1

25 1 8
                                    

Hujan mendadak turun sangat deras ketika Yeo-eun baru saja keluar dari studio nail art tempatnya bekerja.

"Yeo-eun! Apa kau tidak tinggal sebentar dulu?" perempuan berusia 35 tahun pemilik studio nail art itu tidak tega dengan Yeo-eun yang harus pulang disaat hujan deras dan angin seperti ini.

"Tidak usah, aku masih ada urusan" Yeo-eun menjawabnya dengan ramah.

Sebenarnya, Yeo-eun hanya ingin pulang, itu saja. Tidak ada 'urusan' yang harus ia kerjakan.

Satu-satunya urusan Yeo-eun hanyalah tidur setelah seharian menangani 25 customer.

"Uh, baiklah. Hati-hati! Hujannya sangat deras, loh" sang pemilik studio melambaikan tangannya seiring kepergian Yeo-eun.

"Eish, tumben sekali hujannya deras. Bahuku sampai basah begini. Padahal payungku cukup lebar" keluhnya.

Untuk sampai ke rumah, Yeo-eun harus melewati gang sempit yang cukup gelap saat malam hari. Tempat itu juga dipenuhi dengan besi dan kayu rongsokan yang teronggok begitu saja di tepian jalan.

Yeo-eun nyaris mengeluarkan tinju saat suara keras mengagetkannya.

Ngomong-ngomong, Yeo-eun memang punya refleks yang bagus.

BRAK!

"SIAPA?!" gertak Yeo-eun.

Bukan apa-apa, Yeo-eun memang sedikit.... galak.

Tiba-tiba ia merasa janggal saat menyadari lempengan besi yang semula berdiri, menjadi tertidur. Yeo-eun yakin pasti suaranya berasal dari sana.

"Mungkin hanya tiku‐"

"meow"

"HUH?!"

"meow"

Suaranya begitu lirih sampai Yeo-eun harus mendekatkan badannya pada tumpukan besi rongsokan.

Suara itu semakin jelas ketika ia menyingkirkan balok kayu yang cukup besar.

Betapa terkejutnya Yeo-eun ketika menemukan seekor kucing terjebak dalam onggokan besi dan kayu bekas.

"Ya ampun!"

Cepat-cepat Yeo-eun mendekati kucing itu. Kaki kecilnya terjebak pada besi-besi berkarat. Bulu abu-abunya basah dan kotor, serta terdapat luka gores yang masih basah di sebelah kiri matanya.

Kaki mungil itu mengeluarkan banyak darah saat Yeo-eun berhasil menyingkiran besi-besi berkarat yang menjebak kucing tersebut.

Kucing tersebut tidak sanggup mengeong lagi, suaranya begitu lemah, dan badannya terlihat kurus.

"Tidak, tidak! Kau tidak boleh mati!" Yeo-eun melepas jaketnya kemudian menggunakannya untuk membungkus tubuh kucing malang itu.

Yeo-eun memutar balik langkahnya menuju klinik hewan terdekat.

"Beruntung sekali anda segera membawanya ke sini." perawat itu tersenyum sambil mengelus kucing abu-abu tadi yang kini tampilannya jauh lebih baik daripada satu jam lalu.

"Dia hanya dehidrasi, luka di dekat matanya akan cepat kering. Luka di kakinya ternyata tidak terlalu dalam, hanya saja darah yang keluar cukup banyak."

Yeo-eun menatap kucing malang itu dengan lega.

"Jangan lupa selalu ganti perban dan keringkan lukanya setelah diberi obat. Pastikan dia diberi makanan lunak dahulu selama beberapa minggu."

Pesan perawat itu membuat Yeo-eun mau tidak mau harus mampir ke pet shop yang masih buka untuk membeli keperluan si kucing abu-abu.

🐈🐈🐈🐈

"Hei, bagaimana kamu bisa jatuh? Terpeleset?"

"Makanya, seharusnya kau berteduh saja daripada main di atas atap!"

Katakan Yeo-eun gila tapi ia benar-benar mengajak kucing dalam gendongannya berbicara.

Sedangkan yang diajak berbicara sudah berkelana ke alam mimpi, setelah kekenyangan karena Yeo-eun memberikan makanan barusan.

"Kau lucu sekali" gadis itu mengelus kepala si kucing dengan sayang.

"Selamat tidur, meong"

Kitten || Taekwoonحيث تعيش القصص. اكتشف الآن