Fish Cake

35 14 4
                                    

Tama membulatkan matanya saat membuka pintu rumah dan menemukan Aresh, Fatan dan Arin yang sudah berdiri dengan muka suntuk pukul sepuluh malam serta penampilan Aresh yang bisa dibilang tidak terlihat baik-baik saja dengan memar yang sangat ketara jelas di pipi kananya.

"Aresh lo abis ngapain? Pipinya kenapa gini?" panik Tama sambil menangkup wajah Aresh posesif membuat si punya pipi meringis.

"Bang sabar dulu sih jangan main pegang-pegang masih sakit nih" protes Aresh.

"Eh udah pul- LAH? PIPI LO KENAPA?" heboh Jefri yang keluar dari kamarnya dengan kaos kutang dan celana boxer bunga-bunya.

"Abis berantem sama alumni" jawab Fatan yang langsung berlalu meninggalkan semua orang di depan pintu rumah.

Baik Jefri maupun Tama tidak lagi mengeluarkan banyak suara saat melihat Aresh yang memilih melenggang masuk menuju kamarnya di ikuti Arin yang juga berjalan menuju ruang tengah mendudukkan diri di sofa meregangkan seluruh tubuhnya yang sangat pegal linu harus menempuh perjalanan super macet turun dari puncak.

"Eh udah pulang Rin, yang lain mana?" tanya Attar yang berdiri di tangga.

"Pada masuk kamarnya semua kak" jawab Arin.

"Gimana-gimana ospek jurusan seru gak?"

"Seru sihh, cuman ya ada lah kejadian-kejadian gak mau di ulangnya"

"Si Aresh sama Fatan yang paling rewel sama galak siapa?" penasaran Attar.

"Kak Aresh kan anak acara jadi dia gak galak sih cuman lebih fokus ke jalannya acara nah kak Fatan aku gak begitu liat sih di sana"

Attar mengangguk pelan mendengar jawaban Arin dan kembali pada kegiatannya fokus pada hpnya yang entah sedang melihat apa.

Baru saja Arin memejamkan matanya sebentar berusaha untuk menyelami dunia mimpi dan meregangkan seluruh otot tubuhnya yang super kaku selama beberapa hari terakhir tidur ramai-ramai di kasur kecil dan juga kurangnya waktu tidur harus terganggu dengan suara debat di depan pintunya.

"BANG ELAH"

"Aresh yang muda itu ngalah"

"YA MASA GUA HARUS NGALAH SAMA KUCING SIH?! LAGI UDAH MALEM KUCING APAAN MANDI JAM SEGINI" emosi Aresh melihat Tritan yang dengan acuh terus memandikan entah Louis entah Leon

"Ya emang lo mau ngapain sih udah jam sebelas gini ke kamar mandi" respon Tritan tanpa memandang Aresh yang berkecak pinggang di depan pintu kamar mandi.

"Bang astaga emang orang mau ke kamar mandi gak boleh pas malem? Gua mau buang air besar"

"Hah?"

"Berak berak bang elah berak" kesal Aresh.

"Yaudah di kamar mandi atas kan bisa?"

"ADA SI BANG JONI LAMA BENER NGEDENNYA BELOM KELAR" emosi Aresh yang semakin menjadi karena Tritan sama sekali tidak menggubris protesannya dan terus memandikan kucingnya.

"Yaudah sabar ini bentar lagi selesai"

"ARGHH TRIT-"

"Kakak-kakak bisa diem gak? Arin pusing dengernya" protes Arin yang membuka pintu kamarnya dan menyembulkan kepala.

Seketika Tritan dan Aresh saling pandang satu sama lain dan kompak menutup mulut mereka karena ekspresi Arin yang kurang mengenakkan.

"Ma-"

"Makasih ya, Arin lagi capek soalnya maaf kalo jadi judes" tutup Arin memasuki kamar tanpa memberikan jeda kepada Aresh maupun Tritan untuk menjawab, keduanya kembali saling pandang dengan kucing Tritan yang juga jadi tidak rewel di basuh oleh air.

Aresh - [Hendery]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang