4: Enemy List

24 4 1
                                    

Erika, Nolan.

Sekarang Gravita sudah menulis dua musuh di sekolahnya. Pertama, Erika. Erika memang sudah menjadi musuh bebuyutan dari zaman Fir'aun. Sedangkan Nolan baru direkrut menjadi musuhnya sejak kemarin sore. Gravita tidak tahu, apa hal itu merupakan kabar baik atau buruk. Setidaknya, jika musuhnya bertambah, ia bisa menyalurkan emosi atau amarah pada musuh-musuh tersebut. Semakin banyak musuh maka semakin baik, dalam arti lain.

"Seratus enam puluh ribu. Ralat... Seratus enam ribu." Gravita mengeluarkan uang tabungannya yang diselipkan di antara buku teks.

Seratus enam ribu rupiah, dikurangi....
1. Lima puluh ribu (ganti uang bunga yang rusak)
2. Sepuluh ribu (iuran kelompok)
3. Dua puluh ribu (bayar utang ke Tom and Jerry, ralat, Tomi)

Sisanya jadi...

Belum sempat Gravita menuliskan sisa total uangnya, ponselnya bergetar. Ia melihat nama 'Aletta' di layar.

"Iya, Al. Ada apa?" Gravita mengapit ponselnya di antara telinga dan bahu.

["Ada dua berita. Yang satu berita baik dan yang lainnya berita kurang baik."] Aletta tampak antusias di seberang sana.

"Berita baiknya​?" Gravita menarik sebelah alisnya.

["Gue udah nemuin olshop di Instagram yang jual follower. Harganya sih lumayan, tapi gue rasa itu bisa ngebantu naikin jumlah follower, lo. Nanti gue kirim ss-nya ke WA."]

"Oh." Gravita hanya mengangguk-angguk tanpa ada rasa antusias sedikit pun.

"Kok lo jawabnya cuma 'oh' doang sih?"

"Nggak, gue cuma lagi nggak ada duit. Mungkin gue harus ngumpulin dulu seminggu ini." Gravita menarik napasnya. Sebenarnya ia sudah tidak tertarik untuk menaikan jumlah pengikutnya di Instagram. Ia sudah kehilangan selera untuk bersaing dengan Erika. Namun, setiap kali ia bertemu dengan Erika, semangatnya untuk menandingi Erika semakin menggebu-gebu.

"Lo masih di sana?" Aletta menaikan sedikit volume suaranya. Ia tidak mendengar suara Gravita untuk beberapa saat.

"Gue masih di sini. Terus ... berita kurang baiknya apa?"

"Lo tahu Yolan, 'kan?"

"Yolan yang pacarnya Vio?" Tiba-tiba saja perasaan Gravita jadi tidak enak.

"Dia minta id Line lo ke gue, terus gue kasih, soalnya dia itu maksa banget. Gue punya firasat buruk kenapa dia minta id Line lo," terdengar suara bersalah Aletta. Hening untuk beberapa saat. Aletta memulai perbincangan lagi, "Apa yang udah lo lakuin ke Yolan? Lo nyari masalah lagi?"

"Gue nggak nyari masalah sama Yolan, tapi beberapa hari yang lalu ... gue itu---"

*
Flashback
"Eh, Vit. Tumben lo ke sini. Gue curiga ada apa-apa nih." Vio duduk di samping Gravita. Ia tampak tersenyum sekilas. "Oh, iya. Kebetulan lo dateng, gue lagi merekrut panitia lomba futsal buat memeriahkan ulang tahun sekolah."

"Yo, lo kayak yang nggak tahu gue aja. Maleslah gue ikut yang begituan." Gravita menjawab dengan wajah datar. Ia sebenarnya enggan berada di depan basecamp OSIS seperti ini. Takut kalau sewaktu-waktu Erika muncul. Eh, kenapa Gravita harus takut? Bukan, bukan takut tetapi malas . Malas meladeni orang yang selalu ingin menang.

"Lo masih sama kayak dulu, Vit. Gue kira lo udah berubah." Vio terkekeh pelan. Ia sudah mengenal Gravita dua belas tahun yang lalu. Jadi tak heran kalau mereka sudah saling mengenal satu sama lain.

"Kalau pengikut gue bertambah banyak, gue bakalan berubah, Yo."

Air muka Vio berubah, bertanya-tanya. "Apa hubungannya?"

You've reached the end of published parts.

⏰ Last updated: Jan 27, 2021 ⏰

Add this story to your Library to get notified about new parts!

KECEWhere stories live. Discover now