07. A Day with Jeremy

Comenzar desde el principio
                                        

Begitu aku masuk, aku menemukan Jeremy duduk di lantai, bersandar pada tembok, sambil memeluk lututnya. Tampaknya dia tidak menyadari diriku sekarang berada di depannya. Aku pun mempersilahkan diriku sendiri duduk di sebelahnya. Terdengar suara isakan pelan yang berasal darinya.

"Jeremy."

Aku memanggilnya namun Jeremy tidak menoleh ke arahku sedikit pun. Dia memeluk lututnya semakin erat dan isakanya pun semakin keras.

Aku tidak tahu bagaimana caranya menghibur orang yang sedang menangis karena hampir tidak ada yang pernah menghiburku jika aku sedang bersedih. Tetapi aku mempunyai satu cara untuk menghibur diriku sendiri, dan satu cara itu akan aku coba.

Aku mengeluarkan ponsel dan earphones ku dari dalam saku rok ku. Aku membuka aplikasi spotify untuk mencari lagu yang sering kudengarkan jika mengalami masalah.

Aku memasang salah satu earphones ke telinga Jeremy dan satu lagi ke telingaku. Aku menekan tombol play dan lagu Melukis Senja oleh Budi Doremi mengalun pelan.

Aku mendekatkan mulutku ke telinganya dan berbisik, "Jangan takut, ada gua di sini."

Pelan-pelan, Jeremy mendongak dan melihat ke arahku. Aku menggunakan ibu jariku untuk menghapus air mata masih mengalir di kulitnya yang halus.

"Nanti gua bantuin kerjain tugasnya gimana?"

Jeremy mengerutkan alisnya dan menggelengkan kepalanya berulang kali. Sekarang dia malah terlihat sedikit marah bukan sedih lagi.

"Udah pokoknya gua bantuin."

"Ja—jangan." Ucap Jeremy dengan suara yang sedikit serak.

Aku mengambil tangannya dan mengangkat jari kelingkingnya untuk aku kaitkan dengan jari kelingkingku.

"Itu lu udah janji. Jadi nanti kerjain tugasnya bareng gua ya."

Setelah beberapa detik Jeremy hanya menatapku, dia akhirnya mengangguk pelan. Dia pun kembali ke posisi memeluk lututnya. Aku membiarkan saja dirinya seperti itu, karena aku tidak ingin membuat susasana hatinya lebih buruk lagi dengan memaksanya untuk mengobrol.

Kadang-kadang memang ada orang yang harus diam agar dia bisa menenangkan dirinya.

Lagu yang mengalun berganti menjadi Rehat oleh Kunto Aji. Saat aku sedang bersenandung, tiba-tiba aku merasakan sebuah badan yang kini bertumpu ke badanku. Tampaknya Jeremy tertidur.

Aku membuat diriku sedikit lebih rendah dibandingkan dirinya dan membuat kepalanya berisitirahat di pundakku.

"Let go of your worries and sleep tight."

•••••˚₊· ͟͟͞͞➳❥•••••

Tet tet tet!

"Ca, mau main ke rumah gua ga? Bosen nih gua."

"Ga bisa, gua ada urusan kali ini." Aku mengambil tasku dari bawah meja dan segera memakainya di pundakku.

"Urusanya apa nih?"

"Urusan rahasia." Aku mengedipkan sebelah mataku ke Ryujin dan melesat keluar dari kelas. Aku mencari sosok Jeremy di koridor tetapi tidak dapat menemukanya karena terlalu banyak orang yang berada di sini. Tinggiku yang tidak terlalu sepadan dengan kebanyakan siswa membuatku susah untuk mencari orang dalam kerumunan seperti ini.

Wrong TimingDonde viven las historias. Descúbrelo ahora