Kalau Mashiho gabisa dipercaya, boleh kan Asahi semakin curiga?

;grudge

Yoshi melangkahkan kakinya kedalam basecamp, ini sudah sangat sore tapi seseorang menyuruh dia untuk datang kesini, katanya sih dia tahu siapa yang bunuh Hyunsuk dan udah ngefitnah Yoshi, jadi Yoshi dateng kesini.

Masih kosong, belom ada orang.

Mungkin dia telat, pikir Yoshi.

Yoshi berjalan kearah ruangan biasa mereka yang disisi dindingnya dipasangi banyak kaca, atau sebut saja ruang latihan mereka. Yoshi suka sekali latihan dance diruangan ini bersama Mashiho dan Junghwan, terkadang mereka juga membuat video dan mengaploudnya di youtube, yang membuat mereka lumayan terkenal.

Terlalu larut pada pikirannya, Yoshi tidak menyadari ada seseorang yang sudah masuk kedalam ruangan tersebut bersamanya lalu berdiri dibelakang Yoshi.

Yoshi tersadar, instingnya bilang dia harus menyingkir, dengan cepat Yoshi berbalik kearah kanan, dan benar saja, pisau yang seharusnya menancap dipunggungnya itu malah menancap pada kaca didepannya,membuat kaca itu retak.

Yoshi terkejut, dadanya naik turun, lidahnya bahkan tidak bisa berbicara. Laki-laki didepannya itu mendecih lalu menendang perut Yoshi, Yoshi yang masih terkejut itu lantas terjatuh dengan suara yang keras.

Laki-laki tadi berhasil mengambil kembali pisaunya, dia mengarahkan pisau tersebut ke dada Yoshi, "Ada kata-kata terakhir kak?"

"Anjing, maksud lo kayak gini apaan hah?!"

"Menurut lo aja, kenapa?"

"Jangan bilang—"

"Iya, dan itu semua karena lo"

"Tapi sa—"

Laki-laki itu mencoba menusuk dada Yoshi karena Yoshi terlalu banyak berbicara, namun dengan cepat Yoshi berhasil menangkis tangannya, dia bergegas bangun dari duduknya, tapi kakinya malah ditarik sehingga Yoshi terjatuh kembali dan dagunya terbentur oleh lantai, menimbulkan rasa sakit disana.

Kakinya ditarik lagi, membuat Yoshi terseret kebelakang, badannya dibalikkan paksa dan didorong paksa juga kearah kaca.

Brak!

Suara tabrakan punggung Yoshi dengan kaca terdengar sangat keras, bahkan sampai kaca tersebut retak dan pecah.

"Sshh..." Yoshi meringis kesakitan pada bagian punggungnya, matanya yang tadinya terbuka sekarang tertutup menahan rasa sakit, karena dia menutup matanya, dia tidak melihat ada pisau yang mengarah kearah dadanya.

Jleb.

"Akh!"

Laki-laki itu menusuk dada kirinya, lalu dia kembali menusuk lengan kiri Yoshi, Yoshi yang merasa kesakitan itu menendang laki-laki didepannya, laki-laki didepannya sempat terdorong kebelakang, tapi dia dengan cepat menggerakkan pisaunya kearah perut Yoshi lalu menusuknya lagi.

"Akh! Sa—kit!"

Nafas Yoshi tidak beraturan, tangannya berusaha menutupi darah yang keluar dari dada dan perutnya, tapi sepertinya itu percuma karena nafasnya semakin lama semakin menipis.

Karena dirasanya Yoshi sudah mendekati ajalnya, laki-laki itu langsung saja pergi keluar ruangan latihan lalu mengunci pintunya, tentu saja dia menggunakan sarung tangan agar sidik jarinya tidak menempel. Dia berjalan kearah rak dan mengambil satu botol air mineral untuk menghilangkan rasa hausnya.

Kriet.

Deg.

Laki-laki tersebut menghentikan gerakannya, dia mengalihkan pandangannya lalu dengan sigap menodongkan pisaunya kearah depan.

"Siapa disana?! Keluar atau gue tusuk?"

Mampus.

;grudge

Waktu sudah menunjukkan pukul 7 malam, Junkyu baru saja keluar dari cafenya. Dia membuang nafasnya kasar, rasanya sangat lelah dan dia ingin cepat-cepat pulang.

Tadinya, Junkyu sudah pulang dari jam kerjanya, tapi tiba-tiba managernya menelepon bahwa dia harus menggantikan Jeno karena ibunya Jeno kecelakaan, dia pikir cafenya hari ini tidak akan ramai pengunjung seperti biasanya, tapi nyatanya pengunjung yang datang malah 3× lipat dari biasanya.

Junkyu senang sih karena banyak yang datang, tapi dia capek karena dia yang mengantar semua pesanan serta membuat kopinya.

Junkyu berjalan memasuki minimarket, dia mengambil tiga cola dan juga satu roti rasa stoberi untuk mengganjal perutnya. Setelah membayar, Junkyu duduk dikursi yang ada didepan minimarket tersebut, dia mulai memakan rotinya sembari melihat jalanan didepannya.

Tidak banyak mobil dan motor yang berlalu lalang, tapi Junkyu sangat suka sekali melihat pemandangan ini, tak terasa dia berhasil menghabiskan 2 cola dan juga roti stoberinya.

Hawa dingin yang datang membuat dia memasukkan kedua tangannya kedalam hoodie anti social-social clubnya. Dia juga memasukkan cola yang tersisa kedalam tas totebagnya, Junkyu berdiri dari duduknya, matanya menangkap seseorang yang terlihat mencurigakan.

Orang tersebut berlari menggunakan hoodie dengan tudung yang menutup wajahnya, dari cara jalannya Junkyu seperti mengenalinya, dan juga orang tersebut seperti baru saja keluar dari arah basecampnya.

Dengan penasaran, Junkyu mengikuti orang tersebut, orang itu berada disebrang dan jauh didepan, Junkyu sengaja menjaga jarak karena takut ketahuan.

Saat dirinya hendak menyebrang, ada tangan yang memegang bahunya yang membuat dia tersentak kaget lalu membalikkan badannya.

"Jihoon? Lo bikin kaget gue aja." Junkyu mengusap dadanya spontan, sedangkan Jihoon hanya menyengir melihat ekspresi Junkyu.

"Lo ngapain? Kayak cepet-cepet gitu?" Tanya Jihoon, Junkyu yang baru sadar kemudian menoleh kebelakang, dan laki-laki tadi sudah hilang entah kemana, Junkyu menghadap kearah Jihoon lagi sambil tertawa canggung, "Gapapa, tadi gue mau nyebrang cuma gajadi." Jawabnya.

Jihoon hanya ber'oh' saja, sekarang gantian Junkyu yang bertanya, "Lo ngapain juga disini?"

"Gue baru balik kelas, mau ke minimarket situ. Eh, ngeliat hoodie legend lo, yaudah gue samperin, ternyata beneran lo"

Junkyu hanya menganggukkan kepalanya, tadi dia baru mau memesan ojek online, tapi ngeliat Jihoon kayaknya bisa nih direpotin.

"Hoon, bawa motor kan?"

"Bawa, kenapa? Lo mau balik bareng gue?"

"Tau aja, sekalian lah, kan searah"

"Ck, yaudah ayo. Tapi beliin gue minum dulu ya?"

"Iya iyaa"

;grudge


"Gue ketauan"

"Tapi?"

"Tapi kita kerjasama"

;grudge


grudge | treasure ✔Where stories live. Discover now