#Stuck With You : Devano

6 0 2
                                    

Seorang pemuda terlihat tengah menatap foto usang yang masih terlihat sangat rapi. Di mana terdapat foto dirinya dengan seorang gadis cantik dengan senyum bulan sabit.

Perlahan senyum Devano mulai terbit. Senyum yang hanya akan ia tunjukkan saat dirinya bersama sosok yang selalu dia cintai, dan bahkan sosok itu masih setia mengisi relung hati Devano hingga detik ini.

"Kau selalu menggemaskan saat tersenyum. Aku rindu senyummu."

Devano mengusap lembut bingkai foto tersebut dengan penuh kehati-hatian. Namun, saat kilatan masa lalu berputar kembali di ingatannya. Pemuda itu langsung melempar jauh foto itu. Memaki dan bahkan mengutuk sosok yang masih setia mengisi hatinya.

"KENAPA KAU MELAKUKANNYA!" Teriak Devano.

"Aku mencintaimu, bahkan sampai detik ini aku masih mencintaimu. Tapi kenapa? Kenapa kau mengkhianati cintaku. Brengsek!"

Devano berjalan ke arah bingkai yang sudah hancur. Menatap penuh kebencian pada sosok yang masih setia menampilkan senyum indahnya.

"Kau ... kau akan menerima balasannya. Kau harus membayar semuanya." Dan sekali lagi, Devano melempar bingkai foto tersebut.

Pemuda itu sudah bersumpah, dia akan membuat sosok dalam foto itu membayar semua rasa sakit yang dia rasakan. Ia bersumpah, tidak akan pernah membiarkan sosok gadis itu hidup tenang, setelah apa yang gadis itu lakukan pada dirinya.

Rasa sakit yang berlebih membuat kita hilang akal, dan bahkan bisa berpotensi menimbulkan dendam yang hanya akan menghancurkan diri kita sendiri. Namun, Devano yang saat ini tengah dikendalikan emosi sepertinya tidak berpikir sampai sejauh itu.

Pemuda itu hanya berpikir, jika gadis yang menorehkan luka pada hati dan hidupnya harus membayar semuanya. Gadis itu harus merasakan apa yang dirinya rasakan. Gadis itu harus menderita sama seperti dirinya, atau bahkan lebih dari yang Devano rasakan saat ini.

Gadis itu, Friska Adeena Insani. Gadis yang sangat ia cintai dan ia benci diwaktu yang bersamaan.

Devano mulai membuka benda persegi miliknya. Mencoba mencari tahu semua tentang Adeena, sang mantan kekasih. Mulai dari data pribadi hingga tempat gadis itu menimba ilmu.

"Jadi kau di sana." Devano tersenyum penuh arti saat mendapatkan informasi yang dia inginkan.

Hampir setengah hari Devano terus bergelut dengan benda persegi miliknya, hingga sebuah informasi yang menjadi ladang baginya untuk belas dendam ia dapatkan.

"Bukankah kebetulan yang luar biasa, mari berjumpa di sana, Bitch."

Devano mengambil ponsel pintarnya, dan mulai menghubungi salah seorang yang dia percaya.

"Urus kepindahan ku hari ini juga. Mulai besok aku akan kuliah di Labels University dan lagi, jangan lupa dokumen penting itu. Urus dengan secepatnya, jangan buat kesalahan sedikitpun, atau kau tidak akan suka jika aku yang bertindak."

Keesokan harinya Devano pergi ke Labels University dengan senyum yang terkembang sempurna. Ia sudah merencanakan semuanya dengan apik, dan ia sangat yakin tujuannya akan segera tercapai.

Sepertinya Tuhan mendukung balas dendam Devano. Karena nyatanya pemuda itu tidak kesulitan sama sekali menemukan incarannya. Bahkan sang korban sendiri yang datang menemuinya.

"Hai, Dev, kamu tidak lupa dengan kami, kan? Kita yang bertemu di Lotte, aku Daffin dan dia Adeena."

"Mana mungkin aku lupa denganmu, aku bahkan masih ingat jelas semua rasa sakit yang kau berikan sampai detik ini. Dan sebentar lagi, sebentar lagi kau akan membayar semuanya." Setan dalam diri Devano bersorak. Semuanya sesuai dengan rencana yang sudah ia susun rapi.

Devano mencoba untuk tetap terlihat sebagai sosok yang baik di depan Daffin. Namun, pemuda itu bingung akan satu hal. Adeena, kenapa gadis itu terus diam? Kenapa ia seolah tak ingin ada di depan Devano? Padahal pemuda itu sangat yakin jika gadis itu masih sangat mencintai dirinya.

"Apa yang kau lakukan di sini?" Tanya Daffin.

"Aku ...." Devano belum sempat menjawab pertanyaan Daffin, tiba-tiba seseorang datang menghampiri mereka. Dan ternyata, sosok itu adalah Mark, teman semasa SHS Devano dan Adeena.

Devano mendengarkan dengan seksama apa yang dibicarakan oleh Adeena dan Mark. Ah salah, ralat, maksudnya hanya Mark yang berbicara, karena Adeena hanya diam dan membelalakkan matanya. Setelah itu, gadis itu pergi begitu saja, tanpa sepatah katapun keluar dari bibir manisnya.

Devano menunjukkan smirk andalannya, saat orang suruhannya melakukan tugasnya dengan sangat baik.

"Apa dia dalam mode diam lagi, kali ini?"

Mode diam? Apa maksudnya? Devano sedikit bingung, karena sejak dulu Adeena bukanlah tipe gadis yang pendiam. Gadis itu justru cenderung cerewet dan ekspresif, tapi kenapa Mark berkata seperti itu?

Jujur saja hal itu cukup mengganggu otak cerdas Devano.

"Memangnya apa yang terjadi?" Pertanyaan pertama muncul setelah kediaman Devano. Ia cukup penasaran juga dengan perubahan sikap mantan kekasihnya itu. "Pasti semua sifatnya diajarkan oleh selingkuhan gadis itu," pikir Devano.

"Bukankah kau Devano? Kau ...." Devano dengan cepat memberikan isyarat mata pada Mark, ia tidak ingin rencana yang ia susun rapi hancur begitu saja. Untung saja, pemuda dengan kacamata tebal itu cepat tanggap.

Setelah mendapat informasi dari Mark. Devano memutuskan untuk mengikuti Adeena yang sudah terlebih dahulu menemui orang yang akan menjadi dosen pembimbingnya.

Saat Adeena mendobrak pintu ruangan dosen itu, Devano sudah berdiri tidak jauh dari gadis itu. Pemuda itu hanya bisa menggelengkan kepalanya melihat kelakuan Adeena yang sangat buruk menurutnya.

"Kenapa gadis itu bahkan tidak punya sopan santun sedikitpun," gumam Devano.

Pemuda itu berkali-kali lipat dibuat bingung dengan perubahan sikap Adeena yang sangat bertolak belakang dengan pribadi gadis itu yang dulu, saat masih bersama dengan dirinya.

"Apa itu sifat aslinya?" Tanya Devano pada dirinya sendiri.

Setelah dirasa cukup, akhirnya Devano memutuskan untuk masuk dan bergabung bersama dengan sang mantan kekasih dan juga dosen pengajarnya.

Di dalam ruangan tersebut, Devano bisa melihat dengan jelas jika Adeena begitu membencinya dan bahkan tidak ingin bertemu tatap dengannya. Dan lagi-lagi, hal itu membuat Devano bimbang.

Sebenarnya apa yang terjadi? Kemarin gadis itu nampak begitu merindukan dirinya, tapi kenapa sekarang begini? Apa yang terjadi dalam semalam? Begitu banyak pertanyaan Devano yang tidak bisa ia temukan jawabannya.

"Sepertinya aku harus merubah cara bermainku," batin Devano.

MineWhere stories live. Discover now