The Dursleys 1

278 30 0
                                    

Part ke-4 aku edit beberapa paragraf, silahkan baca ulang kalau penasaran, tidak memaksa.

1000+ word

______________________________

A Month Later

Suara bising memekakkan telinga terdengar dari Grimmauld Place no. 12 siang itu.

"Gin, kemarilah bantu mencuci piring piring ini"
"Benar begitu Mr. Weasley, harus diisi bahan bakar biar bisa bergerak, bukan dimantrai"
"Hermione, kucingmu kencing dikarpet, menjijikan!"
"Ya ayo langkahkan kakimu kedepan, satu langkah kecil saja Ted, tak akan jatuh, aku pegangi"
"George berhenti main main!"

"Harry, ada telepon untukmu," teriak Ginny dari lantai bawah. Harry yang sedang mengajari Teddy berjalan seketika turun ke bawah sambil tak lupa membawa Teddy di gendongannya.

"Halo, Harry Potter disini, ada yang bisa ku bantu?" tanya Harry sedikit berteriak agar suaranya terdengar ditengah kebisingan.
"Ya, baik, aku kesana 5 menit lagi," ucap Harry lagi sambil menyerahkan Teddy ke Ginny.

"Pergi kemana?" tanya Ginny.
"Kementrian, Kingsley memanggil!" ucapnya sambil mengambil mantel di entrance rumah. Setelah memberi kekasihnya ciuman singkat, ia pun ber-apparate.

⚡⚡⚡

Harry memasuki kantor kementrian sihir sambil melihat lihat keadaan sekitar, sudah lebih baik jika dibandingkan dengan kali terakhir ia kesini. Simbol simbol kegelapan dan penghinaan terhadap muggle sudah disingkirkan, baguslah, pikir Harry.

Sepanjang jalan tak henti hentinya bisikan dan gumaman ia dengar, pandangan orang orang terhadapnya membuat tidak nyaman jujur saja. Ada yang memandangnya dengan kagum dan hormat, ada pula yang memandangnya dengan benci dan dendam, dan pandangan pandangan lain yang tak bisa Harry deskripsikan.

Harry memasuki ruang menteri sihir saat ini, Kingsley Shackbolt, dan segera duduk setelah dipersilahkan.

"Mr. Potter, senang bertemu anda lagi," sapa Kingsley hormat.
"Senang bertemu kau juga, ada keperluan apa sampai kau memanggilku kemari?" tanya Harry.
"Jadi begini, seperti yang kita tahu, perang sihir kedua baru saja berakhir, nyawa nyawa yang melayang tak terhitung jumlahnya. kita kehilangan banyak sekali auror auror terlatih, sedangkan para pengikut pangeran kegelapan masih banyak yang berkeliaran di luar sana," kata Kingsley.
"Lalu?" tanya Harry sambil menyesap teh yang disajikan.
"Aku mendengar kau bercita cita menjadi auror saat sekolah dulu, dan kemampuanmu, tentu saja tak usah diragukan, sangat mumpuni. Jadi jika kau berkenan, aku ingin kau bekerja menjadi auror, membantu menangkap death eater yang masih melarikan diri, bagaimana?" tanya Kingsley
"Terimakasih pujiannya, dan benar aku ingin menjadi auror saat di Hogwarts, sampai sekarang pun masih tak berubah. Bukannya aku tak ingin membantu atau sok sibuk, tapi jujur saja aku sedang ingin mengistirahatkan tubuh dan jiwaku setelah 7 tahun yang, tidak begitu baik, kau tahu kan," jawab Harry merasa tak enak.
"Jadi, kau menolaknya Mr. Potter?" tanya Kingsley
"Dengan berat hati, iya. Maaf sekali lagi. Aku sedang tidak ingin bergelut dengan sihir hitam untuk waktu dekat ini," ucap Harry
"Tentu saja, Mr. Potter, aku hargai keputusanmu. Silahkan nikmati waktu beristirahatmu," jawab Kingsley.
"Baiklah, sepertinya hanya itu, boleh kah aku undur diri sekarang?" tanya Harry
"Ya, tentu saja, ya," jawab Kingsley.

Setelah memakai mantel dan bersalaman dengan Kingsley, Harry melangkahkan kakinya keluar pintu, bersiap melalukan apparate. Sampai, sesuatu muncul di pikirannya tiba tiba. Ia berbalik dan menghampiri Kingsley.

"Um, Kingsley, aku ingin bertanya sesuatu," kata Harry.
"Ya, Mr. Potter, tanyalah," jawab Kingsley.
"Karena perang telah berakhir, berarti rumah di kawasan muggle yang waktu itu sudah tak berbahaya, kan? Penghuni rumah itu yang dulu dipindahkan sudah boleh kembali?" tanya Harry
"Ya, kalau mereka mau mereka bisa saja kembali ke rumah muggle itu. Kenapa Mr. Potter? kau mau membawa muggle muggle biadab itu kembali?" tanya Kingsley tak yakin.
"Errr, ya. Aku punya beberapa hal yang harus diselesaikan, kau tahu, urusan keluarga," kata Harry seperti berbisik saat mengucapkan kata terakhir.
"Eh, baiklah kalau begitu, ini alamat dan nomor telepon mereka, urusannya ku serahkan padamu ya," kata Kingsley menyerahkan lembaran kertas
"Ya, terimakasih. Biar aku urus. Aku ijin undur diri, selamat tinggal," kata Harry yang ber-apparate tak lama kemudian.

⚡⚡⚡

Tubuh kecil ia rasakan memeluk kakinya pada detik pertama setelah Harry memasuki ruang tamu Grimmauld Place 12.
"Teddy tadi menangis, merasa ditinggalkan begitu saja," kata Ginny menepuk sofa tempatnya duduk, mengiyaratkan Harry untuk duduk disitu juga.
Setelah membawa Ted -yang sekarang berambut abu abu- ke gendongannya, ia mendudukkan diri di sofa itu.
"Tadi aku tidak sempat berpamitan, ya. Maaf sekali, Lolipop. Aku tak akan meninggalkanmu sama sekali untuk malam ini, nanti kita main sampai ketiduran," kata Harry sambil menggelitik perut Teddy yang entah bagaimana rambutnya kembali jadi Tosca.

"Tadi Kingsley memanggil untuk apa?" tanya Ginny.
"Menawariku jadi auror, tapi aku tolak, mau istirahat dulu aku, Gin," kata Harry menyenderkan kepalanya di paha Ginny.
"Jahat sekali, bisa bisanya dia menawarimu pekerjaan berbahaya itu saat kau baru saja selesai membunuh pangeran kegelapan," kata Ginny.
"Yah, aku sih mau mau saja, Gin. Tapi untuk saat ini sepertinya tidak. Oh, kau ingat keluarga muggleku, kan? Mereka dipindahkan saat perang, karena Voldemort sudah menandai rumah mereka dulu," kata Harry.
"Oh ya? Lalu?" tanya Ginny
"Aku mau menjemput mereka, dan mengembalikan mereka ke rumah lama mereka, Gin. Mereka pasti juga tak senang tinggal dirumah pemberian penyihir.

Aku akan menemui mereka nanti malam, sekalian menyelesaikan beberapa urusan. Dan aku ingin mengajakmu kalau kau tak keberatan,"
"Emm, ya, tentu saja. Aku ikut bersamamu. Sepertinya kau juga harus membawa si kecil ini, tak yakin ia mau kau tinggal lagi," ucap Ginny saat Teddy tertidur ditangan Harry.

Setelah perang, hubungan Harry dan Teddy menjadi lebih dekat daripada apapun. Harry ingin Teddy merasakan cinta seorang ayah, cinta orang tua kepada anaknya. Harry wants to be the best god father a kid will ever ask.

Teddy masih tinggal dengan nenek dan kakeknya, tapi hampir sepanjang hari, ia menghabiskan waktu dengan 'ayah'nya itu. Sosok Sirius selalu muncul di kepalanya saat ia bersama Teddy, Harry ingin Teddy mencintainya sebanyak Harry mencintai Sirius.

⚡⚡⚡⚡

- tok tok tok -
Harry mengetuk pintu pintu putih sebuah rumah yang jujur saja, tak jauh berbeda dengan 4 Privet Drive.

Tak lama kemudian pintu terbuka, menampilkan sosok bibi Petunia yang berdiri kaku didepan pintu.
"Harry?" ucap bibi Petunia yang entah kenapa terdengar tak yakin.

"Err, ya bibi, maaf tiba tiba datang tanpa mengabari," ucap Harry.
"Aaaa dadada," oceh Teddy tiba tiba.
Bibi Petunia yang sepertinya baru menyadari eksistensi manusia lain selain Harry pun memandang Ginny dan Teddy bergantian dengan ekspresi yang tak bisa Harry artikan.

"Eee, ya akan kukenalkan mereka kepada kalian didalam nanti, jika bibi tak keberatan mengajak kami masuk tentu saja," ucap Harry.
"Ya, masuklah. Akan kupanggilkan Dudley dan Vernon," ucap bibi Petunia tersadar dari lamunannya.

-TBC-

Hai, ini cerita pertamaku, maaf kalau keterampilan menulisku masih buruk, ya. Kalau suka, silahkan vote. Saran silahkan tulis dikolom komentar. Dan kalau kalian punya request untuk chapter selanjutnya, let me know. Terimakasih.

Stay safe stay healthy, xoxo. ⚡

The New Beginning { DISCONTINUED }Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang