemut ini?"

Yangyang tidak menjawab. Ada yang aneh dengan apa yang dimakan oleh Yangyang.

Suara gemertak itu hampir mengisi seluruh penjuru ruangan. Jihoon yang semakin penasaran langsung saja memegang pundak lelaki manis itu. Dengan hati-hati ia balikkan badan Yangyang setengah menghadap padanya.

"Astaga Yangyang!"

Jihoon dibuat kaget oleh Yangyang. Keadaan Yangyang pada saat ini jauh dari kata baik-baik saja.

Kedua bola matanya menghitam dan masih asik memakan pecahan gelas. Darah segar mengalir dari dalam mulutnya.

"Yangyang, kenapa kamu asmr beling?!"

Jihoon yang tidak bisa apa-apa hanya bisa menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangannya.

Beberapa menit kemudian, suara gemeretak itu berhenti. Keadaan menjadi hening.

"Hei, ada apa? Kenapa menutupi wajahmu seperti itu?"

Jihoon sedikit membuka jari-jarinya untuk memberikan celah agar ia bisa mengintip.

"Kamu makan apa, Yang?"

"Buah naga."

Dan ya, Jihoon memberanikan diri untuk melihat keadaan sekitar. Televisi yang awalnya berada di saluran semut kini menayangkan suatu acara.

Pecahan gelas itu tidak ada, dan yang lebih parahnya mulut Yangyang memerah karena efek dari memakan buah naga.

Matanya juga tidak hitam seperti tadi.

Semuanya kembali seperti normal.

Jihoon masih terpaku di tempatnya. Ia benar-benar tidak percaya dengan semua ini.

"Apa benar hantu wanita itu mulai melakukan tipu muslihatnya padaku? Tapi apa tujuannya melakukan hal ini?" -Jihoon.




















Mmf, aku baru lanjutin ff enih 😔












Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 21, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Memory [Hendery X Yangyang]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang