3

931 171 7
                                    

"Kok lo bisa temenan sama mereka mereka?"

"Mereka siapa?"

"Yang tadi dirumah itu."

"Oh, ya bisa lah. Kenapa emangnya?"

"Ya mereka kaliatan nakal aja."

"Trus kenapa lo tanya ke gue? Menurut lo gue baik gitu?"

"Iya lah. Lo udah lumayan banyak bantu gue waktu di puncak."

"Buat lo itu udah bisa dibilang baik?"

"Iya lah, apa lagi?"

Jake ketawa pelan. "Ternyata bener, sebagian besar orang orang selalu nilai baik buruknya orang dari pergaulan sama lingkungannya."

"Hah?"

"Gini ya soe gue jelasin. Nggak semua orang yang lo nilai buruk itu buruk, dan ga semua orang yang lo nilai baik tu baik. Lo nggak bisa nilai kepribadian orang lain cuma dari penampilannya, lingkungannya, sama pergaulannya. Ya karena di lingkungan yang buruk belum tentu semua orang disana buruk. Dipergaulan yang buruk belum tentu semua orang disana buruk."

"Dan lo salah satunya?"

"Gue tau mana yang bener dan mana yang salah. Gue nggak peduli mau sebajingan apa mereka, kalo gue nyaman temenan sama mereka apa salahnya? Lagian temenan nggak harus mandang fisik materi dan kepribadian kan? Semua orang dilahirkan dan ditakdirkan dengan nasib yang beda beda soe."

"Kalo temen temen lo mau temenan sama lo karena mandang materi, lo gimana?"

"Ya udah kalo mereka mau minta sesuatu dari gue. Itu rezeki buat mereka dari Tuhan yang disalurkan dari gue. Kalo menurut Tuhan cara mereka salah, itu cukup jadi urusan dia sama Tuhan. Niat gue baik, ngasih sesuatu yang dia minta."

Soeun diem. Jake terlalu baik kalo gini.

"Nih gue kasih tau, kalo lo dikatain orang orang tentang pergaulan lo. Lo nggak masalah mau temenan sama bajingan bajingan diluar sana, asal lo tau batasan. Lo tau mana yang bener dan yang salah. Dan lo nggak bakal ngelakuin yang salah. Lo cukup bisa menghargai mereka, ntar mereka juga bisa menghargai lo."

"Ngerti kan?"

Soeun sadar dari lamunannya. "Iya ngerti."

"Bohong."

"H-hah?"

"Lo ngelamun bego! Lo nggak denger apa yang gue bilang kan?"

Soeun ngelirik ke arah kaca spion. Dari sana dia bisa liat Jake yang merhatiin dia. Pantes aja Jake tau, orang keliatan gitu.

"Gue denger kok" balas Soeun mendorong kepala Jake ke depan. Risih diliatin dari spion mulu.

"Jihoon juga sama kan?" Tanya Jake beralih ke jalanan.

"Jihoon? Maksud lo?"

"Gue liat dia minum 2 hari lalu."

Soeun mengepalkan tangannya. "Hmm iya... maybe." 

"Lo nggak tau? Apa seharusnya lo nggak tau?"

"Gue tau semua."

"Trus lo nggak marah? Gue kira Jihoon nggak doyan minum."

Jihoon emang nggak bisa minum, sama kayak yang Jake bilang. Soeun sendiri nggak tau kenapa Jihoon minum. Dan, dia bisa apa? Jihoon sendiri nggak pernah cerita apa apa ke Soeun.

"Soeun!"

"Hah?"

"Lo ngelamun lagi."

Soeun nyubit lengannya. Sakitt.

[4] Hurt Road Donde viven las historias. Descúbrelo ahora