02. why don't speak it out loud instead of living in your head.

26 2 0
                                    

- Dimas

Juwita bukan cewek yang rewel, apalagi Rere dan Abi. orang-orang disekitar gue cukup mengurus diri mereka dengan baik sehingga gue nggak perlu ngapain-ngapain selain membantu ketika dibutuhkan atau memberi saran jika diperlukan, karena gue juga cukup pintar buat ngurus diri sendiri. mungkin kadang Rere jadi sedikit masalah buat gue dan Abi, tapi Rere juga tau kapan harus ngerepotin temennya atau nggak. malah sebenarnya kalau dipikir lagi, Rere cuma numpang ngeluh diawal dan nanti tiba-tiba udah baikan tanpa kita berdua ngasih solusi apa-apa.

gitulah, aneh.

suatu hari, kepala gue kacau berat. semuanya kalut dan terasa muak. rasanya aneh karena ini seperti baru pertama kali gue menyia-nyiakan waktu dengan tidak melakukan hal yang produktif sama sekali dan memilih ikut pergi ke karaoke daripada ngerjain tugas yang tiga hari lagi udah harus gue kelarin. dan jujur, gue belum menyentuhnya sama sekali. kalau pergi dengan Abi dan Rere, satu tujuan nggak akan cukup. jadi setelah karaoke, kita niat banget cuma mau makan ke Kaliurang. dan anehnya gue nggak keburu laper banget. dan seperti orang yang gabut padahal sama sekali nggak, kita rela ngantri selama hampir satu jam cuma buat makan nasi sama telor dadar dan nyicip pisang goreng yang katanya terkenal itu. kata Rere kegiatan ini dia maklumi banget soalnya gue lagi pusing.

setelah masa-masa hectic yang tidak karuan itu, untuk beberapa kali gue mulai bisa mengendalikan diri. maksudnya jadi tau apa yang harus gue lakuin ketika semuanya udah terasa ruwet. kalau nggak nyamper mereka berdua ya lakuin hal-hal aneh sendiri. jalan-jalan sendiri adalah hal yang gue sebut aneh, meskipun nggak dosa kecuali jika dipandang dari sudut society.

waktu itu gue masih mikir kalau semua yang gue punya nggak ada manfaatnya, karena gue sendiri aja selalu kewalahan menghadapi diri sendiri. lalu Abi bilang, "ya kalau bingung peganganlah, pegangan sama kita juga boleh."

TADINYA, tadinya banget, punya temen itu menurut gue juga aneh. tapi ternyata karaoke rame-rame, ngobrol panjang sehabis makan, atau secara acak bepergian dengan manusia lain itu nggak seburuk itu.

untuk pertama kalinya gue merasa kalau kemampuan gue beradaptasi itu bukanlah hal bohongan. iya, gue selalu merasa kalau gue udah bohongin banyak orang dengan bersikap ramah yang bikin gue seolah punya banyak teman dan relasi. memang sih tujuannya adalah relasi, tapi gue nggak pernah berpikir untuk membangun sebuah pertemanan.

entah ini cuma seandainya gue nggak kuliah disini atau cuma seandainya gue nggak ketemu manusia kayak Abi dan Rere. meskipun kombinasinya aneh, mereka berdua seperti satu paket. Rere lucu, karena kelakuannya terlampau acak dan sering buat Abi terpaksa bekerja keras memperbaiki manajemen emosinya. padahal dalam sekali lihat aja gue tahu cewek ini sebenarnya naksir Abi. tapi gue biarin aja karena nangis pasti nangis-nangis nahan malu kalau dia tau gue tau.

kalau Juwita, lucu jugalah. dan mungkin jadi pengalaman yang lebih aneh lagi. karena meskipun gue nempel sana sini, gue selalu berusaha untuk nggak terikat secara romantik dengan siapapun. tapi Juwita datang tanpa kado, tanpa makanan manis yang katanya ia buat sendiri, dan tanpa mengulurkan tangannya untuk ngajak gue kenalan. tapi ngajak gue debat hebat diforum. itu waktu masih jaman kita maba, kebetulan kita anggota BEM universitas... jadi ya.. gue anak FEB ini didebat sama anak FISIP. klasik banget, tapi Juwita emang cakep, dan lagi kepala gue hampir nggak bisa diajak dia traveling waktu debat saking keren dan cakepnya tuh cewek.

gue nggak menyalahkan orang mau naksir dengan cara apa aja, termasuk semua cewe yang pernah sengaja deketin gue dengan cara yang sama. dan kalau emang satu dari mereka semua berhasil ngambil hati gue, gue juga nggak akan masalah dengan itu, dengan gimana cara mereka berusaha mengenal gue maksudnya. tapi ya gitu, maaf ya.

dan itu sama aja, karena gue mendekati Juwita sama dengan kebanyakan cowok lain yang pernah berusaha deketin dia karena cakep dan pinter. tapi dia terlalu pinter dan nolak mereka semua, kecuali gue, ehe.

heart outNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ