Tentang ke-lima belas cowok yang di juluki pasukan cogan dengan kehidupan lika-liku mereka. Wajah tak menjamin segalanya, pastinya selalu ada yang di tutupi rapat oleh masing-masing dari mereka.
Entah masalah kecil atau besar.
Orang-orang sekitar ha...
¡Ay! Esta imagen no sigue nuestras pautas de contenido. Para continuar la publicación, intente quitarla o subir otra.
***
Bagas mengusap rambutnya ke belakang seraya bersiul pelan. Malam ini dia di suruh emaknya beli ketoprak di ujung gang deket perkomplekan Raja. Karena Bagas gak mau melawan perintah dari orang tua, dia pun dengan senang hati keluar rumah beli ketoprak. Toh kan ntar juga dia ikut makan.
Sesampainya di tempat tujuan, dia langsung ngambil tempat duduk di samping orang yang lagi pacaran. Nasib apa Bagas sampe kebagian duduk di samping mereka. Ketopraknya rame banyak pembeli karna selain murah kualitasnya juga enak.
"Eh dek Bagas mau pesen berapa nih?" tanya mang Irul penjual ketoprak.
Bagas dan keluarganya udah sering beli ketoprak di sini jadi penjualnya pun kenal banget. Bagas yang tadinya fokus main hp pun langsung tersenyum manis. "Tiga aja mang, pedes semua ya. Yang satu gak pake tahu buat bang Sandi." ucap Bagas.
Mang Irul mengacungkan jempolnya.
Sandi itu kakaknya Bagas, tapi kalau sifat lebih kalem Sandi daripada adiknya ini. Setelah beberapa menit menunggu ketopraknya jadi akhrinya udah selesai di buat dan Bagas pun langsung membayarnya tak lupa pamitan dulu. Biar sopan.
Lagi asik nyanyi lagu wali yang judulnya si udin, tiba-tiba dari arah belakang kepala Bagas di lempar botol sama seseorang. Pas nengok gak ada orang sama sekali. Bagas seketika merinding, dia pun lebih memilih melanjutkan jalannya.
Tapi kepalanya kena timpuk botol lagi.
"WOY KELUAR GAK LO! KEPALA GUE SAKIT INI DI TIMPUK DUA KALI!" teriak Bagas menantang.
Awalnya Bagas cuma bercanda teriak kayak gitu, eh ternyata bener aja ada seseorang yang keluar dari semak-semak. Tamat sudah riwayat kau bujang.
"Aaaaaaaa emak Bagas mau di—
"Berisik goblok!"
Bagas berhenti teriak, dia menoleh dan mendapati Rehan yang lagi ngemut permen kaki. Di tangan satunya bawa jinjingan martabak. Jadi pengen diri ini.
"REHAN PEA LO NGAGETIN GUE KAMPRET!" seru Bagas menendang pantat Rehan. Orang yang di tendang pun bukannya kesakitan tapi malahan nyengir.
"Abis dari mana lo?" tanya Rehan.
"Beli ketoprak, lo sendiri?"
"Mata lo buta ini bungkus ada namanya, bisa lihat kan?" Rehan menunjukkan bungkusan martabak di depan wajah Bagas.
Bagas menggeplak kepala Rehan. "Basa-basi aja sih, eh btw mana si bule?"
"Oh Felix?" Bagas mengangguk. "Lagi di rumahnya lah bloon! Tadi sih gue samper niatnya mau minta anter beli martabak tapi kata bapaknya lagi belajar bahasa kite-kite nih." lanjutnya.
"Wih si bule pantang menyerah juga ternyata," ucap Bagas seraya berjalan. Di sampingnya Rehan pun jalan sejajar sama Bagas, padahal setahu Bagas rumah Rehan jauh dari sini. Terus anak ini mau kemana ya?
