Capítulo 08 : una negociación

Mulai dari awal
                                    

"Perfecto. Kalau begitu kita break dulu, semua kardus sudah diangkut ke mobil. Sembari menunggu mobil lain, akan aku traktir kalian ramen."

"Ooooh!" balas gerombolan kuli angkut barang yang salah satunya ada seorang Brendan Seungcheol.

Bukan main, Jeonghan tersenyum melihat seberapa mencolok pemuda tampan itu di antara penghuni La Cascada yang beberapa di antaranya homeless dan menjadi tenaga lepas di pabrik nawa Lupus

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bukan main, Jeonghan tersenyum melihat seberapa mencolok pemuda tampan itu di antara penghuni La Cascada yang beberapa di antaranya homeless dan menjadi tenaga lepas di pabrik nawa Lupus. Dia tidak menyangka Seungcheol akan sebegitunya saat menghadapi kehidupan. Padahal sejak awal pertemuan yang dimulai beberapa tahun lalu, Jeonghan begitu mengagumi gaya bertarung Seungcheol dari jarak dekat yang jelas memesona.

Sebagai kaki tangan sang Kakak, Seungcheol memang begitu mahir dalam ilmu bela diri. Bahkan jika masih berada dalam naungan Black Wolf, sekarang dia akan menjadi seorang sniper handal karena kemampuannya yang mudah menyerap segala ilmu dalam bidang pertahanan. Entah darah apa yang mengalir dalam tubuh Brendan Seungcheol, tapi eksistensinya yang laksana manuver perang begitu membuat Jeonghan kepikiran.

Lantas dari kejauhan dia sengaja menatap Seungcheol yang paling malu-malu berbaur bersama kuli lain. Kekeh gemas malaikat cantik itu mengudara, persis mata-mata namun dalam konteks menunggu waktu yang tepat untuk mendekati sang pemuda. Bukan Jeonghan malu, tapi dia tahu seorang Seungcheol sangat merepotkan. Jika banyak orang yang rela mengantri hanya demi melihat wajah cantik Jeonghan, maka Seungcheol adalah kebalikannya. Baru kali ini ada oknum yang dengan sengaja menolak seberapa indah malaikat La Cascada.

Tentu Jeonghan penasaran, bahkan selama Seungcheol bekerja menjadi bodyguard Kai, tidak pernah ada kesempatan untuk mereka mengobrol banyak hal. Jeonghan sudah mencoba pendekatan, tapi penolakan terang-terangan ditambah wajah judes yang khas membuatnya semakin penasaran. Tak mengerti dengan kebijakan Tuhan menciptakan seorang pemuda yang bisa-bisanya tidak terpesona oleh keindahan Jeonghan yang dielu-elukan banyak umat.

Bosan menunggu, akhirnya Seungcheol yang mendapat bagian ramen memilih menyepi dari gerombolan. Entah motivasinya apa, tapi Jeonghan pergunakan waktu untuk menyapa. Benar saja, pemuda tampan itu hanya handal dalam urusan bertarung, tapi tidak dengan kepekaan lain sebab sampai mengabaikan Jeonghan yang sudah memasang pose kesal. Di mana kaki terketuk ke lantai semen sedangkan tangan terlipat di dada.

"Ehm," deham Jeonghan yang kesekian kali, namun masih saja diabaikan. "Brendan Seungcheol, kau ini masih muda tapi sudah tuli ya?"

"Oh?"

"Oh?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
LluviaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang