1. Delusi

151 31 13
                                    

--- terkadang bahagia sangat mudah untuk dinikmati, tetapi sangat sulit untuk digapai ---

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

--- terkadang bahagia sangat mudah untuk dinikmati, tetapi sangat sulit untuk digapai ---

Malam ini Fidel sedang menunggu bundanya di ruang tamu. Ia ingin menunjukkan nilai hasil ujiannya di kelas 10. Berharap semoga bundanya sedikit merasa bangga telah memiliki anak sepertinya.

Fidel terus memandang pintu depan dengan senyuman gembira. Detik, berganti menit, menit berganti jam. Ia masih menatap pintu dengan penuh harap, dan sesekali menatap rapot yang berada di pelukannya.

Ia menguap. "Bunda tercinta, kok belum pulang ya? Padahal udah jam setengah dua. Oh, mungkin bunda lagi lembur ya di kantor?" gumam Fidel dengan keadaan matanya yang sayu.

Fidel mulai berbaring di atas sofa dengan keadaan rapot yang masih dipeluknya kuat. Ia kembali menguap, tidak bisa lagi menahan rasa kantuk yang menjalar di matanya. "Fidel ngantuk bun. Fidel tidur luan ya, besok aja Fidel kasih tau sama bunda tercinta." Ia menutup matanya secara perlahan dengan senyuman yang tidak pernah hilang di bibirnya.

Herian menghampiri Fidel yang berada di sofa, ia menyelimuti seluruh tubuh Fidel dan meletakkan bantal di bawah kepalanya Fidel serta guling. Herian mengambil rapot yang berada dipelukannya Fidel secara pelan-pelan, takutnya Fidel terbangun.

Fidel menggerakkan tubuhnya dan tersenyum dengan mata yang masih terpejam. "Bunda banggakan sama Fidel? Fidel boleh minta pelukan bunda sebagai hadiah dari bunda untuk Fidel?" Herian menatap nanar ke arah Fidel.

Senyum Fidel semakin mengembang. "Makasih bunda ... makasih udah berikan hadiah pelukan hangat ini ... Fidel makin cinta sama bunda." Hati Herian terasa tersayat mendengar Fidel mengigau dengan mata yang berair.

Bahkan di dalam mimpi pun Fidel merasa bahagia ketika memimpikan bundanya. Setidaknya ia pernah merasa bahagia karena dipeluk oleh bundanya, walau hanya sebuah mimpi.

• • •

Mumpung libur semester masih berlangsung. Fidel berencana ingin menuju sebuah toko untuk membelikan sesuatu yang istimewa untuk orang yang istimewa.

Senyumnya tak kunjung reda. Apalagi saat ia melihat tubuhnya kemarin dibalut dengan selimut tebal serta bantal dan guling. Fidel yakin, itu pasti perbuatan bundanya.

Motornya berhenti di sebuah toko emas. "Permisi pak, saya mau ngambil pesanan saya yang Minggu lalu." Fidel tersenyum sopan.

Bapak penjaga toko emas itu pun mengangguk. "Iya nak, udah siap kok." Bapak itu mengambil sebuah barang dengan kotak beludru berwarna merah.

"Ini, silahkan diperiksa dulu." Bapak itu menyerahkannya ke tangan Fidel.

Fidel mulai membuka dua kotak beludru berwarna merah tersebut. Setelah dibuka, senyumnya kembali mengembang. "Wah, keren pak. Saya suka. Ukirannya rapi." Fidel mengeluarkan barang itu dari kotaknya dan mengusapnya pelan.

Kala Teduh [End]Where stories live. Discover now