***

"Tuan Besar, Tuan Muda Kim ada diluar.-"

Joongki menatap Kepala Pelayan Lee, melihat pria tua itu dengan kening berkerut. Pria itu masih tak mengerti dengan ucapan Kepala Pelayannya itu, atau siapa orang yang dimaksudkan datang tersebut. Dia merasa tak pernah memiliki janji, atau bahkan mengingat ada orang yang akan bertamu sepagi ini.

"-Katanya dia ingin menjemput Tuan Muda untuk berangkat ke Sekolah bersama."

Hyeongjun tak terlihat tertarik, dia bahkan tak melirik sedikitpun saat Kepala Pelayan Lee berkata bahwa Kim Yohan datang menjemputnya pagi ini untuk berangkat bersama. Sedang Joongki terlihat mulai mengingat perjanjiannya dengan para sahabatnya tadi malam. Bahwa dia akan memberikan waktu untuk anak-anak sahabatnya mencoba dekat dengan Hyeongjun. Dan salah satu caranya dengan membuat mereka menjemput Hyeongjun untuk berangkat ke Sekolah bersama secara bergantian.

"Bawa dia masuk, dan suruh pelayan untuk menyiapkan satu menu sarapan juga."

Dan sekarang mereka duduk bersama, Yohan bahkan duduk di kursi tepat disamping Joongki. Mereka bahkan mulai berbicara dengan begitu akrab, Kim Yohan terlihat berusaha keras untuk menarik perhatian calon mertuanya tersebut. Sedang Joongki tentu saja senang, karena Yohan itu baginya merupakan anak yang begitu cerdas. Bahkan pembicaraan mereka cukup nyambung, saat Joongki menanyakan hal-hal tentang bisnis dan pemuda itu jawab seolah telah dipersiapkan dengan matang oleh Kim Youngwon untuk menjadi penerusnya.

"Kalian terlihat cocok menjadi Ayah dan Anak."

Berkomentar sarkas, Hyeongjun melakukannya tanpa sadar. Melihat bagaimana rasa senang memenuhi wajah sang Ayah, ketika berbicara dengan Yohan. Seolah dia mendamba seorang anak yang sempurna seperti pemuda tampan itu. Cemburu? Hyeongjun justru merasa muak dari pada merasakan perasaan iri tersebut.

"Benarkah? Berarti aku memiliki kesempatan besar untuk menjadi calon anak menantu di Keluarga Song."

"Jangan bermimpi!"

"Song Hyeongjun!"

Berdiri dari duduknya, setelah menyelesaikan sarapannya. Hyeongjun hanya memandang sang Ibu dengan raut datar tak terbaca, lalu memandang kearah sang Ayah dengan sedikit seringai atas panggilan memperingatkan. Lalu pada Yohan, pemuda manis itu bahkan hanya melirik kecil kemudian berlalu dari meja makan. Sikap yang begitu berkebalikan, ketika Yohan tak pernah berpikir Hyeongjun akan memiliki sikap seperti itu. Ketika malam kemarin, pemuda itu begitu manis saat acara makan malam berlangsung.

"Kalau begitu kami akan berangkat sekarang, sampai jumpa Tuan dan Nyonya Song."

"Hati-hati dijalan, dan ingat datang kapanpun kau mau. Pintu rumah kami selalu terbuka untukmu."

Yohan dengan cepat mengangguk, kemudian membungkuk dalam sebelum berbalik cepat untuk mengejar langkah Hyeongjun. Sedangkan Jiwon untuk kali ini menatap kearah Joongki dengan riak kemarahan pada wajah. Bagi wanita itu, sikap Joongki yang terlihat begitu mengagumi Yohan sedikit melukai perasaannya. Seperti Joongki ingin menunjukkan pada Jiwon, bahwa pemuda cerdas serta Alpha Superior seperti Yohan lah yang pria itu inginkan menjadi anaknya. Bukan Hyeongjun yang hanya seorang Beta, yang bahkan berada pada posisi terendah dalam piramida.

"Kau terlalu berlebihan, bersikap biasalah. Lagi pula, Kim Yohan atau anak sahabatmu yang manapun tak akan menjadi calon anak menantu Keluarga Song."

"Apa yang kau katakan Song Jiwon?!"

"Anak kita hanya Beta, kau pikir para sahabatmu akan menerima Hyeongjun menjadi anak menantu mereka jika mengetahui kebenaran itu. Jadi, berhenti bersikap seolah kau menginginkan mereka menjadi bagian Keluarga Song."

I'm BetaDonde viven las historias. Descúbrelo ahora