Bab 24 - The Choosen One

Zacznij od początku
                                    

Mena tentunya penasaran dengan cerita Thoth nanti kepada para dewa. Mena menyimpulkan kalau Thoth mengumpulkan para dewa itu di kuilnya dan akan memberi mereka pengarahan tentang bagaimana mereka harus bersikap di negara Mesir pada era modern.

Mesir, dulunya diperintah oleh Firaun pertama yang juga seorang dewa yaitu Horus. Kemudian keturunannya lah yang melanjutkan kepemimpinan di Mesir sampai sekarang. Semua firaun di Mesir, adalah keturunan Horus. Artinya Mena juga. Walau awalnya dia menganggap itu hanya legenda. Tapi Thoth sempat bilang kalau dia adalah keturunan Osiris yang merupakan ayah dari Horus. Mena merasa Thoth tertarik dengan darah yang mengalir di nadinya saat ini.

"Wahai pendeta suci, berikanlah kami ramalan, berikanlah kami ramalan," para manusia itu membungkuk, menunggu Mena membuka mulut.

Mena menggeleng. Dia tidak bisa membuat ramalan. Bahkan walau hanya mengarang saja, Mena tidak bisa. Karena setiap perkataan Mena saat ini seperti pedang yang tajam. Contohnya Mena minta dibawakan daging domba panggang serta anggur dari Siprus. Mena hanya bersikap manja. Dia harus menetap di kuil sampai Thoth mengizinkannya pergi. Dan berada di kuil terus tidak terlalu menyenangkan. Karena itu dia terpikir minta sajian makan malam yang agak merepotkan. Tapi para pendeta dan pengikut Thoth, malah berpikir kalau dewa Thoth minta persembahan domba kurban. Alhasil mereka menyembelih tujuh ekor domba gemuk. Hanya karena satu kalimat Permintaan Mena.

Para pendeta itu, bersikap seperti penerjemah bagi setiap perkataan Mena. Padahal mereka sama-sama bicara bahasa Mesir. Tapi entah bagaimana para pendeta itu punya penjelasan kreatif dari setiap ujaran sederhananya. Mungkin karena mereka adalah pendeta Thoth, dewa sihir dan tulisan. Mereka semua cerdas, saking cerdasnya mereka seperti enggan berpikir normal seperti orang lain.

Para pendeta itu selalu bereaksi berlebihan. Kalau Mena minta disiapkan air mandi, bukan berarti mereka harus menggali sumur air yang baru. Mena sampai harus menahan gatal karena menunggu mereka menyiapkan air mandinya. Karena itu sekarang Mena seringnya membisu dan sebisa mungkin melakukan semuanya sendiri.

Menjadi orang suci tidak enak, tapi masih lebih baik ketimbang berada di istananya sekarang. Yang penuh pengkhianat, pembenci dan tukang sihir. Mena belum terlalu rindu pulang ke istananya. Tapi dia kini punya dukungan Thoth. Dia tidak sabar untuk membuat mereka membungkuk dan menyesal karena terus mengincar nyawanya.

Mena menghitung sudah ada dua Minggu dia berada di Khmun. Dia sangat terkenal. Kuil Thoth dikunjungi ribuan orang setiap harinya. Kotak amal dan sumbangan penuh. Para pendeta itu pasti senang. Walau yang mereka pikirkan hanya ingin menambah koleksi buku baru di perpustakaan kuil.

Tidak ada satu orang pun dari mereka yang mengenali Mena sebagai putri Firaun. Mena memang belum pernah mencetak sejarah apapun di negeri Mesir ini. Dia tidak punya satupun patung atau lukisan dirinya di bangunan-bangunan umum Mesir. Tidak ada seorangpun di Khmun yang pernah melihat wajahnya, selain orang yang suka berkunjung ke istana.

Namun dia memasang telinganya baik-baik. Menangkap dan merekam setiap kalimat dari para orang di sekitarnya yang menyebut nama Amen-ra. Istana sudah mulai menyiapkan pemakamannya. Namun Firaun bersikeras harus menemukan tubuhnya. Jika buaya memang menelannya, setidaknya mereka bisa mendapatkan sisa sekresi dari reptil itu. Mena menghela nafas. Firaun bahkan berpikir untuk mengemas kotoran buaya dalam balutan linen dan menempatkannya dalam Sarkofagus cantik berlukis wajah dirinya. Itu terlalu menyedihkan.

Katanya keluarga Firaun mulai berdebat. Siapa yang akan menggantikan posisi Amen-ra? Mena masih menunggu, sampai Thoth mengizinkannya pergi. Tapi Mena menduga Dewa itu sudah lupa akan dirinya. Karena dirinya masih sibuk menjemput para dewa yang baru bangun tidur. Baba hanya mengangkat bahu dan bersikeras kalau mereka harus menunggu, sampai Thoth memberi tanda.

"Di mana pendeta suci itu? Beri jalan!" Mena mendengar suara yang familiar di telinganya.

Sosok gagah dan rupawan dalam balutan pakaian bangsawan yang mewah kini berjalan ke hadapannya bersama selusin pasukan terlatihnya. Mena bisa melihat bahunya bergetar karena rasa emosional yang mendalam.

"Sudah kuduga, kamu masih hidup Mena," Ahmose meraih tubuh gadis itu dan membawanya ke pelukannya. Menyesap aroma rambutnya untuk memastikan bahwa pertemuannya bukan delusi. Ahmose kembali dari Medan perang untuk menerima kabar duka. Tunangannya menghilang di sungai Nil dan sudah dianggap mati. Ahmose bahkan menyelidiki langsung Kematian Mena dan menghukum mati mereka yang terlibat.

"Selama aku belum menemukan mayatmu, aku tidak akan percaya kalau kau sudah mati," Ahmose melanjutkan melampiaskan kelegaannya.

Rumor tentang adanya pendeta suci di Khmun tentunya juga sampai ke telinga petinggi Thebes. Mereka mengutus seseorang untuk melihat orang suci itu.

"Siapa anda?" Tanya Mena datar.

"Apa?"

"Apa anda mengenali saya?" Mena memiringkan kepalanya.

"Kenapa anda menyentuh saya? Tidakkah anda mendengar dari para pendeta itu kalau saya adalah manusia yang dipilih oleh dewa Thoth? Dewa bisa mengutuk anda," kata Mena lagi dingin.

Peraturan pertama dari Thoth, jangan pernah mengaku kalau dia adalah putri Firaun.

Peraturan kedua, seandainya Mena bertemu dengan seseorang yang mengenalinya. Mena harus bersikap tidak mengenal dan berpura-pura tidak tahu jati dirinya.

Mena sudah patuh pada rencana Thoth sampai sejauh ini. Dia tidak bisa membiarkan Ahmose mengendus kebohongannya. Kalau Firaun tahu dia sengaja mengulur waktu tidak segera pulang ke istana, Firaun bisa benar-benar murka dan membunuhnya. Satu hal positif dari itu adalah, setidaknya Sarkofagus Mena akan berisi mumi asli tubuhnya, bukan kotoran buaya yang sembarang dipungut di pinggiran Nil.

"Apa yang terjadi? Kau tidak mengenaliku? Aku tunanganmu Ahmose, dan kau adalah Amen-ra, putri Firaun! Calon Firaun berikutnya!" Ahmose menegaskan identitas Mena. Seketika, seisi kuil seakan mengalami gemuruh kecil akibat reaksi terkejut banyak orang ketika mengetahui bahwa si pendeta suci adalah putri yang menghilang.

The Queen Of EgyptOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz