Adrian?

Oliv menoleh kembali ke Kirana.

Adrian sama Kirana? Berdua?

Pandangan Adrian datar ke Oliv. Lelaki itu menghela napas. Kakinya melangkah melewati Oliv dan malah berjalan mendekati Kirana.

"Masih pusing kepalanya?" Mata Adrian lurus ke Kirana.

"Udah engga ka," Kirana menyadari sesuatu.

Oliv menatap tidak suka.

"Udah mau selesai, sebaiknya lu balik ke kamar aja, istirahat," Kirana mengangguk

"Gua anterin ke kamar ya?" Adrian kawatir takut Kirana jatuh, karena tadi wanita itu bilang pusing dan badannya sedikit demam.

"Engga usah engga papa, bisa sendiri ko, kamarnya juga deket," Kemudian Kirana berpamitan. Lelaki itu melihat sampai punggung Kirana menghilang.

"Kirana ngapain disini?" Adrian melirik dari ujung matanya. Ia sedang malas dengan kondisi ini.

"Sakit,"

Oliv tau, ia ingin Adrian yang menjelaskannya, tadi ia sudah mendengar kegaduhan yang disebabkan oleh Kirana yang seakan-akan akan menghilang dari muka bumi ini. Saat Oliv ingin kembali ke kamar, ia melihat Adrian keluar dari ruangan panitia dengan sedikit berlari, Oliv mengurungkan niat untuk ke kamar, dengan curiga kakinya melangkah, benar saja, ia mendapati ada seseorang yang tadi sedang berduaan dengan calon masa depannya.

"Ko kamu yang nemenin dia?" Adrian menatap datar mata Oliv.

"Kirana kepisah sama kelompoknya dan aku yang nemuin, terus aku bawa kesini,"

"Emang yang lain kemana? Kenapa pas banget kamu yang nemuin dia? Dan kenapa mesti kamu yang bawa kesini, berduaan lagi sama dia diruangan tertutup, kamu pikir orang lain engga akan salah paham antara kamu dan Kirana?"

Mulai lagi deh. Adrian sedang tidak ingin berdebat. Serius.

"Oliv, bisa engga si satu hari aja kamu engga bikin aku kesel?" Oliv mengerutkan alis. Ia bingung.

"Kamu engga suka aku tanya? Emang engga boleh kalau aku penasaran? Apa aku salah menanyakan apa yang pacar aku lakukan dengan cewek lain?" Oliv menaikan nada suara.

Adrian memejamkan matanya, menahan kesal.

"Oliv," Adrian menyipitkan matanya. "Aku ini ketua OSIS, aku berkewajiban mengawasi kegiatan dan bertanggungjawab segala sesuatu yang terjadi selama pelatihan ini, Kirana itu salah satu peserta yang harus aku jaga juga, apa itu salah?"

Suasana mulai panas. Adrian kesal saat Oliv selalu mengambil alih kehidupannya.

"Apa karena dia orang yang mem-spesialkan kamu, jadi kamu juga melakukan hal yang sama, begitu kan?" Kelopak mata Oliv melebar. Berulang kali Adrian bilang untuk tidak terlalu mengikut campuri urusannya karena ia tidak suka dikekang.

"Ngomong apaan si," Adrian kesal. "Makin lama omongan lu makin ngelantur, gua lagi males ribut ribut engga penting kaya gini, sekarang lagi di tempat pelatihan, banyak orang disini, engga enak kalo orang lain tau kita berantem," Adrian membalikkan badan, ia sudah malas berhadapan melihat wajah perempuan itu.

"Kalau kamu engga mau ngomong sama aku, biar aku yang ngomong sama anak baru itu, supaya engga perlu jadi orang ketiga diantara kita," Adrian berbalik, matanya mengercit, menunggu apa yang Oliv ucapkan selanjutnya.

"Aku akan lakukan apapun agar dia menjauh dari kamu," mata Oliv menajam. Perempuan ini memang sudah tidak bisa dinasihati. Adrian tahu betul bagaimana Oliv dan dari dulu sampai sekarang tidak pernah berubah sedikit pun, meskipun seluruh alam mengatakan wajahnya yang cantik, senyumnya manis, dan hidungnya mancung berkat papahnya yang keturunan Jerman, tetap saja, hatinya tidak secantik itu.

Langkah Adrian mendekat kembali. Pandangannya tidak lepas dari wanita itu, bibirnya berkerut menahan amarah. Wajah Adrian mendekat ke telinga Oliv.

"Kalau sampai aku dengar kamu ganggu Kirana, aku akan bilang ke orang tua kita untuk membatalkan pertunangan ini karena kamu sering merundung orang dan tidak pantas dijadikan pendamping yang baik untukku," dihadiahi tatapan mematikan dari Adrian.

Skak

Oliv tidak bisa berkutik, kalau sudah sangkut paut dengan pertunangan, Oliv akan diam. Adrian tau, dengan kata-kata ini selalu berhasil membuat wanita itu bungkam. Orang tua Oliv merupakan orang tua yang tegas, ia didik untuk menjadi keras dan harus selalu menjadi yang terbaik. Jika sampai orang tua Oliv mengetahui hal ini, bisa-bisa Oliv akan dihukum.

"Aku anggap urusan ini selesai, jadi engga perlu diperpanjang atau sampai orang lain tau,"

Krek...

Eza masuk disusul oleh beberapa panitia.

"Kalian disini?"

Oliv keluar. Eza menyadari sesuatu, yang sudah menjadi kebiasaan mereka.

"Berantem lagi?" Adrian hanya tersenyum kecil.

---

KIRANA (COMPLETED)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu