Chapter 2

1.6K 255 4
                                    

Bab 2

Ravia dengan kasar menyisir jari-jarinya ke rambut pirang acak-acakannya dan melangkah keluar ruangan. Mata yang mengikuti setiap gerakannya jelas-jelas dipenuhi keheranan.

Tidak ada yang bisa menjangkau untuk berbicara dengannya, tetapi dia sedang melakukan sesuatu yang sangat tidak biasa sekarang.

Karena dia pergi ke luar ruangan dengan piyama yang berantakan.

'Apa yang salah dengan ini?'

Saat dia berjalan melintasi koridor, Ravia melayang-layang meskipun tertusuk oleh tatapan dingin mereka. Lucu sekali melihat orang-orang meliriknya seolah berkata, 'Apakah kamu diizinkan melakukan itu?' tanpa benar-benar mengatakan apapun padanya.

Nyatanya, berjalan-jalan dengan piyama di rumahnya sendiri adalah tindakan yang sangat sepele.

Sebagai penggantinya, Ravia sejauh ini tidak pernah bersikap menentang. Ditambah lagi, orang-orang di sekitarnya sangat ingin merongrongnya, jadi tidak bisa diungkapkan dengan kata-kata betapa dia harus menekan dirinya sendiri.

Setiap pandangan yang mengawasinya setajam pemecah es.

Sebuah kehidupan dalam seutas tali.

Dia tidak boleh gagal. Karena dia adalah penerus Leontine. Ravia harus lebih dari sempurna untuk tidak mencoreng nama Leontine.

"Apa hebatnya semua itu?"

Tapi tidak lagi. Ravia menuruni tangga dengan langkah-langkah ringan. Dia berjalan tanpa sandal, tapi rasanya seperti menginjak bulu lembut.

Hatinya juga sangat ringan. Dia akan diusir dari tempatnya. Yang berarti dia tidak harus menahan diri pada tatapan tak berguna itu lagi.

Tapi itu juga berarti sesuatu yang lain pada saat yang sama.

“.... Selamat datang kembali, Ayah.”

Dia sangat sedih.

Ravia berhenti di tangga. Sekitar tiga ruang di bawah, dua pria berdiri di jalan setapak menuju ruang tamu dan pintu depan.

Novel itu nyaris tidak menceritakan kisah penjahatnya, jadi tidak mungkin untuk mengetahui perasaan seperti apa yang dimiliki Ravia ketika dia pertama kali bertemu Tidwell, tetapi Ravia bisa merasakannya begitu dia melihat wajah asingnya.

'Ah.'

Itu adalah perasaan tanpa harapan.

Matanya bertemu dengan mata birunya. Rambut peraknya memikat seperti mata birunya.

 Rambut peraknya memikat seperti mata birunya

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Link https://imgur.com/a/AkDI5EK
*sorry kabur*
*cari di linknya aja kalau mau yang HD*
*ini gambar asli dari novelnya*

Karena dia adalah pemeran utama pria, tidak ada kata yang dibutuhkan untuk menggambarkan kecantikannya yang luar biasa.

The Male Lead's Fake SisterWhere stories live. Discover now