Peraturan Baru

88 33 11
                                    

Senin pagi yang cerah di kontrakan di isi dengan genjrengan gitar Joni yang mengalun di seisi rumah membuat Tama yang memang dikenal memiliki suara emas pun langsung duduk disebelah Joni dan bernyanyi secara cuma-cuma untuk menghibur para penghuni kontrakan yang akan menjalankan hari senin mereka. Tama yang sudah lulus dan menunggu hari wisuda pun tidak memiliki kegiatan apapun hari ini, Joni yang memiliki kelas di siang hari pun memilih untuk duduk di tengah rumah dan menggenjreng gitarnya ditemani suara merdu Tama.

"Bang sering-sering bang hiburan buat kita gini" ujar Aresh asal sambil bertepuk tangan heboh saat Tama menyelesaikan lagu I Won't Give Up-nya Jason Mraz.

"Udah jam sembilan Aresh" Fatan mengingatkan Aresh yang masih memandang takjub ke arah Tama, mereka berdua berada dalam satu jurusan yaitu Hubungan Internasional dan juga satu kelas. Keduanya langsung berlarian menuju motor di garasi karena kelas mereka akan di mulai dalam tiga puluh menit lagi.

"Kok lo gak bilang sih?!"

"Lah? Lo udah gua suruh cepet-cepet malah nontonin bang Tama"

"Lagi suara bang Tama adem bener"

"Yaudah Aresh ini kelas bu Dewi udah jam sembilan lewat sepuluh sekarang" keluh Fatan di jok belakang motor yang langsung membuat Aresh menancapkan gas sambil berkomat-kamit semoga mereka tidak telat masuk kelas bu Dewi yang dikenal sebagai dosen killer satu jurusan.

Sesampainya di gedung parkiran fakultas FISIP pun Aresh dan Fatan segera berlarian menuju ruang kelas mereka karena waktu yang mereka miliki sebelum kelasnya di mulai adalah lima menit, jarak antara parkiran dan kelas mereka sendiri memakan waktu lima belas menit dan rasa-rasanya jantung Aresh sudah mau pensiun saja dari tubuh Aresh karena kekuatan yang digunakan untuk terus berlari menuju kelas mereka.

"Loh? Mana dosennya?"

"Loh?"

Fatan dan Aresh masuk ke dalam ruang kelas dengan penuh kebingungan karena banyak anak-anak di kelas yang sudah berdiri dan menjenjeng tas mereka, siap untuk keluar dari ruang kelas.

"Buka grup kelas makanya, kelasnya di batalin soalnya dia mau sambutan mahasiswa baru" sahut salah satu teman Aresh dan Fatan.

Aresh pun mendesah kesal dan menggolerkan badannya dengan asal di lantai kelas, kalau tahu begini mending ia di kontrakan dan mendengarkan suara bang Tama sampai lagu berikutnya dari pada harus ngebut-ngebutan bonceng si Fatan yang super gede dan lari-larian dari parkiran sampe gedung paling ujung kalau tau-tau kelasnya di batalin secara mendadak.

"Makan aja yuk"

"Angkat gua Tan, udah gak kuat jantung gua mau pensiun kaki gua juga" rengek Aresh.

"Amin" sahut Fatan yang langsung mendapat delikan tajam Aresh.

Akhirnya senin pagi itu pun dihabiskan oleh Aresh dan Fatan berkeliling area kampus yang mulai dipenuhi oleh banyak sekali mahasiswa baru yang sedang di ospek. Aresh dan Fatan pun menjatuhkan pilihan mereka untuk berduduk di bangku paling pojok kantin fakultas sambil menunggu pesanan batagor mereka datang.

"Aduh ini maba-maba pada bening banget ya" ujar Fatan sambil memerhatikan beberapa maba wanita yang melewati meja mereka.

"Halo Tania?"

Fatan langsung memelototi Aresh horror saat dirinya mendengar nama pacarnya disebut dengan Aresh yang bergaya seolah-olah sedang menelepon Tania.

"Lagi lo udah punya Tania masih aja gatel kanan kiri" gumam Aresh sambil mengunyah batagornya yang sudah diantarkan oleh ibu batagor.

"Ini namanya sebuah cuci mata, gak usah sok suci deh lo masa iya gak pernah cuci mata"

"Ya beda dong, kan kalo gua itu jomblo jadi mau cuci mata sampe subuh ke maba-maba gak bakal ada yang cemburu"

Aresh - [Hendery]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang