Bukan Teman

110 20 7
                                    

"Udah sampe mana? Gue udah di tempat nih," Kevin berucap di ujung telepon, sementara Arjuna yang mendengarnya cuma mengangguk seraya berjalan cepat menuju tempat Kevin berada.

"Sori, gue baru selesai tadi, ini udah di parkiran kok,"

"Santuy,"

Setelahnya mereka memutus sambungan, membuat Arjuna kembali memasukkan ponselnya ke dalam tas. Langkahnya ia ambil lebar-lebar sampai akhirnya berhasil juga sampai di depan pintu restoran cepat saji. Matanya memandang berkeliling sampai lambaian tangan seseorang berhasil menarik perhatiannya.

"Wah, curang makan duluan," Arjuna terkekeh begitu duduk di depan Kevin. Di meja sudah ada makanan yang belum selesai ia habiskan. Kevin sendiri cuma menyengir, bergumam kalau ia lapar.

Arjuna mengangguk-angguk. "Bercanda gue, lagian lo kan udah bilang mau makan duluan,"

"Maap ya gue keburu laper," Kevin menyahut, tertawa.

"Santai lah,"

"Sana lo pesen," Kevin berujar dengan menggerakan sebelah tangannya yang bebas. Tapi tangannya berhenti di udara saat melihat sosok yang tak asing. Ganti ia melambaikan tangan.

"Bayu!"

Seperti tersambar petir, Arjuna menoleh cepat, ikut memperhatikan siapa yang dipanggil Kevin, sampai akhirnya ia merutuk dalam hati tanpa sadar.

Hah? Anjing.

Segera saja Arjuna menatap Kevin dengan bingung, dahinya berkerut. "Sejak kapan lo kenal dia?"

"Um... Setahun yang lalu?"

"Kenapa lo nggak bilang kalau kenal dia?"

Kevin menyengir. "Surprise?"

Arjuna berdecak tanpa sadar. "Oh, wow, gue terkejut."

Kevin terkekeh pelan, kepalanya mengangguk sewaktu seseorang yang ia panggil menghampirinya dan bertanya, "Kevin?"

"Yoi,"

Bayu melirik Arjuna, tersenyum. Arjuna pun sama meliriknya, meskipun tanpa senyum. Bayu menunjuk Kevin dan Arjuna secara bergantian. "Kalian saling kenal?"

"Ah, temen kosan gue, Bay," jawab Kevin, membuat Bayu menganggukkan kepala. "Sendirian aja?" Mendengarnya, Bayu melirik Arjuna, meskipun sekarang Arjuna cuma melotot memandangi Kevin yang sekarang mendadak merasa bersalah.

"Iya, tapi nanti temen gue nyusul kok," Akhirnya Bayu berucap, membuat Kevin mengangguk. Kevin bertanya ragu dan hati-hati, yang sukses membuat dua orang di hadapannya kini menampilkan ekspresi yang berbeda.

"Duduk... Bay? Gabung kita?"

Bayu tertawa cepat, tersenyum. "Thanks, tapi kayaknya temen lo nggak mau gue gabung,"

Mendengarnya, Arjuna memandang Bayu. Posisi Arjuna yang duduk dan Bayu yang masih berdiri membuat kepalanya mendongak. Ia berusaha menatap Bayu dengan biasa saja, walaupun sepertinya ia gagal, soalnya sekarang Bayu tidak lagi tersenyum.

"Jun, lo nggak jadi pesen?"

Arjuna menghela napas, kemudian menyunggingkan senyum. "Lupa," Kemudian ia bangkit dari duduk dan segera meninggalkan Bayu dan Kevin yang kini sama-sama terdiam.

Melihat punggung Arjuna yang menjauh membuat Bayu tersenyum tanpa sadar. Ia melirik Kevin yang kini berusaha ikut tersenyum. "Sori, gue kira temen lo udah move on?"

Kevin tertawa garing, mengangkat bahunya. "Mungkin?"

Bayu mengangguk sekali, kemudian meminta pergi dari situ. Sebelum meninggalkan Kevin, ia bilang, "Kalau Juna mau tau kabar Syila, dia baik-baik aja,"

"Oke,"

"Sama kalau gue ajak ngobrol, nggak usah menghindar."

Kevin menyengir, mengangguk. "Oke..."

Setelah Bayu menghilang entah ke mana dan Arjuna kembali membawa nampan, Kevin jadi tidak tega ingin menyampaikan pesan Bayu itu. Soalnya sekarang ekspresi Arjuna sama sekali tidak enak dilihat. Dahinya berkerut sewaktu membuka bungkus burger, padahal itu bukan hal sulit untuk dilakukan.

"Tadi Bayu nitip pesen,"

"Oh, ya?" Arjuna menyahut tanpa minat, tangannya masih berusaha membuka bungkus burger di tangannya. Ia malah berdecak kesal setelah berhasil membuka bungkusnya.

"Mau denger nggak?"

"Nggak, makasih,"

"Oh oke, padahal katanya Syila baik-baik aja," ucapan Kevin berhasil menghentikan gerakan Arjuna yang ingin menggigit burgernya. Cuma beberapa detik, tapi cukup untuk membuat Kevin tertawa.

Arjuna tidak mengindahkan tawa Kevin, ia sibuk mengunyah burger.

"Move on, nyet, anaknya pacaran udah mau dua tahun,"

"Iya kalau besok nggak ujan," sahut Arjuna setelah menelan burger yang menurutnya mendadak rasanya tidak enak.

"Anjing," Kevin tertawa keras. "Sekarang lo nyesel, kan? Nyesel, kan?"

Arjuna masih memakan burger dengan berbagai pikiran. Sekarang di hadapannya cuma dinding karena baru saja Kevin pergi untuk mencuci tangan.

Tiba-tiba sepintas bayangan Arsyila yang duduk di depannya muncul di kepala. Di restoran ini, walaupun bukan di tempat yang sekarang ia duduki.

"Kalau misal kita nggak temenan lagi gimana, Jun?"

"Hah? Lo mau kita musuhan?" Arjuna mengerutkan dahi, membuat Arsyila tertawa cepat.

"Maksud gue, hidup nggak ada yang tau, kan? Siapa tau besok tiba-tiba aja kita nggak temenan lagi?" Arsyila berujar pelan. "Kalau gitu, gimana?"

"Nggak akan,"

"Kenapa pede banget?"

"Soalnya sampai kapan pun lo temen gue."

Ah, anjing. Arjuna mengumpat lagi setelah tiba-tiba saja entah dari mana memori itu muncul. Sialan.

"Jun," Kevin memanggil setelah kembali duduk di hadapan Arjuna. Yang dipanggil cuma memandanginya dengan enggan sambil berusaha meminum minuman bersodanya.

"Apa?"

"Bayu pas PDKT kayaknya nggak denial bilang cuma temen,"

"Anjing,"

Kevin tertawa cepat, mengangkat sebelah tangannya membentuk huruf V dengan kedua jarinya. "Lo kan cuma temen, Jun, kalau Bayu udah bukan temen lagi—"

"Lo diem nggak?"

-

Bayu

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Bayu

A Thought on a Rainy NightWhere stories live. Discover now