Peti Mati

8 3 0
                                    

Pintu besar pun terbuka, cara terbukanya cukup unik, seperti pada film kartun pintunya berputar tiga kali lalu membelah diri. Setelah terbuka semua bagian dalam pintu dan luar pintu jadi terang benderang, aku bisa melihat jelas setiap sudut, dan benda-benda yang terletak disekitar ku.

Aku memasuki ruangan yang ada di bagian dalam pintu, ada yang unik disini. dinding di ruangan ini terbuat dari kayu hanya saja dibentuk seperti balok dan kubus kecil yang di letakkan secara acak, sehingga kayu tersebut menonjol ke permukaan. Saat aku tak sengaja menekan salah satu dari balok kayu itu, pintu besar tadi tertutup dengan rapat.

Ditengah ruangan terdapat satu sofa panjang yang posisinya membelakangi pintu, sofa berwarna senada dengan dinding ruangan, ada aksen emas di bagian tepi sofa. Aku menuju sofa itu, di hadapannya ada peti mati, berwarna hitam pekat.

"Tuk... tuk.. tuk.."

Terdengar suara ketukan membuyarkan perhatianku terhadap peti mati. Suara itu berasal dari dalam dinding di sebelah kiri ku, ada pintu di dinding itu. Pintu kayu.

"Hihihihi"

Suara tertawa anak kecil.

"Apa aku boleh keluar sekarang?? ayolah, aku sudah menghabiskan makanannya"

Ini suara anak perempuan.

"Baiklah, kali ini aku berjanji tidak akan menjahit diriku, kalau kau mengizinkanku keluar"

'Apa maksudnya? menjahit diri?'

"Haloo?? oh benar, kau pasti bukan Algo ya? bagaimana bisa masuk??"

'Algo?'

"Buka pintu ini. Cepat!!" perintahnya sambil menendang pintu.

 Cepat!!" perintahnya sambil menendang pintu

Oops! Ang larawang ito ay hindi sumusunod sa aming mga alituntunin sa nilalaman. Upang magpatuloy sa pag-publish, subukan itong alisin o mag-upload ng bago.

"Gak dulu" jawabku menolak.

"Hmm, baiklah. Kalau begitu apa yang kau cari disini?"

"Entahlah, apa aku harus menjawabnya?"

"Tidak, apa kau mengenalnya?"

"Siapa maksudmu?"

"Algo"

"Oh ya, aku tidak mengenalnya. Hanya saja kami pernah bertemu beberapa waktu lalu. Siapa namamu?"

"Gei. Geisera Piliepa. Kau?"

"Shit, diambil dari nama tengahku. Cytus. Kenapa dia menguncimu?" jawabku sambil duduk menghadap pintu.

"Entahlah, apa karna aku membunuh mereka?"

"Siapa?"

"Teman-temannya"

"Maksudmu tengkorak tak berkepala itu?"

"Iya, aku membunuh mereka"

"Apa mereka menyakitimu?"

"Tidak, aku hanya lapar"

Tik, tik, tik, tik.
Terdengar suara ketukan tombol kata sandi dari luar.

Bruuusshhh
pintu besar terbuka.

Seseorang masuk dari pintu besar itu, Algo.

Algo memasuki ruangan dan terkejut melihatku sedang duduk di depan pintu kayu.

"Shit??" panggilnya dengan ekspresi kaget tak menyangka aku bisa memasuki tempat ini.

"Yahh, emm hai??" jawabku seraya melambaikan tangan ke arahnya.

"Bagaimana bisa??" tanyanya, kali ini dengan ekspresi penasaran.

"Ahh yaa-" belum selesai aku bicara, ucapanku sudah terpotong dengan suara Gei.

"Algo?? Ah bagus!! Keluarkan aku!!" Teriak Gei seraya menendang pintu.

"Berjanjilah" jawab Algo dengan menatap pintu lalu berjalan kearah pintu dan membantuku berdiri.

"Baiklah, Ek belowe om 'n goeie seun te wees en al Algo se woorde te gehoorsaam"

"Apa artinya?" tanyaku pada Algo.

"aku berjanji akan menjadi anak baik dan menuruti semua ucapan Algo, itu artinya. Bahasa Afrika, tempat lahir Gei" Jawab Algo seraya menatapku.

Sebelum membuka pintu Algo berbisik padaku "Tetaplah disekitar ku" dan tangannya mendorong tubuhku untuk berdiri di belakangnya. Lalu ia membukakan pintu untuk Gei.

klik, klik, klik.
krek.

Pintu terbuka. Seorang gadis kecil keluar dari balik pintu. Gadis berkulit gelap, bermata besar dengan warna hijau zamrud. Berambut panjang keriting berwarna hitam dan ungu di bagian bawah. Bibirnya merah di bagian dalam dan pink di tepi bibir, dengan bibir bawah lebih tebal. Bulu mata lentik yang panjang dan lebat, serta alis yang runcing. Dan hidung berbentuk celestial.

-Dare-

Naabot mo na ang dulo ng mga na-publish na parte.

⏰ Huling update: Feb 03, 2021 ⏰

Idagdag ang kuwentong ito sa iyong Library para ma-notify tungkol sa mga bagong parte!

DareTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon