Aku mengendap-ngendap di belakang Jeremy dan Christopher, mengikuti mereka ke arah toilet di dekat lapangan olahraga. Aku minta maaf Jeremy karena tidak menurutimu. Jujur saja, aku takut terlihat kamu terluka lagi.
Karena melihat dirimu sekarang seperti melihat diriku yang dulu. Tidak berdaya dan hanya bisa diam saja menahan rasa sakitnya.
Aku tidak bisa masuk ke toilet laki-laki jadi aku mengintip dari luar pintu toilet. Tenang, mereka tidak sedang buang air kecil atau semacamnya.
"Kemarin kenapa lu ngerjain pr gua telat?" Seorang siswa yang kuingat kemarin adalah salah satu yang memukulinya di toilet berada di hadapanya sekarang. Kemarin aku tidak sempat melihat nametag nya, tetapi sekarang aku dapat melihatnya dengan jelas. Lee Felix, yang ternyata anak kelas unggulan juga.
"So—soalnya, aku ada banyak tugas sama harus belajar buat tes. Ja—jadi ga keburu." Jeremy tidak berani memandang wajah Felix.
"Alah, bacot lu." Christopher melayangkan satu tendangan ke perut Jeremy. Jeremy mengerang kesakitan namun mereka tidak menghiraukanya.
"Gara-gara lu, kita bertiga dimarahin kan sama Bu Tiffany."
Dari sudut toilet yang lain munculah satu orang siswa lagi, kali ini yang menahan badan Jeremy selagi dipukul.
Jake. Nama yang pendek dan mudah diingat, bahkan olehku sekalipun.
Secara tidak sengaja, aku melihat ke tembok di sebelahku dan menemukan sebuah poster yang sebagian besarnya didominasi oleh muka Jake. Di bawahnya tertuliskan, "pilih no 3, Jake, untuk ketua osis".
Ah, aku ingat sekarang. Dia mencalonkan dirinya untuk menjadi ketua osis tahun ini, tetapi kalah telak oleh Jaemin. Dan akhirnya dia hanya menjadi wakil ketua osis 2.
Jake berdiri di sebelah Felix dan menaikkan salah satu sudut bibirnya. "Hey loser, don't you try to do anything funny. Or else..."
"Or else we will beat you up everytime." Felix tertawa kecil di akhir kalimatnya.
"Did you hear that clearly?" Tanya Christopher.
Jeremy hanya diam sambil menundukkan kepalanya. Aku bisa lihat kakinya bergetar sedikit dan keringat dingin terus mengucur dari belakang lehernya.
Felix berjalan ke sebelah Jeremy dan merangkulnya. "Oh come on mate, don't make this hard for everyone."
"So, did you hear what we have just said?" Felix berkata dengan suara paling berat yang pernah kudengar.
"Yes." Kata Jeremy, hampir berbisik.
"See, all you need to do was just to answer that. It makes everything easier." Ucap Felix menepuk-nepuk punggung Jeremy sambil tersenyum.
Jake membuka ponselnya dan menaruh layarnya di depan muka Jeremy. "As always, we will send the tasks in the group chat. All you got to do is to make sure everything is done properly."
"Don't be late again mate, or prepare for another beating." Christopher mengatakan itu dengan santainya lalu tertawa di akhir kalimatnya.
"See you later bestie, i hope you have a bad day." Jake mengucapkan itu sebelum berjalan keluar dari toilet.
Aku cepat-cepat menyembunyikan diriku di belakang salah satu tembok yang berjarak 200 meter dari arah pintu toilet. Setelah aku bisa mendengar langkah ketiga orang itu sudah menjauh, aku berjalan ke arah dalam toilet untuk segera mengecek keadaan Jeremy.
YOU ARE READING
Wrong Timing
Romance"Jawaban aku dari dulu cuman kamu. Tetapi kenapa jawaban kamu bukan aku?" Matanya yang sendu itu menatapku lekat-lekat, mencari jawaban yang sudah dia ketahui dari pertanyaanya sendiri. ••••• Start : 24 January 2021 Finish ©pinkpengu18
