Salem, Kalo Cinta Kok Diam

8 0 0
                                    

Siang itu di kost,
“Lem, ada temanmu nyari di depan” kata Boby, teman sekostku,
“ok makasih Bob” kataku sambil menyelesaikan menjemur pakaian yang kucuci pagi ini,
Hari ini aku tidak ada jadwal kuliah sehingga sedari pagi tadi aku sibuk mencuci baju kotor yang sudah menggunung.
Aku segera menuju ruang depan rumah kos ku dan kulihat Adi, teman kuliahku sedang duduk di kursi tamu,
“hai Di, gak biasanya, ada apa ?” tanyaku sambil melangkah mendekati Adi dan kami saling berjabat tangan,
“gak ada, cuma lagi suntuk aja di kos” kata Adi,
“ayo ke kamar” kataku sambil membuka pintu kamar kos ku, Adi berdiri dan mengikutiku masuk ke dalam kamar,

Di dalam kamar aku menghidupkan komputer dan membuka aplikasi musik, tak lama kemudian terdengar alunan musik dari speaker komputer,
“Lem, aku kemarin di kirimin uang sama ortu disuruh beli komputer, menurut kamu dimana toko komputer yang bagus ?” tanya Adi,
“kita kan ambil jurusan komputer, kenapa harus beli komputer lengkap, lebih baik kita rakit sendiri, itung-itung sambil belajar” jelasku, Adi diam sebentar,
“tapi aku enggak begitu menguasai perakitan komputer” kata Adi,
“tenang, aku bantu, bagaimana kalo hari ini kita mulai belanja ?” tanyaku,
“kalau kamu gak repot sih enggak apa-apa” kata Adi,
“ok sebentar” kataku sambil melangkah keluar kamar,

Aku pergi menemui pembatu pemilik kos yang biasanya membersihkan rumah kos dan meminta tolong untuk mengangkatkan jemuran ku kalau hari ini turun hujan, aku lalu ke kamar mandi untuk mandi dan beberapa menit kemudian aku kembali ke kamar,
“ayo kita berangkat” kataku setelah selesai berganti pakaian, Adi menganggukkan kepala, setelah mematikan komputer dan mengunci kamar kami pun pergi untuk berbelanja peralatan komputer,

Sekitar dua jam kami berputar-putar kota menggunakan sepeda motor ku untuk membeli semua yang dibutuhkan untuk merakit sebuah komputer, setelah ku anggap cukup kami pun kembali ke kos Adi,
“ayo Lem masuk” kata Adi sambil membuka pintu kamar kos,
“kos mu enak ya, sepi” kataku,
“sepertinya temanku pada kuliah semua, sebenarnya ini bukan kost-kostan” kata Adi,
“maksudmu ?” tanyaku,
“temanku Nugroho menyewa rumah ini, lalu menyewakan kamar-kamarnya sebagai kamar kos” jelas Adi,
“berapa sebulannya ?” tanyaku,
“450 ribu setahun per kamar” katak Adi, aku terkejut mendengarnya,
“kos ku aja sebulan 80 ribu, kalo setahun kena 960 ribu, berarti disini murah banget” kataku,
“ya begitulah, disekitar sini rata-rata sudah 100 ribu perbulan” kata Adi, aku hanya menganggukkan kepala,
“kalau ada kamar kosong kasih tau aku ya, aku mau ngekos disini” kataku,
“mungkin tahun depan Lem” katak Adi,
“ayo kita mulai, tinggal beli monitor saja sama nyari beberapa CD program, sekarang kita kerjakan yang ini dulu” kataku sambil mulai membuka kotak-kotak peralatan komputer,

Sekitar satu jam kemudian komputer Adi sudah selesai di rakit, Adi membelikan minuman dan makanan kecil untuk menemani kami bekerja,
“bagaimana dengan monitornya ?” tanya Adi,
“didekat sini ada toko komputer yang bagus, nanti kita kesana sekalian ke tempat mas Junaidi untuk menyewa beberapa CD program” kataku,

Terdengar suara beberapa sepeda motor berhenti didepan kos,
“sepertinya teman-temanmu sudah pulang kuliah” kataku sambil merapikan kotak kosong yang berserakan dilantai, Adi mengengok keluar kamar dan ku lihat raut wajah Adi berubah,
“kenapa Di ?” tanyaku,
“enggak apa-apa” kata Adi sambil kembali masuk ke kamar, dengan penasaran aku menengok keluar kamar dan kulihat beberapa cowok cewek sedang berjalan memasuki rumah,

“hai Di” kata seorang teman kos Adi yang tadi baru datang didepan pintu kamar,
“hei San” kata Adi,
“wah baru beli komputer ya” kata Sandi, teman sekos Adi,
“enggak, ini  ngerakit sendiri” kata Adi, tiba-tiba seorang cowok dan empat orang cewek muncul di pintu kamar Adi,
“wah keren dong bisa ngerakit komputer sendiri, aku juga mau dirakitin” kata seorang cewek,
“ya kamu siapkan dulu dananya Lin, nanti biar Adi yang bantu” kata Sandi,
“aku sebenarnya gak begitu menguasai sih, ini aja dibantu sama temanku” kata Adi, teman-teman Adi menoleh kearahku, aku tersenyum ke mereka,
“teman sekampusmu ya Di, keren juga” kata Lina, teman Sandi sambil melirik ke arah Adi,
“eh ya kenalin ini Salem” kata Adi, aku lalu berkenalan dengan mereka,
“gabung yuk, aku baru nyewa film baru, kita nobar” kata Sandi, aku melirik ke Adi yang terlihat salah tingkah,
“setuju” kataku langsung berdiri dan menarik kaos Adi untuk berdiri,
“aku disini aja, kamu aja Lem yang kesana” tolak Adi,
“ayolah Di, biar rame” kata Lina, akhirnya dengan paksaan akhirnya Adi besedia ikut ke kamar Sandi,

Aku memandang berkeliling didalam kamar Sandi, ukurannya dua kali kamar Adi dengan peralatan lengkap, mulai dari komputer, televisi sampai home theatre,
“kenapa Lem” tanya Roni,
“enggak, seperti rumah pindah” kataku sambil tersenyum dan duduk dilantai,
“ya gini yang bikin Sandi betah dikuliah” kata Roni
“ngawur aja kamu Ron” kata Sandi sambil menutup pintu kamar, Roni lalu melangkah menuju lemari es kecil dan mengeluarkan beberapa minuman ringan dari sana,
“yang itu gak sekalian dikeluarin Ron” kata Lina, Roni terlihat ragu sambil memandang ke arah Sandi lalu kearah ku,
“santai aja, aku orangnya bebas kok” kataku sambil tersenyum,
Aku mengerti maksud pandangan Roni karena sekilas aku melihat didalam lemari es ada botol minuman beralkohol,
Roni lalu mengeluarkan dua botol minuman beralkohol dan meletakkannya diantara minuman ringan,

“ayo San, dimulai filmnya” kata Nidya, Sandi lalu melangkah ke arah televise besar dan mengeluarkan beberapa kotak CD film,
“wah kebetulan nih, jumlah kita pas, ada empat cowok dan ada empat cewek” kata Lina, aku hanya tersenyum mendengarnya dan kulihat Adi hanya diam salah tingkah,
“benar Lin, takdir mungkin ya” kata Roni,
Aku perhatikan satu persatu dari kami, aku bisa memastikan kalau Sandi dan Lina berpacaran, begitu pula Roni dan Nidya, tinggal aku, Adi, Rina dan Indah yang single,

“filmnya udah mulai tu” kata Sandi lalu duduk disebelah Lina, sedangkan Roni dan Nidya duduk bersebelahan di sisi lain,
Aku lihat judul filmnya dan aku sudah tau jalan ceritanya karena kebetulan aku sudah melihatnya, mungkin CD originalnya baru ada tapi aku sudah melihatnya dari film bajakan yang kudapat di internet,
Aku perhatikan Adi yang sesekali mencuri pandang ke Rina, rupanya cewek ini yang membuat Adi selalu salah tingkah dari tadi,
“Indah, boleh minta tolong soft drinknya” bisikku, Indah lalu mengambilkan botol minuman ringan dan gelas, aku lalu bergeser mendekati Indah,
“makasih, kamu mau ?” tanyaku, Indah hanya menggelengkan kepala,
Aku lalu mengambil satu gelas lagi dan diam-diam menyampur soft drink dengan minuman beralkohol, Roni memperhatikanku sambil tersenyum, aku memberi kode supaya Roni tetap diam,
Aku membawa dua gelas soft drink ke dekat Adi yang sedang asik melihat film, aku lalu menyodorkan soft drink yang sudah ku campur ke Adi,

Satu jam kemudian film terhenti sejenak untuk pindah ke CD berikutnya, kulihat gelas Adi sudah hampir kosong, Roni memandangiku sambil tersenyum,
“yang mau minum ambil sendiri, bebas” kata Sandi, Roni lalu menuangkan 4 gelas minuman beralkohol dan memberikannya ke Lina, Nidya, Sandi dan satu lagi untuknya sendiri,
“Lem, kamu mau ?” tanya Roni,
“makasih, masih ada” kataku sambil mengangkat gelas soft drink ku,
Adi yang sudah mulai terpengaruh minumannya mulai berani mendekati Rina dan mengajaknya ngobrol, aku tersenyum dan bergeser ke belakang sambil menahan tawa, Roni tersenyum sambil menunjuk kearahku,
“dasar kamu” bisik Roni, Nidya menatapku dengan penuh tanda tanya lalu bertanya ke Roni,
Roni membisikkan sesuatu ke Nidya dan tak lama kemudian Nidya ikut tersenyum sambil melihat Adi dan Rina,
“kamu kasih Rina sekalian” bisikku sambil memberi kode ke Nidya,
“jangan” bisik Indah yang sedari tadi memperhatikan aku dan Roni, aku hanya tersenyum sambil menggaruk kepala,
Indah lalu bergeser duduknya mendekatiku, dia lalu diam-diam mencubit perutku,
“kamu usil banget ya” bisik Indah,
“sorry, cuma bantu temen” bisikku sambil menahan sakit,
“kalo kamu ngasih Rina juga, awas” bisik Indah sambil melepaskan cubitannya,
“ok deh” bisikku sambil menarik nafas lega,

Satu jam kemudian film selesai, aku segera berdiri dan melangkah keluar,
“mau kemana Lem, masih ada satu film lagi” kata Roni,
“mau kedepan sebentar” kataku sambil memberi kode untuk rokok, Roni mengerti,
“disini gak apa-apa ko’ Lem” kata Nidya,
“enggak ah, didepan lebih lepas” kataku sambil melangkah keluar lalu menutup kembali pintu kamar Sandi,
Ketika aku sedang menikmati batang rokok di teras kost, Indah menyusulku dan duduk disampingku,
“kenapa ?” tanya Indah,
“apanya ?” tanyaku balik gak mengerti,
“kenapa kamu kasih temanmu minuman beralkohol ?” tanya Indah,
“supaya dia punya sedikit keberanian untuk memulai” kataku tenang,
“maksudnya ?” tanya Indah lagi,
“dari tingkah Adi saat melihat Rina kelihatan kalo sebenarnya Adi tu suka sama Rina tapi gak berani ngomong” jelasku,
“kan gak semua perlu diomongin” kata Indah,
“kalo cinta kok diam ?” kataku, Indah mengernyitkan kening,
“cowok tu kalo suka ato cinta ke seseorang harus berani ngomong, soal nanti diterima ato ditolak itu resiko, kalo disimpen bisa jadi jerawat batu” tambahku,
“dasar cowok” kata Indah lalu melangkah pergi kembali ke kamar Sandi

Aku memutuskan utuk tidak kembali ke kamar Sandi, aku memilih ke kamar Adi dan tidur-tiduran. Malam harinya aku menyelesaikan rakitan komputer Adi dan kembali ke kostku.

Setelah hari itu, hubungan Adi dan Rina menunjukkan kemajuan yang menggembirakan, Adi tak lagi hanya bisa melihat dari jauh dan salah tingkah. Setiap Sandi dan teman-temannya berkumpul, Adi pun ikut bergabung dan bergembira bersama. Hanya Indah yang masih nyaman dengan kesendiriannya, begitu pula aku.

Has llegado al final de las partes publicadas.

⏰ Última actualización: Feb 21, 2021 ⏰

¡Añade esta historia a tu biblioteca para recibir notificaciones sobre nuevas partes!

Salem, Kalo Cinta Kok DiamDonde viven las historias. Descúbrelo ahora