7

2.6K 403 91
                                    

Kini kami berada di kelas Ramalan, kelas yang tak perlu banyak menggunakan kinerja otak, hanya mendengarkan dan itu adalah mata pelajaran kesukaanku.

Aku duduk bersama Hermione. Sungguh, aku tidak mau terlihat terang-terangan di depan yang lain kalau aku bersama Draco terus.

Tapi aku juga tak rela kalau yang duduk di sebelah Draco adalah Parkinson. Dengan kikikan soknya, ia beberapa kali mendelik padaku. Perempuan itu licik!

Hermione berbisik padaku, "Kalau kau ingin menamparnya silahkan, itu pertunjukan yang bagus," sindir Hermione tertawa sangsi.

Aku merengut, tapi jelas mataku melebar antusias, "Haruskah?"

"Tentu tidak," geleng Hermione kukuh, "kau mau di tertawakan Malfoy dan Parkinson? Kalau kau sedang cemburu?"

Aku menghembuskan napas kesal. Membaca buku Ramalan kembali, aku memerhatikan Profesor Trelewney yang sedang menjelaskan tentang Ramalan Mimpi. "... Baik, duduk berkelompok, dan ingat tentang mimpi terakhir kalian," kata Profesor Trelawney kaku.

Hermione dan aku mengangguk, aku mencoba mengingat-ngingat mimpiku lagi... terakhir...

Aku mengetuk kepalaku, bagaimana aku bisa bermimpi? Kalau tadi malam aku tidur berdua dengan Draco!? Aku berpikir untuk mengarang saja.

"Oy (Name), kau bermimpi apa?" tanya Hermione yang melihatku melamun. Aku mengangkat bahu, Hermione menatapku setengah menelisik curiga, sumpah, mukanya seperti Ron. "Kau tidak mimpi yang bukan-bukan, kan?"

Aku menggeleng dan mendecak, "Hermione, otakmu sepertinya sudah terkontaminasi Ron. Hati-hati otakmu akan berdebu loh," ledekku padanya. "Kau mimpi apa? Jangan-jangan mimpi Ron?"

Hermione bergidik, mukanya bersemu merah muda. "Iuw! Kau juga tidak sadar ya? Semakin kesini kau mirip Malfoy, kau tahu. Astaga, mengerikan."

Sebuah ide muncul di kepalaku seketika. Aku melirik Draco yang nampak tak memikirkan apa-apa sepertinya otaknya kosong di sedot oleh Parkinson. Haha.

"Profesor," aku mengangkat tangan di kelas Ramalan ini, semua memandangku, jarang-jarang kan aku bertanya?

Profesor Trelawney memandangku penuh. "Ya?"

Draco menopang dagu menatapku dengan antusias, ish, kadang aku tidak suka tatapannya, aku menaikan sudut bibirku. "Apa artinya kalau aku mimpi di kejar Ular?"

Profesor Trelawney menyerengit bingung, begitu pula yang lain. Kecuali satu, jelas Draco, dia menyipitkan matanya padaku. "Bisa lebih rinci, Miss. (Name)?

"Ya, dia panjang warnanya hijau pertama dengan warna pirang di bagian kepala," ya konyol, aku mendeskripsikan Draco dalam seekor ular. Harry dan Ron hanya geleng-geleng pada kelakuanku yang berusaha meledek Draco, mereka tampak puas juga.

Parkinson menatapku jengkel, ya sudah aku pelototi dia saja. "Apa kau tak bisa membaca?"

"Ular itu mengejarmu?" tanya Profesor Trelawney lagi.

"Ya, Profesor," jawabku mengangguk, walau aku tak peduli. Toh, itu cuma karangan. Walau terdengar konyol, Tapi aku puas dengan ekspresi Draco yang menahan-nahan untuk tak berkata kasar, tapi aku yakin ia melakukannya di dalam hati.

"Kau dalam bahaya, sungguh bahaya yang menyakitkan," katanya mencoba menerawang menggunakan indra spesialnya, yang bisa dibilang konyol. Bahkan, Hermione menyebutnya Penipu. Agak kasar memang---itu pasti dendam masa lalunya, karena Hermione di bilang punya semangat yang renta---aku tak tahu apa maksudnya, yang pasti itu menyinggung Hermione.

Aku jadi ingat bagaimana, Profesor Trelawney meramal tentang kematian Harry terus menerus. Aku kedapatan juga akhirnya, terserahlah.

"Apa aku harus menghindarinya?"
Entah apa yang aku tanya, tapi jelas di ujung sana Draco sudah hampir kepanasan, artinya aku berhasil.

Boyfriend [Draco x Reader]Where stories live. Discover now