Jebakan

97 17 8
                                    

Pukul 4 pagi dan Septian baru saja masuk ke dalam apartemen yang menjadi tempat tinggal nya untuk sementara waktu, pandangannya menyapu seluruh ruangan besar itu, beberapa orang yang tentu saja menjadi rekannya telah tertidur lelap.

Lelaki itu menarik nafasnya berat, berita baru telah masuk ke ponselnya beberapa saat lalu penemuan gadis berusia 5 tahun yang masuk ke dalam sebuah panti asuhan dengan identitas palsu. Septian memperhatikan Alvin dan Gabriel yang tertidur saling berhadapan. Mata lelaki itu mendadak menajam menemukan berkas yang harusnya tidak ada ditempat ini. Foto gadis kecil itu ada dibawah pipi Alvin, lengkap beserta berkas-berkas fotocopy yang Septian tidak gah dapatnya dari mana.

"Bangun.." tutur Septian sembari mengguncang tubuh Alvin.

Alvin tipikal lelaki yang tidak susah untuk dibangunkan, lelaki sipit itu membutuhkan waktu beberapa saat untuk mengumpulkan kembali nyawanya, jam 4 pagi terlalu dini untuk ia yang bahkan setiap harinya bangun pukul 5 pagi.

"Ini, Lo dapet dari mana?"

"Sivia"

Hening, dua laki-laki itu sibuk dengan fokusnya masing-masing, Septian dengan sigap mengingat siapa wanita yang Alvin sebut dan Alvin mencoba menyadarkan dirinya dengan benar.

"Gw mau nanya soal ini ke Lo bang. Tapi kayanya lo lebih tau dulu." Ucap Alvin masih dengan suara seraknya.

"Gw curiga..."

"Dia adiknya Rio." Ucap mereka berdua bersama.

- - -

"Heboh banget berita pagi-pagi makam palsu, ngeri ya emang urusan konglomerat tuh."

"Oh jadi kemaren itu emang beritanya bener ya? Kalau kematian adek-nya dipalsuin? Kenapa nggak si Rio itu aja yang pura-pura mati? Kenapa malah adek-nya?"

"Nah ini polisi lagi nyelidikin kasusnya lagi, baru juga kemaren ditutup, dibuka lagi. Jangan-jangan berita penyerangan dan pembunuhan berencananya juga palsu lagi?"

Ify melepaskan earphone yang ia kenakan, mendengar obrolan orang-orang sekitar membuat ia berpikir lebih keras dari biasanya, pembunuhan berencana, makam palsu dan konglomerat. Gadis itu dengan segera membuka ponselnya mencari informasi hangat yang bereda di pagi ini.

Baru beberapa detik dan nafasnya mendadak tercekat, nama terang Rio dan inisial nama adik lelaki itu menjadi topik pembicaraan nomor satu di negara ini.

Gadis itu segera bergegas kembali ke tempat Cakka, semua pertanyaan dan kecurigaan cukup terkumpul di dalam otaknya saat ini, setidaknya sesampainya ia di tempat, pertanyaan itu dapat ia ajukan dengan lantang.

- - -

"Ini nggak masuk akal." Gumam Ray dengan suaranya lirih. Matanya tidak lepas dari televisi yang ada di depannya.

Dengan jelas ia mengenal sosok gadis kecil yang menjadi topik hangat hari ini, ia dapat mengenalnya dengan jelas tidak peduli seperti apa gadis kecil itu disensor, Ray dapat dengan mudah mengenali gadis itu.

"Kka, semua berita ini salah paham" ucap Ray kepada kakaknya.

Cakka tidak paham apa yang dimaksud adiknya, jelas Cakka mengetahui adiknya itu tidak mengerti tentang kasus yang Rio alami, namun bagaimana lelaki itu bisa berkata bahwa semua ini salah paham?.

"Itu bukan adik dari korban percobaan pembunuhan, gw kenal anak itu, gw tahu anak itu dan gw lagi nyari anak itu."

"Lo yakin tahu soal kasus ini?" Tanya Cakka dengan suaranya yang mendadak serius.

#NEWSTORY : MARIOWhere stories live. Discover now