Eps 1 : Keputusan besar dalam hidup & Sang wanita di pantai.

22 0 0
                                    


~ * ~


Haru duduk di tangga batu pinggir pantai sambil memandangi mentari senja berwarna jingga yang begitu sendu namun tetap menawan. Kesenduan sang mentari melengkapi suasana hati Haru hari ini namun tidak dengan keindahannya. Kagawa Haru, wanita berusia 31 tahun yang sedang mengalami masalah terbesar dalam hidupnya. Sudah satu jam lebih dia hanya terdiam dengan wajah muram, meratapi nasibnya, dan berusaha membuat keputusan. Pantai bukanlah tempat yang biasa Haru datangi, dia phobia akan kedalaman, namun hari ini dia merasa dengan memandangi luasnya lautan, mungkin itu dapat menyadarkan dirinya betapa kecil masalah yang dihadapinya sekarang dan dapat membulatkan keputusan yang harus dia ambil.

Menangis di tempat umum adalah hal yang tidak pantas dilakukan menurut Haru, selama ini pun tidak pernah sekalipun dia menangis di depan orang lain. Namun hari ini, dia tidak kuasa untuk menahan air mata yang terbendung dimatanya. Haru bersyukur di hari ini, di jam segini, tidak banyak pengunjung di pantai ini, hanya ada beberapa orang, itu pun berjarak sangat jauh dari Haru.

Kembali Haru menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan matanya yang berkaca-kaca dan mulai meneteskan air mata itu. Sambil menghapus air matanya yang menetes di pipi, matanya tertuju pada cincin sederhana yang berhiaskan satu permata kecil yang melingkar indah di jari manis tangan kirinya. Haru menyentuh cincin itu, dan disaat itu pun seakan semua kenangan selama satu tahun ini berputar kembali di kepalanya bagaikan roll Film yang diputar ulang. Kenangan yang dia habiskan bersama Souta, Suaminya, yang sebentar lagi akan menjadi mantan Suaminya.

Kali ini Haru benar-benar tidak dapat lagi menahan kesedihan dan tangisnya. Dia meraih cincin itu dan melepasnya dari jari, lalu Haru berdiri dari duduknya, berlari menuju bibir pantai, kemudian melempar cincin itu dengan sekuat tenaga yang dia punya ke arah laut, sambil berteriak,

"BODOH KAU, SOUTAAAAA!!"

Haru pun tersungkur di pasir pantai, "Tapi aku pun bodoh!" gumamnya, dan dia mulai menangis sesenggukan, mengeluarkan semua kesedihan dan kekesalan yang dia rasakan saat ini.

Haru terus menangis, dia tidak peduli jika ada yang melihatnya menangis, dia merasa dengan menangis, itu akan menjadi titik akhir perjalanan rumah tangganya bersama Souta.

Lengan kemeja Haru basah karena dia berusaha mengusap pipinya yang terus dibasahi oleh air mata dan untuk menutupi wajahnya. Saat itulah Haru merasa puas dengan tangisnya, dia berusaha untuk berdiri dan membersihkan wajahnya kembali dengan lengan kemejanya itu. Dia yakin matanya pasti sangat sembab, di harus ke toilet untuk membasuh mukanya dengan air dan disaat itulah ...

"Tadi itu teriakan yang sangat bagus." Terdengar dari belakang, suara lelaki yang tidak Haru kenal. Terkaget Haru, sambil menutupi wajahnya dengan lengan, sesaat Haru menoleh ke arah suara itu berasal dan kembali memalingkan mukanya, dia lelaki yang terlihat jauh lebih muda dari Haru. Walau tidak terlihat mencurigakan tapi Haru tidak mengerti kenapa dia menyapa Haru seperti itu.

"Memang, melepaskan kekesalan dengan berteriak di pantai itu adalah hal yang paling baik" Lanjutnya berbicara sambil menghadap ke laut. "Aku juga, kalau lagi galau ..." Tentunya Haru sedang tidak ingin diajak bicara, Haru pun berbalik ke arah yang berlawanan dan sedikit menundukan kepalanya ke arah lelaki itu dan berlalu. "Eh? Tunggu. Aku bukan orang mencurigakan kok." Teriak lelaki itu dari belakang Haru. Namun Haru tidak menggubrisnya, dia sudah membulatkan tekad, setelah dari sini dia akan memberikan surat perceraiannya ke balai kota.

***

"Dia sih aneh. Dimana-mana orang kalau mau melupakan masalah pergi ke Bar, minum-minum sampe puas. Malah pengen makan banyak."

"Kau kan tahu aku nggak minum. Lagian kalau lagi stress itu enak makan sepuasnya, bikin perut kenyang. Jadi ... hari ini kau yang traktir aku 'kan?"

Kimi Ni Tsutaetai Koto (Thing That I Want To Tell You)Место, где живут истории. Откройте их для себя