05. we're watching a television with no sound.

12 2 0
                                    

-Dimas

akhirnya gue denger Rere nangis kejer, meski cuma lewat telpon tapi Rere nangis lama banget dan mungkin karena saking sedihnya, dia sampai nggak sadar kalau dirinya udah nangis hampir satu jam. katanya dia masih di bandara, dan gue nggak tau lagi harus gimana selain nyuruh dia buat jangan kemana-mana sampai dia merasa tenang.

Juwita dapat kerjaan di Bandung, dan gue nggak bisa minta tolong dia sekarang untuk jemput Rere atau bagaimana. sampai akhirnya gue bisa menghela napas dengan lega karena bisa menghubungi Hasan untuk minta bantuan. anak itu masih aja sibuk nge-band, masih belun sempet mikirin mau lulus atau nggak.

"udah aku ajak makan dan anter pulang ke kos-an. kenapa itu si Rere, Dim?" jelas suara Hasan yang sedikit medok mengucap dalam bahasa Indonesia, gue masih suka ketawa kalau denger.

"habis syuting AADC dia,"

"HAH SERIUS? sama siapa? aku kenal gak?"

"gak penting siapa aktornya, yang penting lo sekali-kali ajak dia waktu lo manggung. kasian nggak ada yang nemenin dia di Jogja."

"woalah, bingung juga tadi aku liatnya. kenceng banget nangisnya sampai hampir disamperin petugas keamanan, untung aku keburu datang."

sebelum benar-benar menutup panggilan, Hasan betulan berusaha keras untuk tau siapa pemeran utama laki-laki atas insiden yang mengejutkannya. tapi orang itu berhenti kepo ditengah jalan karena ada panggilan dadakan dari teman satu band-nya.

gue yakin gue nggak perlu turun tangan, Abi nggak pernah melakukan hal tanpa pikir panjang bahkan jika itu termasuk menentukan pilihannya untuk meninggalkan Rere. toh Abi memang tetap akan pulang dan hanya Rere yang tetap akan tinggal di Jogja. keduanya nggak pernah cerita, dan tanpa ada yang pernah menjelaskan situasinya, gue cuma menerima kabar yang mereka berikan. sampai akhirnya tadi Rere nelpon gue sambil nangis, bikin panik setengah mati.

kalau ada yang harus gue lakukan, udah yang paling bener adalah diem aja seperti biasanya. iya, bahkan setelah gue tau kalau Rere beneran masih sesuka itu sama Abi. dan entah apa saja yang sudah terjadi diantara mereka, itu biar jadi urusan mereka. bukan karena gue nggak mau ambil pusing, tapi karena nggak akan ada manfaatnya buat mereka mau gue tau situasinya atau enggak. berapa lama, sih gue kenal mereka sampai gue harus turun tangan cuma demi melegakan prasangka gue sendiri.

Juwita yang selesai dengan isi piringnya itu mendadak memecahkan pikiran gue yang udah kemana-mana selama beberapa menit setelah selesai dengan panggilan Hasan, "gimana Rere?" tanyanya,

"udah pulang ke kos-nya, apa aku harus telpon lagi ya?" tanya gue, yang dibalas gelengan oleh si Juwita, katanya Rere seharusnya tak boleh diganggu untuk sekarang.

"Abi pulang hari ini?" tanyanya lagi,

gue mengangguk, "aku sebenarnya pensaran, tapi aku nggak mau ikut campur."

heart outWhere stories live. Discover now