Bab 6. Menarik

28 5 2
                                    

Jangan mengoleksi kemalasan.
Tapi koleksilah keuletan.

-Rama-



Drrt! Drrttt! Drrtt!

Mendengar suara jam weker yang berdendang, Rama dengan otomatis menendang jam wekernya sampai terjatuh dari atas nakas. Membuat suara tibur yang mulai menjalar ke seluruh sudut ruangannya. Merentangkan kedua tangannya dan menggigau entah berkata apa. Setelah puas merenggangkan tangannya Rama terdiam lagi. Napasnya mulai teratur lagi, membuat keheningan tercipta di ruang kamarnya. Namun keheningan tak perlaku lama, tiba-tiba suara benda jatuh terdengar.

Bruak!

"Arrghh, kasur sialan!" maki Rama yang sontak membuka kedua matanya. Mengusap punggungnya yang jatuh menghantam lantainya. Berdiri dengan bibirnya berdecak penuh kekesalahan. Mengangkat kakinya kemudian dia tendang ke arah kasurnya dengan kekuatan yang sangat kuat.

"Mamam, mamam tuh! Rasain!" katanya penuh dendam. Kemudian mengusap punggungnya lagi.

"Sakit weh punggung gue! Dasar kasur laknat. Nggak ada sopan-sopannya sama majikan sendiri," omelnya terus berlanjut dengan decakan kesal setiap detiknya.

Rama melirik ke arah jam wekernya lagi, tak berapa lama kedua matanya membulat dengan sempurna saat melihat deretan angka disana. Bergegas ke kamar mandi dengan sebelah tangannya yang menyambar handuk dari balik pintu. Menutup pintunya dengan sangat keras membuat pajangan furnitur di belakang pintu terjatuh ke lantai.

Setelah mandi kilat hanya lima menit dan persiapan lainnya tiga menit, Rama segera berlari menuruni anak tangga. Decakan penuh rasa kesal dari dasar hatinya terdengar lagi saat indra penglihatannya tak menemukan satu orangpun dibawa sana. Terutama mamanya.

"Ma! Mama, Anakonda sudah bangun nih! Siapain sarapan dong!" teriak Rama setelah sampai di lantai dasar. Pandangannya menelisir semua sudut rumahnya. Hingga tak berapa lama, kedua netranya melihat ke arah meja makan. Alisnya mengernyit saat melihat sebuah benda yang tak asing baginya. Rama pun segera mendekat.

"Ck, kebiasaan. Ngedate nggak ajak anaknya," dengus Rama setelah membaca benda yang tergeletak di atas meja makan yang ternyata adalah secarik kertas bertulisan catatan yang ditulis oleh mamanya.

'Rama, papa sama mama mau ke kantornya papa. Ada acara penting disana. Kalau kamu mau sarapan, itu diatas meja udah mama siapin sarapan buat kamu.'

Begitulah kalimat yang tertulis di secarik kertas note itu. Dengan kesal Rama meletakkan kembali kertas di tempatnya. Duduk dengan sengaja dia hentakan keras membuat bunyi yang memekikan telingan. Baru satu suapan, Rama baru teringat sesuatu.

"Gue telat! Dasar bego!" teriaknya kemudian berlari meninggalkan meja makan. Baru tiba di ruang tengah, Rama teringat sesuatu. Dengan terburu-buru Rama kembaki ke meja makan. Meraba meja makan tapi fak menemukan apa yang dia cari.

"MAMA! UANG JAJAN RAMA MANA!" teriaknya kesal dengan kepala terdongak ke atas. Merasa jika semua adalah sia-sia, dengan lesu Rama berjalan keluar dari rumahnya. Membanting pintunya dengan kekutaan yang dasyat.

"Rumah gede, tapi lupa ngasih uang jajan ke anaknya," cibir Rama yang mulai mengeluarkan motor merahnya .

Brum! Brum! Brum!

Dengan rasa kesalnya yang berlipat-lipat, hingga akhirnya Rama pergi berangkat ke sekolah.





"Pagiku cerahku, matahari bersinar. Ku gendong tas merahku, didengkul-"

Nyanyian Rama terhenti saat merasaakan panas dikepala bagian belakang.

"Bego kok dipelihara sendiri, nggak ada niatan dizakatin gitu?" sindir Nakula, seperti biasa.

Who Is Rama Where stories live. Discover now