Bukan Yang Kucari

106 3 0
                                    

Penjaga keamanan itu terus memperhatikanku yang nampak kasihan ini.
Aku terus memberikan senyumanku kepadanya, seakan masih mengatakan terimakasih sedalam-dalamnya.

Ya aku tak sabar menunggu kakakku tercinta.

Satu dari dua lift terbuka. Dimana orang-orang keluar dari sana. Dan ada beberapa laki-laki yang kulihat berhenti di samping lift. Ada yang pakai seragam kantor membawa tas kerja, ada yang bersama istrinya, ada juga yang nampak memakai baju biasa bercelana batik yang panjang tengah memperhatikan handphonenya.

Dimana kakakku?

Penjaga keamanan kemudian menatapku, seakan mengisyaratkanku untuk mencari kakakku.

Namun saat itu penjaga keamanan itu di hampiri oleh seorang lelaki yang memakai baju biasa dan celana batik. Sehingga penjaga itu tak lagi fokus ke arahku.

Bagaimana ini, aku masih belum beranjak dari kursiku. Dimana kakakku berada?

Namun tak lama, penjaga keamanan itu menghampiriku bersama lelaki yang memakai baju biasa dan celana batik.

Dia mengatakan padaku jika orang tersebut yang aku cari sudah tiba.

Pria ini menatapku heran, dia tidak kenal siapa aku, begitupun juga denganku.

Sedangkan penjaga keamanan itu sudah permisi untuk kembali bertugas.

Aku lemas seketika, aku hancur, siapa orang ini. Dia bukan kakakku. Kemana kakakku?

Namun ku sadar, bisa saja ia sahabatnya.

"Maaf kamu siapa ya?" Tanyanya menyudutkanku.

Aku gugup.

Dia langsung duduk dibangku, aku turut duduk disebelahnya.

"Kenapa bisa tahu nomor hunian saya? Maksudnya apa ya?" Dia masih bingung.

"Saya pikir sahabat saya, pantas saja saya tanya tidak ada yang ngaku." Tuturnya kembali. Membuat saya terdiam.

"Maaf, kak. Saya hanya mencari kakak saya yang bernama Dani. Apakah dia ada disana?" Tanyaku memastikan.

"Dani siapa? Dani yang mana? Saya tinggal sendirian di hunian." Ungkapnya keheranan terhadapku.

Seketika aku kecewa, apakah orang ini mulai mempermainkan aku dengan kebohongannya, bahwasannya dia itu teman kakakku.

"Saya mohon jangan bercanda kak. Saya mau ketemu kakak saya." Pintaku.

"Bohong apa? Saya orang berilmu. Tidak suka berbohong."

"Jadi, alamat ini palsu." Kataku kecewa dan nampak sedih.

Dia menatapku heran.

Wajahnya tampan, mengingatkanku pada salah satu mantan pemain bola yang bernama Muhammad Rifky Alhabsy, mirip sekali.

"Maksud kamu apa?" Tanya nya.

"Maafkan saya kak, maaf saya mengganggu kakak."

"Lagian kamu gak ada kerjaan banget sih. Saya lagi ngerjain tugas kantor, eh tiba-tiba ada panggilan masuk dari seseorang yang mengatakan ada seseorang yang minta di jemput. Dan orangnya itu kamu yang sekarang bilang salah alamat. Kamu ini sebenarnya cari siapa?" Ujarnya tegas. Kuharap tak ada yang mendengar pembicaraan ini.

"Aku pikir yang tinggal disana itu kakakku."

"Saya baru 10 bulan dihunian itu. Mungkin aja kakakmu sudah pindah, dan berganti kepemilikan kepada saya."

Aku mengangguk mengerti. Dia masih menatapku kesal dengan mata nyalanya. Aku malu kepada dirinya.

"Memangnya kakakmu tidak kasih alamatnya yang baru gitu?"

Kisah Cinta Di Apartemen Where stories live. Discover now